Sabtu, 03 Mei 2014
Menyapa Pemilik Hati.....
Bagaimana kabarmu di sana wahai pangeran hatiku....
ku harap kau selalu bersemangat...dan tersenyum menghadapi kejutan-kejutan dunia yang mengoncang jiwa dan memaksa bangkit dari alas bumi ini....
ku harap...kau selalu mengucapkan kalam-Nya walaupun kesibukan selalu menyeretmu dari kesantaian hidup...
ku meminta,,kau selalu menjaganya karena ia adalah mutiara yang sangat berharga...
ku selalu mendoakanmu....
ingatlah......waktu ada di dalam genggamamu...
jangan pernah lepaskan dia hanya untuk hal-hal yang sia-sia....
Insyaallah cintaku....akan selalu di jagakan oleh-Nya selama kau masih di tetapkan yang terbaik untukku....salam hangat dan rindu dariku untukmu....bersemangatlahhhh....
Bersahabatlah Dengan Waktu.....
Waktu.........
begitu berharganya yang satu ini....kehadirannya tidak dapat ditulak dari diri seseorang....
dan tidak pula dapat diusir dari ruang kehidupan....
setiap detik, menit, jam ia berlalu....
kau tidak akan pernah dapat mengembalikannya lagi....
Namun setiap orang tau bahwa kau begitu berharga....
tapi tidak semua orang menyadarinya..dan tau bagaimana seharusnya memperakukanmu agar dapat bersahabat dengan jiwa.....
hmmm...di pagi minggu yang cerah ini...jauh ketika ku masih berjalan di pertengahan mimpi malam....bayangan namamu yang baru " waktu pagi minggu " sudah terbayang di pikiran apa yang akan aku berikan untukmu agar ketika kau berganti jejak aku dapat meninggalkan kenangan yang melembutkan rasa..dan cerita yang terukir untuk ku kabarkan kepada keluargaku kelak..., betapa ruginya aku selama ini yang telah banyak tidak menghiraukanmu....ku mohon,,,berikanlah tamparan lembut kepada hatiku ketika ku lupa kepadamu...salam hangatku di pagi minggu....
love you umi wa ukhti...yang mewarnai awal hariku di pagi ini dengan mendengar suara kalian....
sahabar Qur'ani gunakan waktumu dengan baik yaa....
Kata Yang Begitu Bermakna
Arti Kata Sayang dari Seorang Ibu....
Hari ini bagiku kata santai sulit untuk ku temukan. hayyy...rasa... dimanakah kau berada sehingga aku tidak berjumpa dirimu. Betapa lelahnya badan ini yang ku bawa berjalan mengitari sekitar UIN Malang hanya untuk mengerjakan tugas-tugas yang menyita hari santaiku pada hari sabtu ini. huahhh....begitulah kerjaannya seorang mahasiswa..begitu lucu kalau kau mengeluh. menjalaninya adalah suatu langkah yang tepat. Namun apalah yang bisa mengobati rasa lelah ini...sehingga menyihirnya menjadi semangat yang muncul pada raut wajahku. Ahaaaa!!!!,,,,,ku tau (sambil senyum ): nelpon umi saja.....". Ketika telpon diangkat umi menyapaku dengan kata "SAYANG". Masyaallah ...serasa lelah ini terangkat dari tubuh...kata itu seakan mengantikan pelukan yang sudah lama belum kurasakan lagi dari seorang ibu.
Umi aku sangat merindukanmu..di setiap do'aku ku selipkan selalu namamu....
wahai teman-temanku jangan pernah kau menyakiti ibumu...karena dia adalah orang yang begitu berarti dalam hidup kita. dia telah banyak berkorban demi kita di waktu kecil. TIDAKKAH KAU SADARI ITU....kirimlah selalu doa untuknya walaupun dari kejauhan...
LAPORAN KKL MALANG-YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji SyukurpenulispanjatkankehadiratAllahSWTatasrahmatdanhidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikanlaporan Kerja Kuliah Lapang ini, dengan judul ”Laporan Observasi Lapangan
PG.Madukismo dan UPT BBPTK LIPI
Yogyakarta Yogyakarta” dengan tepat waktu.
LaporaninidisusununtukmemenuhitugasKuliahKerjaLapang ke PG. MadukismosertaInstansi
UPT BBPTK LIPI YogyakartayangdiadakanolehJurusanBiologiUniversitas Islam Maulana
Malik Ibrahim Malang padatanggal 15
sampai 17 April 2014.Penulisan
makalah ini dapat
terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
DosenpengampumatakuliahTeknikInstrumentasi
dr. TiasPramestiGriana, .AinunNikmatiLailiM.Si,
KholifahKholilM.Si, dan Nur NailiSusantiM.Si.
2.
Dosenpembimbing
dr. TiasPramestiGriana, sekaligussebagaiwalikelasbiologi c.
3.
Teman-temansatuangkatan biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
4.
Teman-temankelasbiologi
c.
Penulismenyadaribahwadalammenyusunlaporanini jauhdari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikandankesempurnaanlaporanini.Semogalaporanini
bermanfaatbagi semua pihakyangberkepentingan.
Malang, 3 Mei 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Ilmu
pengetahuan telah menjadi sasaran pokok oleh para musafir ilmu.Tingkat
pendidikan saat ini sangat diprioritaskan untuk memperoleh sumber daya manusia
yang cerdas dan cakap dalam bidang pendidikan dengan skill yang berkualitas,
ketika memasuki dunia kerja.Karena persaingan dunia kerja yang sangat kuat,
banyak perusahaan-perusahaan dan industri-industri pabrik yang memutuskan untuk
gulung tikar disebabkan adanya perusahaan dan industri pabrik asing dengan
tenaga-tenaga kerjanya yang jauh lebih canggih sehingga tenaga-tenaga kerja di
Negara sendiri tidak dibutuhkan lagi.
Daerah
Yogyakarta adalah sebuah kawasan industri tradisional yang masih mempertahankan
adat dan kulturalnya sampai saat ini.Seperti halnya PG. Madukismo di daerah
Klaten yang berdiri sejak tahun 1955, yang masih mempekerjakan orang-orang
sekitar pabrik sebagai pegawainya, jadi belum ada campur tangan dari tenaga
kerja asing didalamnya.Mulai dari pengelolaan ladang tebu sampai pengolahan
tebu menjadi gula, dan pengolahan ampas atau limbah tebu tadi menjadi alcohol
dan spirtus yang biasanya dipergunakan dalam melakukan sebuah penelitian
ataupun dalam bidang kedokteran.
Selain
itu, terdapat balai penelitian atau LIPI di daerah Gunungkidul Yogyakarta yang
digunakan sebagai balai penelitian pangan di Yogyakarta. Balai ini juga
melakukan produksi-produksi sampel bahan makanan yang nantinya akan menjadi
salah satu komoditas pangan industri-industri
pangandi daerah sekitar Yogyakarta.
Oleh
karena itu, laporan kuliah kerja lapang ini membahas tentang sejarah dan proses
produksi PG.Madukismo serta UPT BPPTK LIPI Yogyakarta berdasarkan observasi
lapang yang telah dilakukan, supaya pembaca mengerti dan mengetahui
mengenai kedua tempat tersebut. Karena penulis sekedar berbagi pengetahuan
tentang industri dan balai penelitian di daerah Yogyakarta pada khususnya.
1.2
Identifikasi
masalah
Identifikasi masalah dari laporan kuliah lapangan ini
adalah:
1. Bagaimana
sejarah PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta?
2. Bagaimana
struktur organisasi PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta?
3. Alat-alat
apa saja yang dipakai di PG. Madukismo dan Gunungkidul serta fungsinya?
4. Apa
saja produk yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta?
5. Bagaimana
proses pembuatan produk yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan UPT BPPTK
LIPI Yogyakarta?
1.3
Maksud
dan tujuan laporan KKL
Maksud
dan tujuan laporan dari laporan KKL
ini adalah:
1. Untuk
mengetahui sejarah PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta.
2. Untuk
mengetahui struktur organisasi PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta.
3. Untuk
mengetahui alat-alat apa saja yang dipakai di PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI
Yogyakarta besrta fungsinya.
4. Untuk
mengetahui produk-produk apa saja yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta.
5. Untuk
mengetahui proses pembuatan produk yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta.
1.4 Kegunaan
laporan KKL
Manfaat atau
kegunaan dari laporan KKL ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai
persyaratan memenuhi tugas tentang praktik Kuliah Kerja Lapang yang
dilaksanakan di PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta.
2. Menambah
informasi dan pengetahuan tentang proses produksi gula dan pengolahan limbahnya
menjadi alcohol juga spirtus di PG. Madukismo.
3. Menambah
wawasan tentang penelitian dengan dilakukannya observasi di UPT BPPTK LIPI
Yogyakarta mengenai proses pembuatan bahan pangan, makan ternak, ataupun
obat-obatan herbal.
1.5 Kerangka
pemikiran
Laporan
ini ditulis berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di instansi-instansi
terkait, mengenai produk-produk apa saja yang dihasilkan, hingga proses
pembuatannya. Berikut juga diikutsertakan sejarah berdirinya instansi tersebut
dan susunan organisasi dari masing-masing instansi terkait jikalau memang ada.
1.6 Metode
penelitian dan pelaporan KKL
Metode
penelitian yang dilakukan dalam pennelitian ini adalah metode observasi atau
pengamatan langsung ke tempat penelitian dengan melakukan wawancara dan dipandu
dalam proses pengamatan oleh seorang karyawan dari instansi yang terkait.
Metode pelaporan KKL ini, ditulis dalam bentuk laporan penelitian dengan format
yang telah ditentukan oleh dosen pengampu matakuliah Teknik Instrumentasi,
disertai dengan gambar pengamatan yang diperoleh saat pengamatan.
1.7 Lokasi
dan Waktu KKL
Praktik
Kuliah Kerja Lapang ini belokasi di PG. Madukismo Klaten Yogyakartaa dan UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta Yogyakarta.Waktu dilaksanakannya kegiatan ini adalah
dimulai sejak tanggal 15 April sampai 17
April 2014. Untuk pengamatan di PG. Madukismo dilakukan pada hari Rabu tanggal
16 April 2014 pukul 07.00
WIB sampai selesai, dan di UPT BPPTK LIPI Yogyakarta pada tanggal 17 April 2014
pada pukul 10.00
WIB sampai selesai.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tebu
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu
anggota familia rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika
basah, namun masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada
berbagai jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas
permukaan laut (dpl).
Asal mula tanaman tebu sampai saat ini belum didapatkan kepastiaanya, dari
mana asal muasal tanaman tebu.Namun sebagian besar para ahli yang memang
berkompeten dalam hal ini, berasumsi bahwa tanaman tebu ini berasal dari Papua
New Guinea.Pada 8000 SM, tanaman ini menyebar ke Kep.Solomon dan Kaledonia
Baru. Ekspansi tanaman ini ke arah timur Papua New Guinea berlangsung pada 6000
SM, dimana tebu mulai menyebar ke Indonesia, Filipina dan India.
Dari India, tebu kemudian dibawa ke China pada tahun 800 SM, dan mulai dimanfaatkan sebagai pemanis oleh bangsa China pada tahun 475 SM. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntungan yang sangat besar.
Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642, mereka menemukan keberadaan tebu yang kemudian dipelajari dan mulai diolah menjadi gula kristal. Ketika menguasai Mesir pada 710 M, tebu ditanam secara besar-besaran di tanah Mesir yang subur.Pada masa inilah, ditemukan teknologi kristalisasi, klarifikasi, dan pemurnian. Dari Mesir, gula menyebar ke Maroko dan menyeberangi Laut Mediterania ke benua Eropa, tepatnya di Spanyol (755 M) dan Sisilia (950 M).
Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11.Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini.Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099.Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula.Dari sebuah catatan perdagangan di Inggris, gula dihargai 2 Shilling/lb, nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata pada saat itu.
Mungkin karena merupakan sebuah temuan baru, gula pada saat itu telah menjadi sebuah simbol dari status sosial.Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka.Bahkan ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula.Bahkan lebih “gila” nya lagi karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat.Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk memperkokoh kekuatan mereka.
Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Namun Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia.
Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untukditanam di kawasan Karibia.Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan cepat.Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago.Tanaman tebu dibudidayakan secara massal.Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu.Oleh karenanya, produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.
Dari India, tebu kemudian dibawa ke China pada tahun 800 SM, dan mulai dimanfaatkan sebagai pemanis oleh bangsa China pada tahun 475 SM. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntungan yang sangat besar.
Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642, mereka menemukan keberadaan tebu yang kemudian dipelajari dan mulai diolah menjadi gula kristal. Ketika menguasai Mesir pada 710 M, tebu ditanam secara besar-besaran di tanah Mesir yang subur.Pada masa inilah, ditemukan teknologi kristalisasi, klarifikasi, dan pemurnian. Dari Mesir, gula menyebar ke Maroko dan menyeberangi Laut Mediterania ke benua Eropa, tepatnya di Spanyol (755 M) dan Sisilia (950 M).
Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11.Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini.Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099.Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula.Dari sebuah catatan perdagangan di Inggris, gula dihargai 2 Shilling/lb, nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata pada saat itu.
Mungkin karena merupakan sebuah temuan baru, gula pada saat itu telah menjadi sebuah simbol dari status sosial.Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka.Bahkan ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula.Bahkan lebih “gila” nya lagi karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat.Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk memperkokoh kekuatan mereka.
Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Namun Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia.
Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untukditanam di kawasan Karibia.Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan cepat.Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago.Tanaman tebu dibudidayakan secara massal.Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu.Oleh karenanya, produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.
2.2 Ampas Tebu
Ampas
tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu (saccharum
oficinarum) setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada Industri
pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah
berserat yang dikenal sebagai ampas tebu (bagasse).
Pada proses penggilingan tebu,terdapat lima kali
prosespenggilingan dari batang tebu sampai dihasilkan ampas tebu.Pada
penggilingan pertama dan kedua dihasilkan nira mentah yang berwarna kuning
kecoklatan,kemudian pada proses penggilingan ketiga,keempat dan kelima
dihasilkan nira dengan volume yang tidak sama.Setelah proses penggilingan awal
yaitu penggilingan pertama dan kedua dihasilkan ampas tebu basah.Untuk
mendapatkan nira yang optimal,pada penggilingan ampas hasil gilingan kedua
harus ditambahkan susu kapur 3Be yang berfungsi sebagai senyawa yang mampu
menyerap nira dari serat ampas tebu,sehingga pada penggilingan ketiga nira
masih dapat diserap meskipun volumenya lebih sedikit dari hasil gilingan kedua.
Pada penggilingan seterusnya hingga penggilingan kelima ditambahkan susu kapur
3Be dengan volume yang berbeda-beda tergantung sedikit banyaknya nira yang
masih dapat dihasilkan.
Tebu di Indonesia
pada tahun 2007 sebesar 21 juta ton potensi ampas yang dihasilkan sekitar 6
juta ton ampas per tahun. Selama ini hampir di setiap pabrik gula tebu
menggunakan ampas sebagai bahan bakar boiler.
Tiap berproduksi, pabrik gula selalu
menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat,cair dan gas.Limbah padat,
yaitu: ampas tebu (bagas),Abu boiler dan blotong (filter cake).
Ampas tebu merupakan limbah padat yang berasal dari perasan batang tebu untuk
diambil niranya. Limbah ini banyak mengandung serat dan gabus. Ampas tebu
selain dimanfaatkan sendiri oleh pabrik sebagai bahan bakar pemasakan nira,
juga dimanfaatkan oleh pabrik kertas sebagai pulp campuran pembuat
kertas. Kadangkala masyarakat sekitar pabrik memanfaatkan ampas tebu sebagai
bahan bakar. Ampas tebu ini memiliki aroma yang segar dan mudah dikeringkan
sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Limbah padat yang kedua berupa blotong,
merupakan hasil endapan (limbah pemurnian nira) sebelum dimasak dan
dikristalkan menjadi gula pasir. Bentuknya seperti tanah berpasir berwarna
hitam, memiliki bau tak sedap jika masih basah. Bila tidak segera kering akan
menimbulkan bau busuk yang menyengat. (Mahmudah Hamawi,2005)
Kebutuhan energi
di pabrik gula dapat dipenuhi oleh sebagian ampas dari gilingan akhir. Sebagai
bahan bakar ketel jumlah ampas dari stasiun gilingan adalah sekitar 30 % berat
tebu dengan kadar air sekitar 50 %. Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah
terdiri dari unsur C (carbon) 47 %, H (Hydrogen) 6,5 %, O (Oxygen)
44 % dan abu (Ash) 2,5 %. Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot, 1986) tiap
kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5 % akan memiliki kalor sebesar
1825 kkal.
Kelebihan ampas (bagasse)
tebu dapat membawa masalah bagi pabrik gula, ampas bersifat bulky (meruah)
sehingga untuk menyimpannya perlu area yang luas. Ampas mudah terbakar karena
di dalamnya terkandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga bila tertumpuk
akan terfermentasi dan melepaskan panas. Terjadinya kasus kebakaran ampas di
beberapa pabrik gula diduga akibat proses tersebut. Ampas tebu selain dijadikan
sebagai bahan bakar ketel di beberapa pabrik gula mencoba mengatasi kelebihan
ampas dengan membakarnya secara berlebihan (inefisien). Dengan cara
tersebut mereka bisa mengurangi jumlah ampas tebu
Blotong merupakan limbah padat produk
stasiun pemurnian nira, berupa endapan berbentuk padatan semi basah dengan
kadar air 50 – 70%, dalam sehari dapat dihasilkan 3,8-4% dari jumlah tebu yang
digiling. Blotong yang dihasilkan di angkut dengan truk kemudian ditampung pada
lahan berbentuk cekungan di bagian belakang pabrik. Blotong dimanfaatkan
sebagai tanah urug dan pengeras jalan. Limbah ini juga sebagian besar diambil
petani untuk dipakai sebagai pupuk, sebagian yang lain dibuang di lahan tebuka,
dapat menyebabkan polusi udara, pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar
lahan tersebut.Abu boiler merupakan sisa pembakaran ampas tebu yang digunakan
dalam proses pengolahan tebu.Kebanyakan masyarakat masih memanfaatkannya
sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.
2.3 Bioetanol
(Bio)Etanol telah digunakan
manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol.
Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari
China bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh
manusia prasejarah dari masa Neolitik.
Campuran dari (Bio)etanol yang mendekati kemrunian untuk pertama kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine yang mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang proses distilasi wine. Sedangkan (Bio)etanol absolut didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann Tobias Lowitz, dengan menggunakan distilasi saringan arang.
Antoine Lavoisier menggambarkan bahwa (Bio)etanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Nicolas-Théodore de Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Limapuluh tahun kemudian (1858), Archibald Scott Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya. Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday membuat etanol dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini.
Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat, pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (bio)etanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan.
Campuran dari (Bio)etanol yang mendekati kemrunian untuk pertama kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine yang mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang proses distilasi wine. Sedangkan (Bio)etanol absolut didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann Tobias Lowitz, dengan menggunakan distilasi saringan arang.
Antoine Lavoisier menggambarkan bahwa (Bio)etanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Nicolas-Théodore de Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Limapuluh tahun kemudian (1858), Archibald Scott Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya. Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday membuat etanol dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini.
Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat, pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (bio)etanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan.
Bioetanol, Etanol, Alkohol
Etanol disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja, adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Sedangkan bioetanol adalah etanol (alkohol yang paling dikenal masyarakat) yang dibuat dengan fermentasi yang membutuhkan faktor biologis untuk prosesnya. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Jadi untuk seterusnya, dalam tulisan ini penggunaan istilah alkohol tidak akan digunakan lagi untuk menghilangkan ambiguitas.
Etanol disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja, adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Sedangkan bioetanol adalah etanol (alkohol yang paling dikenal masyarakat) yang dibuat dengan fermentasi yang membutuhkan faktor biologis untuk prosesnya. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Jadi untuk seterusnya, dalam tulisan ini penggunaan istilah alkohol tidak akan digunakan lagi untuk menghilangkan ambiguitas.
(Bio)Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-OH. (Bio)Etanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH). Secara umum akronim dari (Bio)Etanol adalah EtOH (Ethyl-(OH))
(Bio)Etanol(Bio)Etanol tidak
berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat
memabukkan jika diminum. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak
dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman.
Saat ini (Bio)Etanol dipakai
secara luas di Brazil dan Amerika Serikat. Semua kendaraan bermotor di Brazil,
saat ini menggunakan bahan bakar yang mengandung paling sedikit kadar ethanol
sebesar 20 %. Pertengahan 1980, lebih dari 90 % dari mobil baru, dirancang
untuk memakai (Bio)Etanol murni.
Di Amerika Serikat, lebih dari 1 trilyun mil telah ditempuh oleh kendaraan bermotor yang menggunakan BBM dengan kandungan (Bio)Etanol sebesar 10 % dan kendaraan FFV (Flexible Fuel Vehicle) yang menggunakan BBM dengan kandungan 85 % (Bio)Etanol.
Di Amerika Serikat, lebih dari 1 trilyun mil telah ditempuh oleh kendaraan bermotor yang menggunakan BBM dengan kandungan (Bio)Etanol sebesar 10 % dan kendaraan FFV (Flexible Fuel Vehicle) yang menggunakan BBM dengan kandungan 85 % (Bio)Etanol.
Penggunaan bioetanol sebagai
bahan bakar, sebenarnya telah lama dikenal. Seperti telah disebutkan diatas
bahwa pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun
1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (Bio)etanol sebagai bahan
bakarnya.. Namun penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati kurang
ditanggapi pada waktu tersebut, karena keberadaan bahan bakar minyak yang murah
dan melimpah. Saat ini pasokan bahan bakar minyak semakin menyusut ditambah
lagi dengan harga minyak dunia yang melambung membuat (Bio)Etanol semakin
diperhitungkan.
(Bio)Etanol dapat digunakan pada
kendaraan bermotor, tanpa mengubah mekanisme kerja mesin jika dicampur dengan
bensin dengan kadar (Bio)Etanol lebih dari 99,5%. Perbandingan (Bio)Etanol pada
umumnya di Indonesia baru penambahan 10% dari total bahan bakar. Pencampuran
(Bio)Etanol absolut sebanyak 10 % dengan bensin (90%), sering disebut Gasohol
E-10. Gasohol singkatan dari gasoline (bensin) dan (Bio)Etanol. (Bio)Etanol
absolut memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan Premium hanya 87-88. Gasohol
E-10 secara proporsional memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi
ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah
lingkungan dan di negara-negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl
Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE).
BAB
III
OBJEK
PENELITIAN
Kuliah
kami Kerja Lapangan (KKL) ini kami laksanakan di dua tempat yaitu, Pabrik Gula
Madukismo dan UPT BPPTK LIPI. Kami memilih
kedua tempat ini karena pabrik ini mengahasilkan produk-produk yang bagus dan
kami menganggap dengan melakukan penelitian di sana dapat menambah pengetahuan
kami tentang produk-produk yang di produksi di sana .
1.
Pabrik Gula Madukismo
Sebelum perang dunia II di Yogyakarta terdapat
beberapa pabrik gula seperti di Cebongan, Gesikan, Ganjuran, Wonopati, Pundong,
Jambang, dan Demak Ijo. Tetapi semua ini merupakan pabrik kecil yang akhirnya
dibumihanguskan pada perang dunia II.Pabrik
Gual (PG) Madukismo oleh pemerintah dipertahankan dan mulai diperbaiki
pada tanggal 14 Juni 1955. Pembangunan pabrik ini ditanggani oleh kontraktor Machine
Fabrick Sangerhausen dari Jerman Timur.Pembangunan pabrik tersebut
merupakan hasil kerjasama antara P3G (Panitia Pendiri Pabrik Gula) dengan
pemerintah DIY.Kemudian dibentuk BP3 (Badan Pelaksana Perusahaan Perkebunan)
yang akhirnya menjelma menjadi YAKTI (Yayasan Kredit Tani).Hal ini atas
prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang memikirkan agar hasil pendapatan
petani daerah meningkat dan untuk memperluas lapangan kerja. Tanggal 29 Mei
1958 pabrik tersebut diresmikan oleh Presiden RI Ir. Soekarno .mulai tanggal
1958 pabrik mulai beroperasi dengan kapasitas 1500 ton tebu per hari. PG
Madukismo terletak di Desa Padokan, Tortinimolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul yang berjarak kurang lebih 5 km sebelah barat daya kota Yogyakarta.
2. UPT BPPTK
LIPI
Unit
Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor
1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai
Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK). UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta
merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan
Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan
Yogyakarta.Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan
satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas.Kegiatan utama dari
satuan tersebut adalah pertanian.Kegiatan utama satuan kerja yang berada di
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi
pengolahan pangan.Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat
kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
Pembentukan
UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan
peleburan ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang
berbeda dapat menimbulkan dampak.Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar
satuan kerja yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara
optimal. Tugas pokok UPT BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung
jawab, yaitu:
1. kepada dunia ilmu pengetahuan
2. kepada masyarakat
3. kepada pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada
pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan
kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas.Pemantapan organisasi
UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat penting
dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar program, antar
proyek dan antar kegiatan.Namun demikian program/kegiatan tersebut harus
mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK
sebagai salah satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun Rencana
Implementatif yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan
program selama 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti,
merespon dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
muncul baik di dalam maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik
dan berjangka panjang.
Lokasi UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten
Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa
Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pabrik Gula Madukismo
4.1.1 Sejarah Berdirinya Pabrik Gula Madukismo
Sebelum
perang dunia II di Yogyakarta terdapat tujuh belas pabrik gula seperti di Cebongan,
Gesikan, Ganjuran, Wonopati, Pundong, Jambang, dan Demak Ijo. Tetapi semua ini
merupakan pabrik kecil yang akhirnya dibumihanguskan oleh Jepang pada perang
dunia II dan dialih fungsikan sebagai markas. Pabrik Gula
Madukismo dibangun pada tanggal 14 juni 1955. Pembangunan
pabrik ini ditanggani oleh kontraktor Machine Fabrick Sangerhausen dari
Jerman Timur. Pembangunan pabrik tersebut merupakan hasil kerjasama antara P3G
(Panitia Pendiri Pabrik Gula) dengan pemerintah DIY.Kemudian dibentuk BP3
(Badan Pelaksana Perusahaan Perkebunan) yang akhirnya menjelma menjadi YAKTI
(Yayasan Kredit Tani). Hal ini atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang
memikirkan agar hasil pendapatan petani daerah meningkat, memperluas lapangan kerja, serta untuk memenuhi kebutuhan gula masyarakat
Yogyakarta dan sekitarnya. Tanggal 29 Mei 1958
pabrik tersebut diresmikan oleh Presiden RI Ir. Soekarno .mulai tanggal 1958
pabrik mulai beroperasi dengan kapasitas 1500 ton tebu per hari. Pabrik Gula Madukismo aktif produksi pada bulan Mei-Oktober
Pabrik Gula Madukismo terletak di
Desa Padokan, Tortinimolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul yang berjarak
kurang lebih 5 km sebelah barat daya kotaYogyakarta. Luas lahan Pabrik Gula Madukismo seluruhnya adalah 28 hektar tetapi yang di gunakan
sebagi pabrik hanya 4 hektar saja. Berdirinya Pabrik Gula Madukismo 75% disumbang oleh Sultan Hamengkubowono IX dan 25 %
dari pemerintah. Namun seiring dengan pasang surut dunia saham, sekarang saham
Sultan Hamengkubowono tinggal 65% dnn 35% dimiliki oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia
(PNRI).
Karena Pabrik Gula Madukismo berada dibawah kekuasaan Sultan Hamengkubowono IX, mmaka
hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk. Dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan, Pabrik
Gula
Madukismo mengizinkan untuk diadakan
riset denga syarat surat izin dari kepala kantor dan proposal. Pabrik Gula Madukismo juga memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi
4.1.2 Strukur
Organisasi Pabrik Gula Madukismo
P2G Madubaru PT mempunyai susunan organisasi yang dipimpin oleh
Administratur. Dalam menjalankan tugasnya administratur dibantu oleh
kepala-kepala bagian yang terdiri dari kepala bagian keuangan, umum, tanaman,
instalasi dan pabrikasi.
Kepala-kepala
bagian membawahikepala sub bagian dan atau kepala seksi. Masing-masing kepala
seksi membawahi sub seksi, setiap sub bagian mempunyai tugas dan wewenang yang
telah ditetapkan oleh direksi.
Adapuntugas-tugas
administratur dan masing-masing kepala bagina adalah sebagai berikut:
1.
Direksi
Tugas-tugasnya adalah:
a.
Menentukan tujuan
serta menerapkan strategi untuk mencapai tujuan tersebut
b.
Menyusun rencana
kerja jangka panjang yag
berkasinambungan
c.
Membuat kebijakan
dalam bidang keuangan dan personalia
d.
Membuat kabijakan
dan pedoman penyusunan tahuanan
2.
Administrasi
Adalah pimpinan tertinggi yang menangani proses produksi.
Tugas-tugasnya adalah:
a.
Memimpin,
mengkoordinir dan mengawasi bagian-bagian dibawahnya
b.
Melkasanakan policy
perusahaan sesuai dengan yang ditetapkan direksi
c.
Mengajukan rencna
produksi
3.
Kepala Bagian
Keuangan
Tugas-tugasnya adalah:
a.
Menyediakan
keuangan sebagai modal usaha
b.
Menyususn pembukuan
dan mengurus arsip surat-surat perusahaan
c.
Menyediakan
keuangan untuk administrasi dan pengobatan karyawan serta memberiakn dana
sosial
d.
Mengajukan laporan
keuangan dan melaksanakan tugas lain
4.
Kepala Bagian
Sumber Daya Manusia
a.
Melaksanakn fungsi
operasional berupa penanganan tenaga kerja, latihan pengembangan dan
pemeliharaan kerja
b.
Memelihara hubungan
baik dengan organisas karyawan
c.
Membawahi kepala seksi
pekerjaan, kepala seksi pelatihan dan pengembangan, kepala seksi poliklinik
serat beberapa kepala sub seksi
5.
Kepala Bagian Umum
Tugas-tugasnya adalah:
a.
Membantu kepala
bagian keuangan dalam menjalankan tugas kepemimpinan
b.
Melasanakn
pengawasan terhadap orang luar yang masuk
kedalam lingkungan pabrik
c.
Membawahi kepala
seksi rumah tangga dan sekretariat, kepala seksi kendaraan dan kepala seksi
keamanan
6.
Kepala Bagian
Tanaman
Tugas-tugasnya adalah:
a.
Mengkoordinasiakn
urusan tanaman mulai dari pengadaa bibit, pengolahan tanah, penanaman sampai
penebnagaan tebu
b.
Menyususn
anggaran belanja tanaman
c.
Menyusun kebutuhan
tanaman, misal alat-alat pertanian dann pupuk
7.
Kepala Bagian
Pabrikasi
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya kepala bagian pabrikasi
dibantu oleh beberapa chemicer. Tugas-tugasnya adalah:
a.
Mengatur, memimipin
dan melaksanakan prosees produksi
b.
Memeriksa bahan
pembantu, menentukan rendemen tebu dan menentukan jadwal tebang
c.
Melaksanakan
pengawasan mutu gula
8.
Kepala Bagian
Pabrik Spirtus
Tugas-tugasnya adalah:
a.
Menjalankan
kebijakan administratur dalam bidang produksi alkohol dan spirtus
b.
Melakukan
perbaikan-perbaikan pada esin-mesin produksi yang mmengalami kerusaka
9.
Kepala Bagian
Instalasi
Dalam melaksanakan tugasnya bagian instalasi dibantu oleh
beberapa masinis yang bekerja pada sesuai dengan bagian-baginnya. Adapun
tugas-tugasny adalah:
a.
melakukan
perbaikan-perbaikan pada mesin-mesin produksi yang mengalami kerusakan
b.
memelihara dan
merwat pesawat-pesawat proses produksi serta esin-mesinnya
Karyawan di Pabrik Gula Madukismo dibagi menjadi 3 macam yaitu,
karyawan tetap, karyawan tidak tetap,
dan karyawan borong. Karyawan tidak
tetap berjumlah 426 orang selebihnya adalah karyawan managerial. Karyawn
ada 3000-3500 orang. Semua karyawan diberikan fasilitas kesehatan, khusus untuk karyawan tetap diberikan fasilitas kesehatan sampai tiga anak.
ada 3000-3500 orang. Semua karyawan diberikan fasilitas kesehatan, khusus untuk karyawan tetap diberikan fasilitas kesehatan sampai tiga anak.
4.1.3 Alat-Alat Yang DigunakanPabrik GulaMadukismo
Alat-alat
yang digunakan di Pabrik Gula Madukismo adalah:
Gambar
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
|
![]() |
Alat Pengilingan Tebu
|
Untuk
mengiling dan memeras tebu agar terpisah dari ampasnya
|
|
![]() |
Tangki serfobalance
|
Sebagai timbangan yang
mengunakan sistem kontrol otomatis
dengan kapasitas 4,3 ton dalam sekali timbang,
|
|
![]() |
Alat Pemanas (Raw Juice Heating)
|
(Raw
Juice Heating) membantu untuk membunuh mikroba yang ada dalam nira untuk
mempercepat reaksi proses sulfitasi dan defikasi serta mencegah
terjadinya
hidrolisis sukrosa. Pengunaan panas yang diberikan tidak boleh terlalu
|
|
![]() |
Turbin
|
-
Kecepatan putaran : 5800 rpm
-
Tekanan masuk : 18 kg/cm2
-
Daya : 3600 KW
Universitas
Sumatera Utara
- Jumlah : 2 unit
|
|
![]() |
Tangki Defikator
|
Sebagai tempat proses pencampuran
susu kapur, agar pencampuran susu kapur dengan nira menjadi
merata, nira yang telah
ditampung direaktor dan sudah dicampur dengan susu kapur
diaduk dengan alat
pengaduk yang telah diatur kecepatannya. Tujuan dari
pengadukan ini supaya susu
kapur akan menyebar.
|
|
![]() |
Bejana pengendapan (door clarifier)
|
bejana pengendapan (door clarifier) prinsip kerja dari
pengendapan adalah
memisahkan nira dengan kotoran yang terkandung didalam nira
dengan tidak
merusak nira itu sendiri.
|
|
![]() |
|
Rotary Vacum Filtrasion
|
Sebagai alat pembantu dalam proses penyaringan.
|
![]() |
Alat pemasakan
|
Sebagai alat pemasakan yang bertujuan untuk
mengkristalkan gula atau mengubah bentuk sukrosa dari zat terlarut dalam nira
menjadi padat berbentuk kristal gula
|
|
![]() |
Evaporator
|
-
Type : Calandria/ KHI Japan
-
Volume : 1500 m2
-
Jumlah : 5 unit
-
Diameter pipa : 36 mm
-
Tebal pipa : 1,5 mm
-
Jumlah pipa : 5790 batang
-
Fungsi : Tanki pengupan nira
|
|
![]() |
Tangki sulfitase
|
Peti
Sulfitasi Nira Mentah
-
Kapasitas : 18 m3/jam
-
Diameter tangki : 2700 mm
-
Tinggi tangki : 6000 mm
-
Type : Cylindrial
-
Produksi : KHI, Japan
-
Fungsi : Tangki pencampuran nira mentah dengan
Belerang
|
|
![]() |
Condensat
|
Condensat
Receiver
-
Merk/Type : Little King/ TF-70-NNR// Ebara Japan
-
Kapasitas : 2 m2/jam
-
Temperatur : 1000C
-
Fungsi : Tempat penampung air kondensat
|
|
4.1.4. Produk
Yang Dihasilakan Pabrik Gula Madukismo
Produk
yang dihasilkan oleh Pabrik Gula Madukismo ada tiga macam yaitu :
a.
Gula Pasir


Gambar 4.1
Gula hasil pengolahan tebu di Pabrik Gula Madukismo
Gula pasir adalah hasil utama
dari hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo. Gulapasir yang
dihasilkan dikemas dalam plastik dengan berat 1kg tiap bungkusnya. Gula
pasir hasil produksi hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo bermerk “gula pasir
MK “. Bungkus plastik gula ada 2 macam yaitu warna merah dan biru. Gula pasir
dengan bungkus warna merah adalah gula pasir sumber
energi alami, sedangkan gula pasir deng warna biru adalah gula pasir biasa.
Kedua macam gula pasir yang dihasilkan oleh hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo telah terdaftar di BPOM Indonesia.
Gul pasir hasil produksi Pabrik Gula Madukismo di pasarkan di sekitar Yogyakarta saja. Jika berkunjung
ke Pabrik Gula Madukismo, gula pasir dapat
di beli di koperasi Pabrik Gula
Madukismo yang berada di sebelah
selatan pabrik pembuatan alkohol.
b.
Alkohol atau
spirtus
Alkohol yang di hasilkan oleh Pabrik Gula Madukismo adalah pengolahan
tetes tebu hasil sampingan pengolahan tebu yag di tambah dengan asam sulfat (H2SO4)
dan di beri peragian dengan bakteri Saccaromices
cereviceaea.
Alkohol yang di produksi oleh Pabrik Gula Madukismo adalah alkohol murni dengan kadar 95% yang digunakan untuk alat kosmetik dan
farmasi. Perusahaan farmasi yang menggunakan alkohol 95% hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo adalah Kimia Farma. Alkohol 95% digunakan sebagai
pembuatan obat atau keperluan farmasi lainnya.
Selain itu juga diproduksi
alkohol teknis dengan kadar 94% yang dibuat sebagai spirtus. Spirtus digunakan
untuk menyalakan spirma, kompor spirtus buatan hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo yang khusus digunakan dalam pembuatan gula.
c.
Batu bata
Batu bata di buat dari hasil endapan (blotong) limbah padat pembuatan gula. Batu bata yang
dibuat dari blotong kualitasnya tidak kalah dengan batau bata yang dibuat dari
tanah pada umumnya. Batu bata tidak di jual, tetapi di sumbangkan kepada masyarakat
untuk mebangaun tempat ibadah dan dan lain-lain.
Selain digunakan sebagai batu bata, blotong juga dapat
digunakan sebagai pupuk organik karena blotong mengandung beberapa unsur hara
yang diperlukan oleh tanaman.
d.
Bahan Bakar Stasiun
Boiler
Ampas tebu limbah pengolahan tebu dari hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo tidak langsung dibuang. Ampas tebu digunakan sebagai
bahan bakar di stasiun boiler. Dalam stasiun itu dipanaskan air. Dari air itu
dihasilkan uap. Uap di proses degan turbin dan di hasilakn energi yang di
gunakan sebagi energi pebangkit listrik.
e.
Pupuk cair
Pupik cair di hasilkan dari limbah cair proses pembuatan gula. Pupuk cair
digunakan masyarakat sebagai pupuk untuktanaman padi. Berdasarkan hasil
penelitian, limbah cair dari pembuatan gula mengandung zat hara yang di butuhkan tanaman yang setara
dengan pupuk NPK. Berdasarkan hasil uji keasaman oleh menteri lingkungan hidup,
limbah cair mengandung pospor dalam jumlah yang sedikit. Lima atau emam tahun
yangg lalu hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo mendapt penghargaan darii pemerintah DIY karena limbah cairnya dapat meningkatkan
produksi padi di daerah sekitar Yogyakarta.
4.1.5Proses
Pembuatan GulaPasir dan Alkohol
a)
Pembuatan Gula Pasir
Bahan baku yang digunakan di PG
Madukismo adalah yang berasal dari petani sesuai dengan INPRES No. 9 Tahun 1975
tentang Penanaman Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Adapun tanaman tebu ini
ditanam pada lahan di beberapa Kabupaten antara lain: Sleman, Bantul, Kulon
Progo, Magelang, Temanggung, Purworejo
dan Kebumen. Jenis varietas tebu yang dipilih sebagai bahan baku pembuatan gula
adalah varietas tebu yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Pertumbuhan
cepat
b. Tahan
terhadap hama penyakit
c. Umur
masak pendek, hasil panen per hektar tinggi
d. Rendemen
tinggi
BSM (persyaratan
kandungan tebu) adalah di bawah 2%. Jika melebihi akan di tolak. Mendapatkan
jenis tanaman tebu yang memiliki semua persyaratan itu dirasa sulit.Oleh karena
itu jenis varietastebu tertentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahan pembantu
yang sangat penting dalam proses pembuatan gula adalah batu kapur, belerang,
asam phospat, flukolan, air ambibisi, mikrobiosida dan NaOH. Hal ini berkaitan
dengan cara mendapatkan gula SHS secara sulfitas alkali.Batu kapur berfungsi
untuk menjernihkan nira. Belerang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gas
SO2 yang digunakan untuk proses sulfitasi. Sulfitasi dipilih sebagai proses pembuatan gula karena
sulfitasi lebih murah dari cara yang lain.
Belerang berfungsi untuk
menetralkan kelebihan kapur pada nira. Asam phospat berfungsi sebagai pengumpal kotoran-kotoran
pada nira mentah, sehingga pemisahan kotoran dan nira jernih akan lebih mudah.
Asam phospat berfungsi apabila bereaksi dengan susu kapur, membentuk trikalsium
phospat. Endapan inilah yang bekerja sebagai agen pengumpal kotoran dalam
nira.Flukolan adalah zat yang mengikat partikel-partikel kecil menjadi
sekumpulan partikel dalam ukuran yang lebih besar sehingga kotoran yang
terlarut lebih mudah mengendap. Air digunakan untuk mengekstraksi nira yang
masih terkandung dalam tebu saat proses penggilingan. Mikrobiosida digunakan
untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang menyebabkan kehilangan sukrosa.Dan NaOH
digunakan untuk menghilangkan kerak pada pipa-pipa di dalam evaporator.
Bahan
bakuutama untuk pengolahan gula di PG madukismo adalah tebu. Sementara bahan
bantunya adalah Ca(OH)2, SO2, flokulan, NaOH, Na3PO4, dan air imbibisi. Proses
pengolahan tebu menjadi gula membutuhkan energi yang cukup besar. Sebagai
penghasil tenaga uap digunakan 5 buah ketel pipa air New Mark dengan
kapasitas 16 ton/jam masing-masing 440 m2 dengan tekanan kerja 15 kg/cm2 dan
satu buah ketel Chen-chen kapasitas 40 ton/jam.
Secara
umum proses pengolahan tebu menjadi gula pasir melalui tahapan sebagai berikut:
1. Pemerahan
Nira (Extraction)
Tebu
setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi) untuk dipisahkan
antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah)
melalui alat-alat berupa Unigrator Mark IV dan Cane Knife
digabung dengan 5 gilingan, masing-masing terdiri atas 3 rol dengan ukuran 36 X
64. Jumlah ampas yang diperoleh sekitar 35% tebu dan digunakan untuk bahan
bakar stasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke
bagian pemurnian untuk diproses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula
karena bakteri dilakukan sanitasi di stasiun pengilingan.
2. Pemurnian
Nira
Pemurnian
nira dilakukan dengan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan pada
suhu 70 – 75 derajat celcius, direaksikan dengan susu kapur dalam Defekator,
dan diberi gas SO2 dalm peti sulfitasi sampai pH 70. Kemudian
dipanaskan lagi sampai suhu 100 – 105 derajat celcius.Kotoran yang dihasilkan
diendapkan dalam peti pengedap (Door Clarifier) dan menggunakan Rotary
vacuum Filter (alat penapis hampa).
Endapan
padatnya (blotong) bisa digunakan sebagai pupuk organik.Kadar gula dalam
blotong ini di bawah 20%.Nira jernihnya dikirim ke stasiun penguapan.
3. Penguapan
Nira
Nira
jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem multiple effect,
yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara secara
bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16% dapat naik menjadi 64% dan
disebut nira kental, yang siap di kristalkan di stasiun kristalisasi atau
stasiun masakan. Total luas bidang pemanas adalah 5.990 m2. Nira kental yang
berwarna gelap ini di beri gas SO2 sebagai bleaching/pemucatan dan
siap untuk dikristalkan.
4. Kristalisasi
Nira
kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam Pan Kristalisasi sampai
lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu A-B-D dimana
gula A sebagai produk, gula C dipakai sebagai bibit (seed), serta
sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan dengan menggunakan uap
dengan tekanan di bawah atmosfer dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu
didihkan hanya 65 derajat celcius,jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas
tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop).
Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih dahulu didinginkan dalam
palung pendinginan (kultrog).
5. Stasiun
Sentrifugasi
Pada
stasiun putaran dilakukan pemutaran yang bertujuan untuk memisahkan gula
kristaldari stroop, klare dan tetes.Pemutaran tersebut menggunakan mesin
pemisah (centrifuge) yang terdiri dari basket berdinding saring yang
berputar. Alat ini bekerja dengan gaya sentrifugasi. Hasil sentrifugasi adalah
kristal gula (belum kering dan masih berwarna merah/belum murni) dan molase
(tetes tebu). Kristal gula yang berwarna merah ini disebabkan adanya lapisan
tetes yang masih tertinggal pada permukaan kristal sukrosa. Kristal gula ini
masih membawa kotoran, untuk membersihkannya dapat dilakukan dengan cara
membasahi kristal gula dengan larutan sukrosa jenuh kemudian diputar sekali
lagi, sehingga diperoleh kristal gula yang bersih.
6. Penyelesaian
dan Gudang Gula
Dengan
alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dipisahkan antara gula halus,
gula kasar, dan gula normal.Gula halus dan kasar dilebur, kemudian
dikristalisasi lagi.Gula normal diirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung
plastik.
b)
Pembuatan Alkohol
Bahan
baku untuk pembuatan alkohol atas spiritus di PS Madukismo adalah tetes
(molase) yang merupakan hasil samping pengolahan gula. Sementara bahan bantunya
adalah Ragi atau Yeast, Urea, NPK, Superfloc, H2SO4 dan
air.Ragi yang dipakai adalah Saccaromyces cerevisiae. Enzim yang ada
dalam ragi ini merubah gula yang masih ada dalam tetes menjadi alkohol dan gas
CO2.
Secara
umum proses pengolahan tetes menjadi alkohol melalui 3 tahapan berikut:
1)
Pemasakan
Tetes
diencerkan dengan air sampai brix tertentu dan ditambah nutrisi untuk
pertumbuhan ragi.Sebagai sumber nitrogen dipakai pupuk urea, dan sebagai sumber
phosphor dipakai pupuk NPK.
2)
Peragian
Dilaksanakan
bertahap mulai dari isi 3.010 liter, 18.000 liter dan 75.000 liter. Waktu
peragian utama berkisar 36-40 jam dan kadar alkohol yang bisa dicapai antara
9-10%.
3)
Penyulingan
Adonan
yang telah selesai diragikan dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat
penyulingan. Penyulingan menggunakan tenaga uap dengan tekanan 0,8 kg/cm2 pada
suhu 120 derajat celcius. Pesawat penyulingan terdiri dari 4 kolom :
·
Kolom Kasar (Maise
Column)
Hasilnya
alkohol kasar dengan kadar 45% masuk ke kolom Vorloop.Vinasse, dibuang.
·
Kolom Vorloop
Alkohol teknis dengan kadar 94% masih mengandung
aldehid, kemudian ditampung sebagai hasil
·
Kolom Rektifiser
Alkohol
murni (prima) dengan kadar 95% bebas aldehid, ditampung sebagai hasil.
·
Kolom nachloop
Alkohol
teknis dengan kadar 94%, ditampung sebagai hasil
4.2
UPT BPPTK
LIPI
4.2.1 Sejarah DidiriknayaUPT BPPTKLIPI Yogyakarta
Unit
Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor
1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai
Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK). UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta
merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan
Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan
Yogyakarta.Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul,
Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan pangan.
UPT BPPTK
LIPI terdiri dari tiga macam laboratorium yaitu Laboratorium Pangan,
Laboratorium Pakan
dan Nutrisi Ternak, serta Laboratorium Teknologi
Kimia Dan Lingkungan.
Lokasi UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten
Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa
Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
4.2.2 Strukur
Organisasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta

Gambar 4.2 Struktur Organisasi UPT BPPK LIPI Yogyakarta
Keterangan
gambar:
Kepala :
Hardi Julendra S.Pt., M.Sc
Sub. Bag
Tata Usaha : Hendra Herdian S.Pt., M.Sc
Seksi
Rancang Bangun : Ahmad Sofyan S.Pt., M.Sc
Seksi
Program dan Kerjasama : Satriyo Krido Wahono, ST
Kepala
Program Pangan : Ir. Muhammad Kurniadi,
MTA
Kepala
Program Teknologi Kimia dan Lingkungan: Ir. Muhammad Kismurtono
Kepala Program Pakan : Erma Damayanti, S.Si
Ketua UPT BPPTK
LIPI Yogyakarta adalah Hardi Julendra S.Pt.,
M.Sc yang ahli dalam bidang nutrisi ternak. Dalam melaksanakan tugasnya beliau
di bantu oleh pegawai yang ahli pada bidangnya dan mempuyai tanggungjawab
masing-masing.
Pegawai yang
bertanggung jawab bagian Tata Usaha di UPT BPPTK
LIPI Yogyakarta adalah Hendra Herdian S.Pt.,
M.Sc. Jabatan Seksi Rancang Bangunan diemban oleh Ahmad Sofyan S.Pt., M.Sc.
Sedangkan Jabatan Seksi Program dan Kerjasama dipegang oleh Satriyo Krido
Wahono, ST.
UPT BPPTK
LIPI Yogyakarta memiliki tiga macam program atau
spesilisasi yang dipimpin orang yang berbeda pula. Kepala Program Pangan dijaba
oleh IR. Muhammas Kurnia, MTA. Kepala Program Teknologi Kimia dan Lingkungan di
jabat oleh Ir. Muhammad Kismurtono. Sedangkan ibu Erna Damayanti adalah kepala
program Pakan.
Pegawai UPT BPPTK
LIPI Yogyakarta ada 70 orang dari seluruh
Indonesia. Kepala UPT BPPTK LIPI Yogyakarta berasal dari Sumatera. Deputi UPT BPPTK LIPI terbagi dalam lima kelompok yaitu Deputi IPSK, Deputi Jasil (Jasa hasil
penelitian), Deputi IPT yang bekerja
pada bidang teknologi misalnya teknologi mobil tatasurya, Deputi IPK yang bekerja pada bidang bencana seperti gempa dan
tsunami. Serta Deputi IPH (Ilmu hayati dan bioteknologi).
4.2.3 Alat-Alat Yang Digunakan di UPT BPPTK LIPI
UPT BPPTK LIPI terdiri dari
tiga macam laboratorium yaitu
Laboratorium Pangan, Laboratorium Pakan dan Nutrisi Ternak, serta Laboratorium Teknologi
Kimia Dan Lingkungan.
Alat-alat yang ada di Laboratorium Pangan adalah hotplate yang berfungsi
untuk memanaskan serta menghomogenkan bahan, tabung reaksi untuk mereaksikan
bahan atau larutan, lemari asam untuk menuangkan larutan yang bersifat asam,
oven untuk mensterilisasi alat, gelas ukur untuk mengukur larutan yang akan
digunakan, alat destilasi yang berfungsi untuk proses destilasi dan lain-lain.
Alat-alat yang terdapat pada Laboratorium Pakan dan Nutrisi Ternak adalah aspirator yang
berfungsi untuk menyerap cairan pada rumen sapi, timbangan untuk mengukur berat
sapi.
Alat yang digunakan
Laboratorium Teknologi Kimia Dan Lingkungan adalah detegsenger pengikat panas.
4.2.4 Produk yang dihasilkanUPT BPPTK
LIPI
1) Gudeg
Kaleng

Gambar 4.3 Gudeg Kaleng
Gudeg adalah makanan khas Yogyakarta
dan Jawa
Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan dan dibumbui
dengan kluwak. Komposisi kandungan : GIZI % per 100 g, Lemak
5.12, Protein 5.33, Karbohidrat 12.47, kadar air 73.28 dan kadar abu 1.72
terdaftar BPOM. RI . MD. 555112001035.
2) Manggut
Lele Kaleng

Gambar 4.2 Manggut Lele Kaleng
Mangut lele merupakan makanan khas dari daerah Bantul, Yogyakarta.Lele
dimasak dengan menggunakan bumbu mangut, yang didominasi dengan kuah dari
santan. Komposisi Gizi Mangut Lele Kaleng : GIZI % per 100 g, lemak 6.24,
protein 6.58, karbohidrat 9.63, kadar air 75.71, kadar abu 1.66 terdaftar
BPOM.RI.MD. 517112003035.
3) Tepung BMC Tempe

Gambar 4.3 Tepung BMC Tempe
Tepung BMC Tempe merupakan tepung campuran dari
tepung tempe dan bahan lokal lainnya (tepung beras, tepung kacang hijau dll).
Tepung BMC Tempe ini dapat dibuat menjadi produk makanan (kudapan) yang dapat
digunakan dalam Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi anak usia sekolah
maupun balita.
4) Lemo-Fit

Gambar
4.4 Lemo-Fit
Lemo-Fit adalah produk pakan imbuhan yang diformulasikan khusus untuk ternak ruminansia baik ternak kecil (domba, kambing dll) maupun ternak besar (sapi, kerbau dll). Khasiat nutrisi produk imbuhan pakan ini selain sebagai peningkat nafsu makan ternak juga akan meningkatkan produktivitas sehingga lebih menguntungkan bagi peternak. Beberapa hasil uji lapangan ke peternak rakyat juga memperlihatkan adanya pengaruh positif dari Lemo-Fit terhadap kesehatan ternak.
5) Tepung untuk anak gizi buruk
6) MLP
(maknanan lewat pipa)
7) Khoir
(susu kental manis dari tempe)
8) Tepung
tempe untuk serdadu (tentara) agar tidak kelaparan
9) Mi
Ayo (Modifide Cassava)
10) Biskuit
untuk penderita diabetes melitus
11) Nogel, dari
keong usal
12) biogas
Produk hasil olah di LIPI kebanyakan local, diantaranya (http://rodhotululiya.blogspot.com/2012_01_01_archive.html) :
1.
Pathilo
Pathilo merupakan
makanan sejenis kerupuk yang menjadi makanan khas Gunungkidul.Semakin digemarinya
produk ini secara luas menjadikan potensial untuk dikembangkan.Penelitian yang
telah dilakukan LIPI tentang teknologi pembuatan pathilo menghasilkan pathilo
yang memiliki kualitas yang lebih bagus dan lebih banyak disukai oleh
konsumen.Kegiatan lanjutan berupa implementasi teknologi pembuatan pathilo
sebagai salah satu kegiatan pembinaan UMKM yang berkaitan dengan pasca panen
ubi kayu dilakukan di Desa Bejiharjo, Karangmojo.Kegiatan ini melibatkan peran
serta wanita, terutama yang bergabung dalam kelompok Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK).Kegiatan yang dilakukan meliputi pelatihan pembuatan pathilo,
diversifikasi produk pathilo, pengemasan produk serta pemasaran produk.
Diharapkan denga implementasi ini muncul UMKM pathilo yang mandiri dan maju
2. Teh Jamur linzie
Teh ling zhi adalah teh yang diminum oleh raja-raja dahulu di negri
Cina untuk menjaga kesehatan tubuh supaya tetap muda, kuat secara fisik dan
bebas dari gangguan penyakit yang dikarenakan faktor penuaan.
Sejak tahun 1962 telah diteliti oleh pakar kesehatan jepang bawa
Teh Ling Zhi sama sekali tidak ada efek sampingan, apabila terus menerus
diminum dapat menghasilkan antibodi tubuh yang kuat, menormalkan semua fungsi
organ tubuh dan dapat menghilangkan penyumbatan pembuluh darah yang diakibatkan
kolestrol, lemak dan lipid darah.
3. Cranberry
UPT BPPTK LIPI Yogyakarta
telah berhasil mengembangkan proses pengolahan kelopak bunga Cranberry menjadi
produk minuman seduh kantong (tea bag) dan bubuk sedu dengan kualitas produk
lebih unggul daripada yang telah beredar di pasaran. Prosesnya dilaksanakan
menggunakan teknologi yang tidak terlalu canggih namun tetap menghasilkan
produk berkualitas dan memberi citra higienis yang baik.Produk hasil penelitian
tersebut memiliki warna lebih merah cerah walaupun tanpa ditambahkan pewarna
dengan rasa yang lebih disukai.Penyajiannya dapat dilakukan dalam bentuk
minuman hangat maupun dingin sesuai dengan yang dikehendaki.
- Sayur Lombok ijo
- Sabun sirih
- Tempe kari
- Distilat sirih
- Distilat cengkeh
- Pati bengkuang
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Observasi, Dapat Disimpulkan Sebagai
Berikut
1.
PG. Madukismo dibangun pada tahun1955 atas prakarsa Sultan
Hamengkubuwono IX.
UPT
BPPTK LIPI Yogyakartadibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni
2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan
Teknologi Kimia (BPPTK).
2.
Struktur organisasi
PG. Madukismo P2G Madubaru PT mempunyai
susunan organisasi yang dipimpin oleh Administratur. Dalam menjalankan tugasnya
administratur dibantu oleh kepala-kepala bagian yang terdiri dari kepala bagian
keuangan, umum, tanaman, instalasi dan pabrikasi.
UPT BPPTK LIPI Yogyakarta dipimpin olleh
3. Alat-alat
apa saja yang dipakai di PG. Madukismo dan Gunungkidul serta fungsinya?
4. Apa
saja produk yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta?
5. Bagaimana
proses pembuatan produk yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan UPT BPPTK
LIPI Yogyakarta?
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, Ferdinan.2007. Laporan Kerja Praktek Proses
Pengolahan Limbah Di PG Madukismo,
Yogyakarta.
energibio.wordpress.com
saifulanwar.wordpress.com
sciencedanar.blogspot.com
http://tofikmunandar.blogspot.com/2011/08/bab-ii-tinjauan-umum.html
, tgl 2 jam 10
http://bpptk.lipi.go.id/
KATA PENGANTAR
Puji SyukurpenulispanjatkankehadiratAllahSWTatasrahmatdanhidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikanlaporan Kerja Kuliah Lapang ini, dengan judul ”Laporan Observasi Lapangan
PG.Madukismo dan UPT BBPTK LIPI
Yogyakarta Yogyakarta” dengan tepat waktu.
LaporaninidisusununtukmemenuhitugasKuliahKerjaLapang ke PG. MadukismosertaInstansi
UPT BBPTK LIPI YogyakartayangdiadakanolehJurusanBiologiUniversitas Islam Maulana
Malik Ibrahim Malang padatanggal 15
sampai 17 April 2014.Penulisan
makalah ini dapat
terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
DosenpengampumatakuliahTeknikInstrumentasi
dr. TiasPramestiGriana, .AinunNikmatiLailiM.Si,
KholifahKholilM.Si, dan Nur NailiSusantiM.Si.
2.
Dosenpembimbing
dr. TiasPramestiGriana, sekaligussebagaiwalikelasbiologi c.
3.
Teman-temansatuangkatan biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
4.
Teman-temankelasbiologi
c.
Penulismenyadaribahwadalammenyusunlaporanini jauhdari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikandankesempurnaanlaporanini.Semogalaporanini
bermanfaatbagi semua pihakyangberkepentingan.
Malang, 3 Mei 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Ilmu
pengetahuan telah menjadi sasaran pokok oleh para musafir ilmu.Tingkat
pendidikan saat ini sangat diprioritaskan untuk memperoleh sumber daya manusia
yang cerdas dan cakap dalam bidang pendidikan dengan skill yang berkualitas,
ketika memasuki dunia kerja.Karena persaingan dunia kerja yang sangat kuat,
banyak perusahaan-perusahaan dan industri-industri pabrik yang memutuskan untuk
gulung tikar disebabkan adanya perusahaan dan industri pabrik asing dengan
tenaga-tenaga kerjanya yang jauh lebih canggih sehingga tenaga-tenaga kerja di
Negara sendiri tidak dibutuhkan lagi.
Daerah
Yogyakarta adalah sebuah kawasan industri tradisional yang masih mempertahankan
adat dan kulturalnya sampai saat ini.Seperti halnya PG. Madukismo di daerah
Klaten yang berdiri sejak tahun 1955, yang masih mempekerjakan orang-orang
sekitar pabrik sebagai pegawainya, jadi belum ada campur tangan dari tenaga
kerja asing didalamnya.Mulai dari pengelolaan ladang tebu sampai pengolahan
tebu menjadi gula, dan pengolahan ampas atau limbah tebu tadi menjadi alcohol
dan spirtus yang biasanya dipergunakan dalam melakukan sebuah penelitian
ataupun dalam bidang kedokteran.
Selain
itu, terdapat balai penelitian atau LIPI di daerah Gunungkidul Yogyakarta yang
digunakan sebagai balai penelitian pangan di Yogyakarta. Balai ini juga
melakukan produksi-produksi sampel bahan makanan yang nantinya akan menjadi
salah satu komoditas pangan industri-industri
pangandi daerah sekitar Yogyakarta.
Oleh
karena itu, laporan kuliah kerja lapang ini membahas tentang sejarah dan proses
produksi PG.Madukismo serta UPT BPPTK LIPI Yogyakarta berdasarkan observasi
lapang yang telah dilakukan, supaya pembaca mengerti dan mengetahui
mengenai kedua tempat tersebut. Karena penulis sekedar berbagi pengetahuan
tentang industri dan balai penelitian di daerah Yogyakarta pada khususnya.
1.2
Identifikasi
masalah
Identifikasi masalah dari laporan kuliah lapangan ini
adalah:
1. Bagaimana
sejarah PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta?
2. Bagaimana
struktur organisasi PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta?
3. Alat-alat
apa saja yang dipakai di PG. Madukismo dan Gunungkidul serta fungsinya?
4. Apa
saja produk yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta?
5. Bagaimana
proses pembuatan produk yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan UPT BPPTK
LIPI Yogyakarta?
1.3
Maksud
dan tujuan laporan KKL
Maksud
dan tujuan laporan dari laporan KKL
ini adalah:
1. Untuk
mengetahui sejarah PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta.
2. Untuk
mengetahui struktur organisasi PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta.
3. Untuk
mengetahui alat-alat apa saja yang dipakai di PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI
Yogyakarta besrta fungsinya.
4. Untuk
mengetahui produk-produk apa saja yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta.
5. Untuk
mengetahui proses pembuatan produk yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta.
1.4 Kegunaan
laporan KKL
Manfaat atau
kegunaan dari laporan KKL ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai
persyaratan memenuhi tugas tentang praktik Kuliah Kerja Lapang yang
dilaksanakan di PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta.
2. Menambah
informasi dan pengetahuan tentang proses produksi gula dan pengolahan limbahnya
menjadi alcohol juga spirtus di PG. Madukismo.
3. Menambah
wawasan tentang penelitian dengan dilakukannya observasi di UPT BPPTK LIPI
Yogyakarta mengenai proses pembuatan bahan pangan, makan ternak, ataupun
obat-obatan herbal.
1.5 Kerangka
pemikiran
Laporan
ini ditulis berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di instansi-instansi
terkait, mengenai produk-produk apa saja yang dihasilkan, hingga proses
pembuatannya. Berikut juga diikutsertakan sejarah berdirinya instansi tersebut
dan susunan organisasi dari masing-masing instansi terkait jikalau memang ada.
1.6 Metode
penelitian dan pelaporan KKL
Metode
penelitian yang dilakukan dalam pennelitian ini adalah metode observasi atau
pengamatan langsung ke tempat penelitian dengan melakukan wawancara dan dipandu
dalam proses pengamatan oleh seorang karyawan dari instansi yang terkait.
Metode pelaporan KKL ini, ditulis dalam bentuk laporan penelitian dengan format
yang telah ditentukan oleh dosen pengampu matakuliah Teknik Instrumentasi,
disertai dengan gambar pengamatan yang diperoleh saat pengamatan.
1.7 Lokasi
dan Waktu KKL
Praktik
Kuliah Kerja Lapang ini belokasi di PG. Madukismo Klaten Yogyakartaa dan UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta Yogyakarta.Waktu dilaksanakannya kegiatan ini adalah
dimulai sejak tanggal 15 April sampai 17
April 2014. Untuk pengamatan di PG. Madukismo dilakukan pada hari Rabu tanggal
16 April 2014 pukul 07.00
WIB sampai selesai, dan di UPT BPPTK LIPI Yogyakarta pada tanggal 17 April 2014
pada pukul 10.00
WIB sampai selesai.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tebu
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu
anggota familia rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika
basah, namun masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada
berbagai jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas
permukaan laut (dpl).
Asal mula tanaman tebu sampai saat ini belum didapatkan kepastiaanya, dari
mana asal muasal tanaman tebu.Namun sebagian besar para ahli yang memang
berkompeten dalam hal ini, berasumsi bahwa tanaman tebu ini berasal dari Papua
New Guinea.Pada 8000 SM, tanaman ini menyebar ke Kep.Solomon dan Kaledonia
Baru. Ekspansi tanaman ini ke arah timur Papua New Guinea berlangsung pada 6000
SM, dimana tebu mulai menyebar ke Indonesia, Filipina dan India.
Dari India, tebu kemudian dibawa ke China pada tahun 800 SM, dan mulai dimanfaatkan sebagai pemanis oleh bangsa China pada tahun 475 SM. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntungan yang sangat besar.
Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642, mereka menemukan keberadaan tebu yang kemudian dipelajari dan mulai diolah menjadi gula kristal. Ketika menguasai Mesir pada 710 M, tebu ditanam secara besar-besaran di tanah Mesir yang subur.Pada masa inilah, ditemukan teknologi kristalisasi, klarifikasi, dan pemurnian. Dari Mesir, gula menyebar ke Maroko dan menyeberangi Laut Mediterania ke benua Eropa, tepatnya di Spanyol (755 M) dan Sisilia (950 M).
Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11.Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini.Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099.Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula.Dari sebuah catatan perdagangan di Inggris, gula dihargai 2 Shilling/lb, nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata pada saat itu.
Mungkin karena merupakan sebuah temuan baru, gula pada saat itu telah menjadi sebuah simbol dari status sosial.Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka.Bahkan ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula.Bahkan lebih “gila” nya lagi karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat.Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk memperkokoh kekuatan mereka.
Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Namun Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia.
Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untukditanam di kawasan Karibia.Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan cepat.Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago.Tanaman tebu dibudidayakan secara massal.Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu.Oleh karenanya, produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.
Dari India, tebu kemudian dibawa ke China pada tahun 800 SM, dan mulai dimanfaatkan sebagai pemanis oleh bangsa China pada tahun 475 SM. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntungan yang sangat besar.
Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642, mereka menemukan keberadaan tebu yang kemudian dipelajari dan mulai diolah menjadi gula kristal. Ketika menguasai Mesir pada 710 M, tebu ditanam secara besar-besaran di tanah Mesir yang subur.Pada masa inilah, ditemukan teknologi kristalisasi, klarifikasi, dan pemurnian. Dari Mesir, gula menyebar ke Maroko dan menyeberangi Laut Mediterania ke benua Eropa, tepatnya di Spanyol (755 M) dan Sisilia (950 M).
Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11.Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini.Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099.Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula.Dari sebuah catatan perdagangan di Inggris, gula dihargai 2 Shilling/lb, nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata pada saat itu.
Mungkin karena merupakan sebuah temuan baru, gula pada saat itu telah menjadi sebuah simbol dari status sosial.Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka.Bahkan ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula.Bahkan lebih “gila” nya lagi karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat.Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk memperkokoh kekuatan mereka.
Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Namun Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia.
Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untukditanam di kawasan Karibia.Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan cepat.Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago.Tanaman tebu dibudidayakan secara massal.Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu.Oleh karenanya, produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.
2.2 Ampas Tebu
Ampas
tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu (saccharum
oficinarum) setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada Industri
pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah
berserat yang dikenal sebagai ampas tebu (bagasse).
Pada proses penggilingan tebu,terdapat lima kali
prosespenggilingan dari batang tebu sampai dihasilkan ampas tebu.Pada
penggilingan pertama dan kedua dihasilkan nira mentah yang berwarna kuning
kecoklatan,kemudian pada proses penggilingan ketiga,keempat dan kelima
dihasilkan nira dengan volume yang tidak sama.Setelah proses penggilingan awal
yaitu penggilingan pertama dan kedua dihasilkan ampas tebu basah.Untuk
mendapatkan nira yang optimal,pada penggilingan ampas hasil gilingan kedua
harus ditambahkan susu kapur 3Be yang berfungsi sebagai senyawa yang mampu
menyerap nira dari serat ampas tebu,sehingga pada penggilingan ketiga nira
masih dapat diserap meskipun volumenya lebih sedikit dari hasil gilingan kedua.
Pada penggilingan seterusnya hingga penggilingan kelima ditambahkan susu kapur
3Be dengan volume yang berbeda-beda tergantung sedikit banyaknya nira yang
masih dapat dihasilkan.
Tebu di Indonesia
pada tahun 2007 sebesar 21 juta ton potensi ampas yang dihasilkan sekitar 6
juta ton ampas per tahun. Selama ini hampir di setiap pabrik gula tebu
menggunakan ampas sebagai bahan bakar boiler.
Tiap berproduksi, pabrik gula selalu
menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat,cair dan gas.Limbah padat,
yaitu: ampas tebu (bagas),Abu boiler dan blotong (filter cake).
Ampas tebu merupakan limbah padat yang berasal dari perasan batang tebu untuk
diambil niranya. Limbah ini banyak mengandung serat dan gabus. Ampas tebu
selain dimanfaatkan sendiri oleh pabrik sebagai bahan bakar pemasakan nira,
juga dimanfaatkan oleh pabrik kertas sebagai pulp campuran pembuat
kertas. Kadangkala masyarakat sekitar pabrik memanfaatkan ampas tebu sebagai
bahan bakar. Ampas tebu ini memiliki aroma yang segar dan mudah dikeringkan
sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Limbah padat yang kedua berupa blotong,
merupakan hasil endapan (limbah pemurnian nira) sebelum dimasak dan
dikristalkan menjadi gula pasir. Bentuknya seperti tanah berpasir berwarna
hitam, memiliki bau tak sedap jika masih basah. Bila tidak segera kering akan
menimbulkan bau busuk yang menyengat. (Mahmudah Hamawi,2005)
Kebutuhan energi
di pabrik gula dapat dipenuhi oleh sebagian ampas dari gilingan akhir. Sebagai
bahan bakar ketel jumlah ampas dari stasiun gilingan adalah sekitar 30 % berat
tebu dengan kadar air sekitar 50 %. Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah
terdiri dari unsur C (carbon) 47 %, H (Hydrogen) 6,5 %, O (Oxygen)
44 % dan abu (Ash) 2,5 %. Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot, 1986) tiap
kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5 % akan memiliki kalor sebesar
1825 kkal.
Kelebihan ampas (bagasse)
tebu dapat membawa masalah bagi pabrik gula, ampas bersifat bulky (meruah)
sehingga untuk menyimpannya perlu area yang luas. Ampas mudah terbakar karena
di dalamnya terkandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga bila tertumpuk
akan terfermentasi dan melepaskan panas. Terjadinya kasus kebakaran ampas di
beberapa pabrik gula diduga akibat proses tersebut. Ampas tebu selain dijadikan
sebagai bahan bakar ketel di beberapa pabrik gula mencoba mengatasi kelebihan
ampas dengan membakarnya secara berlebihan (inefisien). Dengan cara
tersebut mereka bisa mengurangi jumlah ampas tebu
Blotong merupakan limbah padat produk
stasiun pemurnian nira, berupa endapan berbentuk padatan semi basah dengan
kadar air 50 – 70%, dalam sehari dapat dihasilkan 3,8-4% dari jumlah tebu yang
digiling. Blotong yang dihasilkan di angkut dengan truk kemudian ditampung pada
lahan berbentuk cekungan di bagian belakang pabrik. Blotong dimanfaatkan
sebagai tanah urug dan pengeras jalan. Limbah ini juga sebagian besar diambil
petani untuk dipakai sebagai pupuk, sebagian yang lain dibuang di lahan tebuka,
dapat menyebabkan polusi udara, pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar
lahan tersebut.Abu boiler merupakan sisa pembakaran ampas tebu yang digunakan
dalam proses pengolahan tebu.Kebanyakan masyarakat masih memanfaatkannya
sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.
2.3 Bioetanol
(Bio)Etanol telah digunakan
manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol.
Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari
China bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh
manusia prasejarah dari masa Neolitik.
Campuran dari (Bio)etanol yang mendekati kemrunian untuk pertama kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine yang mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang proses distilasi wine. Sedangkan (Bio)etanol absolut didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann Tobias Lowitz, dengan menggunakan distilasi saringan arang.
Antoine Lavoisier menggambarkan bahwa (Bio)etanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Nicolas-Théodore de Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Limapuluh tahun kemudian (1858), Archibald Scott Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya. Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday membuat etanol dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini.
Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat, pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (bio)etanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan.
Campuran dari (Bio)etanol yang mendekati kemrunian untuk pertama kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine yang mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang proses distilasi wine. Sedangkan (Bio)etanol absolut didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann Tobias Lowitz, dengan menggunakan distilasi saringan arang.
Antoine Lavoisier menggambarkan bahwa (Bio)etanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Nicolas-Théodore de Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Limapuluh tahun kemudian (1858), Archibald Scott Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya. Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday membuat etanol dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini.
Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat, pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (bio)etanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan.
Bioetanol, Etanol, Alkohol
Etanol disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja, adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Sedangkan bioetanol adalah etanol (alkohol yang paling dikenal masyarakat) yang dibuat dengan fermentasi yang membutuhkan faktor biologis untuk prosesnya. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Jadi untuk seterusnya, dalam tulisan ini penggunaan istilah alkohol tidak akan digunakan lagi untuk menghilangkan ambiguitas.
Etanol disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja, adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Sedangkan bioetanol adalah etanol (alkohol yang paling dikenal masyarakat) yang dibuat dengan fermentasi yang membutuhkan faktor biologis untuk prosesnya. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Jadi untuk seterusnya, dalam tulisan ini penggunaan istilah alkohol tidak akan digunakan lagi untuk menghilangkan ambiguitas.
(Bio)Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-OH. (Bio)Etanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH). Secara umum akronim dari (Bio)Etanol adalah EtOH (Ethyl-(OH))
(Bio)Etanol(Bio)Etanol tidak
berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat
memabukkan jika diminum. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak
dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman.
Saat ini (Bio)Etanol dipakai
secara luas di Brazil dan Amerika Serikat. Semua kendaraan bermotor di Brazil,
saat ini menggunakan bahan bakar yang mengandung paling sedikit kadar ethanol
sebesar 20 %. Pertengahan 1980, lebih dari 90 % dari mobil baru, dirancang
untuk memakai (Bio)Etanol murni.
Di Amerika Serikat, lebih dari 1 trilyun mil telah ditempuh oleh kendaraan bermotor yang menggunakan BBM dengan kandungan (Bio)Etanol sebesar 10 % dan kendaraan FFV (Flexible Fuel Vehicle) yang menggunakan BBM dengan kandungan 85 % (Bio)Etanol.
Di Amerika Serikat, lebih dari 1 trilyun mil telah ditempuh oleh kendaraan bermotor yang menggunakan BBM dengan kandungan (Bio)Etanol sebesar 10 % dan kendaraan FFV (Flexible Fuel Vehicle) yang menggunakan BBM dengan kandungan 85 % (Bio)Etanol.
Penggunaan bioetanol sebagai
bahan bakar, sebenarnya telah lama dikenal. Seperti telah disebutkan diatas
bahwa pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun
1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (Bio)etanol sebagai bahan
bakarnya.. Namun penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati kurang
ditanggapi pada waktu tersebut, karena keberadaan bahan bakar minyak yang murah
dan melimpah. Saat ini pasokan bahan bakar minyak semakin menyusut ditambah
lagi dengan harga minyak dunia yang melambung membuat (Bio)Etanol semakin
diperhitungkan.
(Bio)Etanol dapat digunakan pada
kendaraan bermotor, tanpa mengubah mekanisme kerja mesin jika dicampur dengan
bensin dengan kadar (Bio)Etanol lebih dari 99,5%. Perbandingan (Bio)Etanol pada
umumnya di Indonesia baru penambahan 10% dari total bahan bakar. Pencampuran
(Bio)Etanol absolut sebanyak 10 % dengan bensin (90%), sering disebut Gasohol
E-10. Gasohol singkatan dari gasoline (bensin) dan (Bio)Etanol. (Bio)Etanol
absolut memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan Premium hanya 87-88. Gasohol
E-10 secara proporsional memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi
ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah
lingkungan dan di negara-negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl
Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE).
BAB
III
OBJEK
PENELITIAN
Kuliah
kami Kerja Lapangan (KKL) ini kami laksanakan di dua tempat yaitu, Pabrik Gula
Madukismo dan UPT BPPTK LIPI. Kami memilih
kedua tempat ini karena pabrik ini mengahasilkan produk-produk yang bagus dan
kami menganggap dengan melakukan penelitian di sana dapat menambah pengetahuan
kami tentang produk-produk yang di produksi di sana .
1.
Pabrik Gula Madukismo
Sebelum perang dunia II di Yogyakarta terdapat
beberapa pabrik gula seperti di Cebongan, Gesikan, Ganjuran, Wonopati, Pundong,
Jambang, dan Demak Ijo. Tetapi semua ini merupakan pabrik kecil yang akhirnya
dibumihanguskan pada perang dunia II.Pabrik
Gual (PG) Madukismo oleh pemerintah dipertahankan dan mulai diperbaiki
pada tanggal 14 Juni 1955. Pembangunan pabrik ini ditanggani oleh kontraktor Machine
Fabrick Sangerhausen dari Jerman Timur.Pembangunan pabrik tersebut
merupakan hasil kerjasama antara P3G (Panitia Pendiri Pabrik Gula) dengan
pemerintah DIY.Kemudian dibentuk BP3 (Badan Pelaksana Perusahaan Perkebunan)
yang akhirnya menjelma menjadi YAKTI (Yayasan Kredit Tani).Hal ini atas
prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang memikirkan agar hasil pendapatan
petani daerah meningkat dan untuk memperluas lapangan kerja. Tanggal 29 Mei
1958 pabrik tersebut diresmikan oleh Presiden RI Ir. Soekarno .mulai tanggal
1958 pabrik mulai beroperasi dengan kapasitas 1500 ton tebu per hari. PG
Madukismo terletak di Desa Padokan, Tortinimolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul yang berjarak kurang lebih 5 km sebelah barat daya kota Yogyakarta.
2. UPT BPPTK
LIPI
Unit
Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor
1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai
Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK). UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta
merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan
Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan
Yogyakarta.Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan
satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas.Kegiatan utama dari
satuan tersebut adalah pertanian.Kegiatan utama satuan kerja yang berada di
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi
pengolahan pangan.Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat
kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium.
Pembentukan
UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan
peleburan ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang
berbeda dapat menimbulkan dampak.Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar
satuan kerja yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara
optimal. Tugas pokok UPT BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung
jawab, yaitu:
1. kepada dunia ilmu pengetahuan
2. kepada masyarakat
3. kepada pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada
pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan
kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas.Pemantapan organisasi
UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat penting
dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar program, antar
proyek dan antar kegiatan.Namun demikian program/kegiatan tersebut harus
mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK
sebagai salah satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun Rencana
Implementatif yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan
program selama 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti,
merespon dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
muncul baik di dalam maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik
dan berjangka panjang.
Lokasi UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten
Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa
Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pabrik Gula Madukismo
4.1.1 Sejarah Berdirinya Pabrik Gula Madukismo
Sebelum
perang dunia II di Yogyakarta terdapat tujuh belas pabrik gula seperti di Cebongan,
Gesikan, Ganjuran, Wonopati, Pundong, Jambang, dan Demak Ijo. Tetapi semua ini
merupakan pabrik kecil yang akhirnya dibumihanguskan oleh Jepang pada perang
dunia II dan dialih fungsikan sebagai markas. Pabrik Gula
Madukismo dibangun pada tanggal 14 juni 1955. Pembangunan
pabrik ini ditanggani oleh kontraktor Machine Fabrick Sangerhausen dari
Jerman Timur. Pembangunan pabrik tersebut merupakan hasil kerjasama antara P3G
(Panitia Pendiri Pabrik Gula) dengan pemerintah DIY.Kemudian dibentuk BP3
(Badan Pelaksana Perusahaan Perkebunan) yang akhirnya menjelma menjadi YAKTI
(Yayasan Kredit Tani). Hal ini atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang
memikirkan agar hasil pendapatan petani daerah meningkat, memperluas lapangan kerja, serta untuk memenuhi kebutuhan gula masyarakat
Yogyakarta dan sekitarnya. Tanggal 29 Mei 1958
pabrik tersebut diresmikan oleh Presiden RI Ir. Soekarno .mulai tanggal 1958
pabrik mulai beroperasi dengan kapasitas 1500 ton tebu per hari. Pabrik Gula Madukismo aktif produksi pada bulan Mei-Oktober
Pabrik Gula Madukismo terletak di
Desa Padokan, Tortinimolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul yang berjarak
kurang lebih 5 km sebelah barat daya kotaYogyakarta. Luas lahan Pabrik Gula Madukismo seluruhnya adalah 28 hektar tetapi yang di gunakan
sebagi pabrik hanya 4 hektar saja. Berdirinya Pabrik Gula Madukismo 75% disumbang oleh Sultan Hamengkubowono IX dan 25 %
dari pemerintah. Namun seiring dengan pasang surut dunia saham, sekarang saham
Sultan Hamengkubowono tinggal 65% dnn 35% dimiliki oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia
(PNRI).
Karena Pabrik Gula Madukismo berada dibawah kekuasaan Sultan Hamengkubowono IX, mmaka
hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk. Dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan, Pabrik
Gula
Madukismo mengizinkan untuk diadakan
riset denga syarat surat izin dari kepala kantor dan proposal. Pabrik Gula Madukismo juga memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi
4.1.2 Strukur
Organisasi Pabrik Gula Madukismo
P2G Madubaru PT mempunyai susunan organisasi yang dipimpin oleh
Administratur. Dalam menjalankan tugasnya administratur dibantu oleh
kepala-kepala bagian yang terdiri dari kepala bagian keuangan, umum, tanaman,
instalasi dan pabrikasi.
Kepala-kepala
bagian membawahikepala sub bagian dan atau kepala seksi. Masing-masing kepala
seksi membawahi sub seksi, setiap sub bagian mempunyai tugas dan wewenang yang
telah ditetapkan oleh direksi.
Adapuntugas-tugas
administratur dan masing-masing kepala bagina adalah sebagai berikut:
1.
Direksi
Tugas-tugasnya adalah:
a.
Menentukan tujuan
serta menerapkan strategi untuk mencapai tujuan tersebut
b.
Menyusun rencana
kerja jangka panjang yag
berkasinambungan
c.
Membuat kebijakan
dalam bidang keuangan dan personalia
d.
Membuat kabijakan
dan pedoman penyusunan tahuanan
2.
Administrasi
Adalah pimpinan tertinggi yang menangani proses produksi.
Tugas-tugasnya adalah:
a.
Memimpin,
mengkoordinir dan mengawasi bagian-bagian dibawahnya
b.
Melkasanakan policy
perusahaan sesuai dengan yang ditetapkan direksi
c.
Mengajukan rencna
produksi
3.
Kepala Bagian
Keuangan
Tugas-tugasnya adalah:
a.
Menyediakan
keuangan sebagai modal usaha
b.
Menyususn pembukuan
dan mengurus arsip surat-surat perusahaan
c.
Menyediakan
keuangan untuk administrasi dan pengobatan karyawan serta memberiakn dana
sosial
d.
Mengajukan laporan
keuangan dan melaksanakan tugas lain
4.
Kepala Bagian
Sumber Daya Manusia
a.
Melaksanakn fungsi
operasional berupa penanganan tenaga kerja, latihan pengembangan dan
pemeliharaan kerja
b.
Memelihara hubungan
baik dengan organisas karyawan
c.
Membawahi kepala seksi
pekerjaan, kepala seksi pelatihan dan pengembangan, kepala seksi poliklinik
serat beberapa kepala sub seksi
5.
Kepala Bagian Umum
Tugas-tugasnya adalah:
a.
Membantu kepala
bagian keuangan dalam menjalankan tugas kepemimpinan
b.
Melasanakn
pengawasan terhadap orang luar yang masuk
kedalam lingkungan pabrik
c.
Membawahi kepala
seksi rumah tangga dan sekretariat, kepala seksi kendaraan dan kepala seksi
keamanan
6.
Kepala Bagian
Tanaman
Tugas-tugasnya adalah:
a.
Mengkoordinasiakn
urusan tanaman mulai dari pengadaa bibit, pengolahan tanah, penanaman sampai
penebnagaan tebu
b.
Menyususn
anggaran belanja tanaman
c.
Menyusun kebutuhan
tanaman, misal alat-alat pertanian dann pupuk
7.
Kepala Bagian
Pabrikasi
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya kepala bagian pabrikasi
dibantu oleh beberapa chemicer. Tugas-tugasnya adalah:
a.
Mengatur, memimipin
dan melaksanakan prosees produksi
b.
Memeriksa bahan
pembantu, menentukan rendemen tebu dan menentukan jadwal tebang
c.
Melaksanakan
pengawasan mutu gula
8.
Kepala Bagian
Pabrik Spirtus
Tugas-tugasnya adalah:
a.
Menjalankan
kebijakan administratur dalam bidang produksi alkohol dan spirtus
b.
Melakukan
perbaikan-perbaikan pada esin-mesin produksi yang mmengalami kerusaka
9.
Kepala Bagian
Instalasi
Dalam melaksanakan tugasnya bagian instalasi dibantu oleh
beberapa masinis yang bekerja pada sesuai dengan bagian-baginnya. Adapun
tugas-tugasny adalah:
a.
melakukan
perbaikan-perbaikan pada mesin-mesin produksi yang mengalami kerusakan
b.
memelihara dan
merwat pesawat-pesawat proses produksi serta esin-mesinnya
Karyawan di Pabrik Gula Madukismo dibagi menjadi 3 macam yaitu,
karyawan tetap, karyawan tidak tetap,
dan karyawan borong. Karyawan tidak
tetap berjumlah 426 orang selebihnya adalah karyawan managerial. Karyawn
ada 3000-3500 orang. Semua karyawan diberikan fasilitas kesehatan, khusus untuk karyawan tetap diberikan fasilitas kesehatan sampai tiga anak.
ada 3000-3500 orang. Semua karyawan diberikan fasilitas kesehatan, khusus untuk karyawan tetap diberikan fasilitas kesehatan sampai tiga anak.
4.1.3 Alat-Alat Yang DigunakanPabrik GulaMadukismo
Alat-alat
yang digunakan di Pabrik Gula Madukismo adalah:
Gambar
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
|
![]() |
Alat Pengilingan Tebu
|
Untuk
mengiling dan memeras tebu agar terpisah dari ampasnya
|
|
![]() |
Tangki serfobalance
|
Sebagai timbangan yang
mengunakan sistem kontrol otomatis
dengan kapasitas 4,3 ton dalam sekali timbang,
|
|
![]() |
Alat Pemanas (Raw Juice Heating)
|
(Raw
Juice Heating) membantu untuk membunuh mikroba yang ada dalam nira untuk
mempercepat reaksi proses sulfitasi dan defikasi serta mencegah
terjadinya
hidrolisis sukrosa. Pengunaan panas yang diberikan tidak boleh terlalu
|
|
![]() |
Turbin
|
-
Kecepatan putaran : 5800 rpm
-
Tekanan masuk : 18 kg/cm2
-
Daya : 3600 KW
Universitas
Sumatera Utara
- Jumlah : 2 unit
|
|
![]() |
Tangki Defikator
|
Sebagai tempat proses pencampuran
susu kapur, agar pencampuran susu kapur dengan nira menjadi
merata, nira yang telah
ditampung direaktor dan sudah dicampur dengan susu kapur
diaduk dengan alat
pengaduk yang telah diatur kecepatannya. Tujuan dari
pengadukan ini supaya susu
kapur akan menyebar.
|
|
![]() |
Bejana pengendapan (door clarifier)
|
bejana pengendapan (door clarifier) prinsip kerja dari
pengendapan adalah
memisahkan nira dengan kotoran yang terkandung didalam nira
dengan tidak
merusak nira itu sendiri.
|
|
![]() |
|
Rotary Vacum Filtrasion
|
Sebagai alat pembantu dalam proses penyaringan.
|
![]() |
Alat pemasakan
|
Sebagai alat pemasakan yang bertujuan untuk
mengkristalkan gula atau mengubah bentuk sukrosa dari zat terlarut dalam nira
menjadi padat berbentuk kristal gula
|
|
![]() |
Evaporator
|
-
Type : Calandria/ KHI Japan
-
Volume : 1500 m2
-
Jumlah : 5 unit
-
Diameter pipa : 36 mm
-
Tebal pipa : 1,5 mm
-
Jumlah pipa : 5790 batang
-
Fungsi : Tanki pengupan nira
|
|
![]() |
Tangki sulfitase
|
Peti
Sulfitasi Nira Mentah
-
Kapasitas : 18 m3/jam
-
Diameter tangki : 2700 mm
-
Tinggi tangki : 6000 mm
-
Type : Cylindrial
-
Produksi : KHI, Japan
-
Fungsi : Tangki pencampuran nira mentah dengan
Belerang
|
|
![]() |
Condensat
|
Condensat
Receiver
-
Merk/Type : Little King/ TF-70-NNR// Ebara Japan
-
Kapasitas : 2 m2/jam
-
Temperatur : 1000C
-
Fungsi : Tempat penampung air kondensat
|
|
4.1.4. Produk
Yang Dihasilakan Pabrik Gula Madukismo
Produk
yang dihasilkan oleh Pabrik Gula Madukismo ada tiga macam yaitu :
a.
Gula Pasir


Gambar 4.1
Gula hasil pengolahan tebu di Pabrik Gula Madukismo
Gula pasir adalah hasil utama
dari hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo. Gulapasir yang
dihasilkan dikemas dalam plastik dengan berat 1kg tiap bungkusnya. Gula
pasir hasil produksi hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo bermerk “gula pasir
MK “. Bungkus plastik gula ada 2 macam yaitu warna merah dan biru. Gula pasir
dengan bungkus warna merah adalah gula pasir sumber
energi alami, sedangkan gula pasir deng warna biru adalah gula pasir biasa.
Kedua macam gula pasir yang dihasilkan oleh hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo telah terdaftar di BPOM Indonesia.
Gul pasir hasil produksi Pabrik Gula Madukismo di pasarkan di sekitar Yogyakarta saja. Jika berkunjung
ke Pabrik Gula Madukismo, gula pasir dapat
di beli di koperasi Pabrik Gula
Madukismo yang berada di sebelah
selatan pabrik pembuatan alkohol.
b.
Alkohol atau
spirtus
Alkohol yang di hasilkan oleh Pabrik Gula Madukismo adalah pengolahan
tetes tebu hasil sampingan pengolahan tebu yag di tambah dengan asam sulfat (H2SO4)
dan di beri peragian dengan bakteri Saccaromices
cereviceaea.
Alkohol yang di produksi oleh Pabrik Gula Madukismo adalah alkohol murni dengan kadar 95% yang digunakan untuk alat kosmetik dan
farmasi. Perusahaan farmasi yang menggunakan alkohol 95% hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo adalah Kimia Farma. Alkohol 95% digunakan sebagai
pembuatan obat atau keperluan farmasi lainnya.
Selain itu juga diproduksi
alkohol teknis dengan kadar 94% yang dibuat sebagai spirtus. Spirtus digunakan
untuk menyalakan spirma, kompor spirtus buatan hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo yang khusus digunakan dalam pembuatan gula.
c.
Batu bata
Batu bata di buat dari hasil endapan (blotong) limbah padat pembuatan gula. Batu bata yang
dibuat dari blotong kualitasnya tidak kalah dengan batau bata yang dibuat dari
tanah pada umumnya. Batu bata tidak di jual, tetapi di sumbangkan kepada masyarakat
untuk mebangaun tempat ibadah dan dan lain-lain.
Selain digunakan sebagai batu bata, blotong juga dapat
digunakan sebagai pupuk organik karena blotong mengandung beberapa unsur hara
yang diperlukan oleh tanaman.
d.
Bahan Bakar Stasiun
Boiler
Ampas tebu limbah pengolahan tebu dari hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo tidak langsung dibuang. Ampas tebu digunakan sebagai
bahan bakar di stasiun boiler. Dalam stasiun itu dipanaskan air. Dari air itu
dihasilkan uap. Uap di proses degan turbin dan di hasilakn energi yang di
gunakan sebagi energi pebangkit listrik.
e.
Pupuk cair
Pupik cair di hasilkan dari limbah cair proses pembuatan gula. Pupuk cair
digunakan masyarakat sebagai pupuk untuktanaman padi. Berdasarkan hasil
penelitian, limbah cair dari pembuatan gula mengandung zat hara yang di butuhkan tanaman yang setara
dengan pupuk NPK. Berdasarkan hasil uji keasaman oleh menteri lingkungan hidup,
limbah cair mengandung pospor dalam jumlah yang sedikit. Lima atau emam tahun
yangg lalu hasil pengolahan Pabrik Gula Madukismo mendapt penghargaan darii pemerintah DIY karena limbah cairnya dapat meningkatkan
produksi padi di daerah sekitar Yogyakarta.
4.1.5Proses
Pembuatan GulaPasir dan Alkohol
a)
Pembuatan Gula Pasir
Bahan baku yang digunakan di PG
Madukismo adalah yang berasal dari petani sesuai dengan INPRES No. 9 Tahun 1975
tentang Penanaman Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Adapun tanaman tebu ini
ditanam pada lahan di beberapa Kabupaten antara lain: Sleman, Bantul, Kulon
Progo, Magelang, Temanggung, Purworejo
dan Kebumen. Jenis varietas tebu yang dipilih sebagai bahan baku pembuatan gula
adalah varietas tebu yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Pertumbuhan
cepat
b. Tahan
terhadap hama penyakit
c. Umur
masak pendek, hasil panen per hektar tinggi
d. Rendemen
tinggi
BSM (persyaratan
kandungan tebu) adalah di bawah 2%. Jika melebihi akan di tolak. Mendapatkan
jenis tanaman tebu yang memiliki semua persyaratan itu dirasa sulit.Oleh karena
itu jenis varietastebu tertentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahan pembantu
yang sangat penting dalam proses pembuatan gula adalah batu kapur, belerang,
asam phospat, flukolan, air ambibisi, mikrobiosida dan NaOH. Hal ini berkaitan
dengan cara mendapatkan gula SHS secara sulfitas alkali.Batu kapur berfungsi
untuk menjernihkan nira. Belerang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gas
SO2 yang digunakan untuk proses sulfitasi. Sulfitasi dipilih sebagai proses pembuatan gula karena
sulfitasi lebih murah dari cara yang lain.
Belerang berfungsi untuk
menetralkan kelebihan kapur pada nira. Asam phospat berfungsi sebagai pengumpal kotoran-kotoran
pada nira mentah, sehingga pemisahan kotoran dan nira jernih akan lebih mudah.
Asam phospat berfungsi apabila bereaksi dengan susu kapur, membentuk trikalsium
phospat. Endapan inilah yang bekerja sebagai agen pengumpal kotoran dalam
nira.Flukolan adalah zat yang mengikat partikel-partikel kecil menjadi
sekumpulan partikel dalam ukuran yang lebih besar sehingga kotoran yang
terlarut lebih mudah mengendap. Air digunakan untuk mengekstraksi nira yang
masih terkandung dalam tebu saat proses penggilingan. Mikrobiosida digunakan
untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang menyebabkan kehilangan sukrosa.Dan NaOH
digunakan untuk menghilangkan kerak pada pipa-pipa di dalam evaporator.
Bahan
bakuutama untuk pengolahan gula di PG madukismo adalah tebu. Sementara bahan
bantunya adalah Ca(OH)2, SO2, flokulan, NaOH, Na3PO4, dan air imbibisi. Proses
pengolahan tebu menjadi gula membutuhkan energi yang cukup besar. Sebagai
penghasil tenaga uap digunakan 5 buah ketel pipa air New Mark dengan
kapasitas 16 ton/jam masing-masing 440 m2 dengan tekanan kerja 15 kg/cm2 dan
satu buah ketel Chen-chen kapasitas 40 ton/jam.
Secara
umum proses pengolahan tebu menjadi gula pasir melalui tahapan sebagai berikut:
1. Pemerahan
Nira (Extraction)
Tebu
setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi) untuk dipisahkan
antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah)
melalui alat-alat berupa Unigrator Mark IV dan Cane Knife
digabung dengan 5 gilingan, masing-masing terdiri atas 3 rol dengan ukuran 36 X
64. Jumlah ampas yang diperoleh sekitar 35% tebu dan digunakan untuk bahan
bakar stasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke
bagian pemurnian untuk diproses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula
karena bakteri dilakukan sanitasi di stasiun pengilingan.
2. Pemurnian
Nira
Pemurnian
nira dilakukan dengan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan pada
suhu 70 – 75 derajat celcius, direaksikan dengan susu kapur dalam Defekator,
dan diberi gas SO2 dalm peti sulfitasi sampai pH 70. Kemudian
dipanaskan lagi sampai suhu 100 – 105 derajat celcius.Kotoran yang dihasilkan
diendapkan dalam peti pengedap (Door Clarifier) dan menggunakan Rotary
vacuum Filter (alat penapis hampa).
Endapan
padatnya (blotong) bisa digunakan sebagai pupuk organik.Kadar gula dalam
blotong ini di bawah 20%.Nira jernihnya dikirim ke stasiun penguapan.
3. Penguapan
Nira
Nira
jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem multiple effect,
yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara secara
bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16% dapat naik menjadi 64% dan
disebut nira kental, yang siap di kristalkan di stasiun kristalisasi atau
stasiun masakan. Total luas bidang pemanas adalah 5.990 m2. Nira kental yang
berwarna gelap ini di beri gas SO2 sebagai bleaching/pemucatan dan
siap untuk dikristalkan.
4. Kristalisasi
Nira
kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam Pan Kristalisasi sampai
lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu A-B-D dimana
gula A sebagai produk, gula C dipakai sebagai bibit (seed), serta
sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan dengan menggunakan uap
dengan tekanan di bawah atmosfer dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu
didihkan hanya 65 derajat celcius,jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas
tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop).
Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih dahulu didinginkan dalam
palung pendinginan (kultrog).
5. Stasiun
Sentrifugasi
Pada
stasiun putaran dilakukan pemutaran yang bertujuan untuk memisahkan gula
kristaldari stroop, klare dan tetes.Pemutaran tersebut menggunakan mesin
pemisah (centrifuge) yang terdiri dari basket berdinding saring yang
berputar. Alat ini bekerja dengan gaya sentrifugasi. Hasil sentrifugasi adalah
kristal gula (belum kering dan masih berwarna merah/belum murni) dan molase
(tetes tebu). Kristal gula yang berwarna merah ini disebabkan adanya lapisan
tetes yang masih tertinggal pada permukaan kristal sukrosa. Kristal gula ini
masih membawa kotoran, untuk membersihkannya dapat dilakukan dengan cara
membasahi kristal gula dengan larutan sukrosa jenuh kemudian diputar sekali
lagi, sehingga diperoleh kristal gula yang bersih.
6. Penyelesaian
dan Gudang Gula
Dengan
alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dipisahkan antara gula halus,
gula kasar, dan gula normal.Gula halus dan kasar dilebur, kemudian
dikristalisasi lagi.Gula normal diirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung
plastik.
b)
Pembuatan Alkohol
Bahan
baku untuk pembuatan alkohol atas spiritus di PS Madukismo adalah tetes
(molase) yang merupakan hasil samping pengolahan gula. Sementara bahan bantunya
adalah Ragi atau Yeast, Urea, NPK, Superfloc, H2SO4 dan
air.Ragi yang dipakai adalah Saccaromyces cerevisiae. Enzim yang ada
dalam ragi ini merubah gula yang masih ada dalam tetes menjadi alkohol dan gas
CO2.
Secara
umum proses pengolahan tetes menjadi alkohol melalui 3 tahapan berikut:
1)
Pemasakan
Tetes
diencerkan dengan air sampai brix tertentu dan ditambah nutrisi untuk
pertumbuhan ragi.Sebagai sumber nitrogen dipakai pupuk urea, dan sebagai sumber
phosphor dipakai pupuk NPK.
2)
Peragian
Dilaksanakan
bertahap mulai dari isi 3.010 liter, 18.000 liter dan 75.000 liter. Waktu
peragian utama berkisar 36-40 jam dan kadar alkohol yang bisa dicapai antara
9-10%.
3)
Penyulingan
Adonan
yang telah selesai diragikan dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat
penyulingan. Penyulingan menggunakan tenaga uap dengan tekanan 0,8 kg/cm2 pada
suhu 120 derajat celcius. Pesawat penyulingan terdiri dari 4 kolom :
·
Kolom Kasar (Maise
Column)
Hasilnya
alkohol kasar dengan kadar 45% masuk ke kolom Vorloop.Vinasse, dibuang.
·
Kolom Vorloop
Alkohol teknis dengan kadar 94% masih mengandung
aldehid, kemudian ditampung sebagai hasil
·
Kolom Rektifiser
Alkohol
murni (prima) dengan kadar 95% bebas aldehid, ditampung sebagai hasil.
·
Kolom nachloop
Alkohol
teknis dengan kadar 94%, ditampung sebagai hasil
4.2
UPT BPPTK
LIPI
4.2.1 Sejarah DidiriknayaUPT BPPTKLIPI Yogyakarta
Unit
Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor
1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai
Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK). UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta
merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan
Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan
Yogyakarta.Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul,
Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan pangan.
UPT BPPTK
LIPI terdiri dari tiga macam laboratorium yaitu Laboratorium Pangan,
Laboratorium Pakan
dan Nutrisi Ternak, serta Laboratorium Teknologi
Kimia Dan Lingkungan.
Lokasi UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten
Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa
Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
4.2.2 Strukur
Organisasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta

Gambar 4.2 Struktur Organisasi UPT BPPK LIPI Yogyakarta
Keterangan
gambar:
Kepala :
Hardi Julendra S.Pt., M.Sc
Sub. Bag
Tata Usaha : Hendra Herdian S.Pt., M.Sc
Seksi
Rancang Bangun : Ahmad Sofyan S.Pt., M.Sc
Seksi
Program dan Kerjasama : Satriyo Krido Wahono, ST
Kepala
Program Pangan : Ir. Muhammad Kurniadi,
MTA
Kepala
Program Teknologi Kimia dan Lingkungan: Ir. Muhammad Kismurtono
Kepala Program Pakan : Erma Damayanti, S.Si
Ketua UPT BPPTK
LIPI Yogyakarta adalah Hardi Julendra S.Pt.,
M.Sc yang ahli dalam bidang nutrisi ternak. Dalam melaksanakan tugasnya beliau
di bantu oleh pegawai yang ahli pada bidangnya dan mempuyai tanggungjawab
masing-masing.
Pegawai yang
bertanggung jawab bagian Tata Usaha di UPT BPPTK
LIPI Yogyakarta adalah Hendra Herdian S.Pt.,
M.Sc. Jabatan Seksi Rancang Bangunan diemban oleh Ahmad Sofyan S.Pt., M.Sc.
Sedangkan Jabatan Seksi Program dan Kerjasama dipegang oleh Satriyo Krido
Wahono, ST.
UPT BPPTK
LIPI Yogyakarta memiliki tiga macam program atau
spesilisasi yang dipimpin orang yang berbeda pula. Kepala Program Pangan dijaba
oleh IR. Muhammas Kurnia, MTA. Kepala Program Teknologi Kimia dan Lingkungan di
jabat oleh Ir. Muhammad Kismurtono. Sedangkan ibu Erna Damayanti adalah kepala
program Pakan.
Pegawai UPT BPPTK
LIPI Yogyakarta ada 70 orang dari seluruh
Indonesia. Kepala UPT BPPTK LIPI Yogyakarta berasal dari Sumatera. Deputi UPT BPPTK LIPI terbagi dalam lima kelompok yaitu Deputi IPSK, Deputi Jasil (Jasa hasil
penelitian), Deputi IPT yang bekerja
pada bidang teknologi misalnya teknologi mobil tatasurya, Deputi IPK yang bekerja pada bidang bencana seperti gempa dan
tsunami. Serta Deputi IPH (Ilmu hayati dan bioteknologi).
4.2.3 Alat-Alat Yang Digunakan di UPT BPPTK LIPI
UPT BPPTK LIPI terdiri dari
tiga macam laboratorium yaitu
Laboratorium Pangan, Laboratorium Pakan dan Nutrisi Ternak, serta Laboratorium Teknologi
Kimia Dan Lingkungan.
Alat-alat yang ada di Laboratorium Pangan adalah hotplate yang berfungsi
untuk memanaskan serta menghomogenkan bahan, tabung reaksi untuk mereaksikan
bahan atau larutan, lemari asam untuk menuangkan larutan yang bersifat asam,
oven untuk mensterilisasi alat, gelas ukur untuk mengukur larutan yang akan
digunakan, alat destilasi yang berfungsi untuk proses destilasi dan lain-lain.
Alat-alat yang terdapat pada Laboratorium Pakan dan Nutrisi Ternak adalah aspirator yang
berfungsi untuk menyerap cairan pada rumen sapi, timbangan untuk mengukur berat
sapi.
Alat yang digunakan
Laboratorium Teknologi Kimia Dan Lingkungan adalah detegsenger pengikat panas.
4.2.4 Produk yang dihasilkanUPT BPPTK
LIPI
1) Gudeg
Kaleng

Gambar 4.3 Gudeg Kaleng
Gudeg adalah makanan khas Yogyakarta
dan Jawa
Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan dan dibumbui
dengan kluwak. Komposisi kandungan : GIZI % per 100 g, Lemak
5.12, Protein 5.33, Karbohidrat 12.47, kadar air 73.28 dan kadar abu 1.72
terdaftar BPOM. RI . MD. 555112001035.
2) Manggut
Lele Kaleng

Gambar 4.2 Manggut Lele Kaleng
Mangut lele merupakan makanan khas dari daerah Bantul, Yogyakarta.Lele
dimasak dengan menggunakan bumbu mangut, yang didominasi dengan kuah dari
santan. Komposisi Gizi Mangut Lele Kaleng : GIZI % per 100 g, lemak 6.24,
protein 6.58, karbohidrat 9.63, kadar air 75.71, kadar abu 1.66 terdaftar
BPOM.RI.MD. 517112003035.
3) Tepung BMC Tempe

Gambar 4.3 Tepung BMC Tempe
Tepung BMC Tempe merupakan tepung campuran dari
tepung tempe dan bahan lokal lainnya (tepung beras, tepung kacang hijau dll).
Tepung BMC Tempe ini dapat dibuat menjadi produk makanan (kudapan) yang dapat
digunakan dalam Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi anak usia sekolah
maupun balita.
4) Lemo-Fit

Gambar
4.4 Lemo-Fit
Lemo-Fit adalah produk pakan imbuhan yang diformulasikan khusus untuk ternak ruminansia baik ternak kecil (domba, kambing dll) maupun ternak besar (sapi, kerbau dll). Khasiat nutrisi produk imbuhan pakan ini selain sebagai peningkat nafsu makan ternak juga akan meningkatkan produktivitas sehingga lebih menguntungkan bagi peternak. Beberapa hasil uji lapangan ke peternak rakyat juga memperlihatkan adanya pengaruh positif dari Lemo-Fit terhadap kesehatan ternak.
5) Tepung untuk anak gizi buruk
6) MLP
(maknanan lewat pipa)
7) Khoir
(susu kental manis dari tempe)
8) Tepung
tempe untuk serdadu (tentara) agar tidak kelaparan
9) Mi
Ayo (Modifide Cassava)
10) Biskuit
untuk penderita diabetes melitus
11) Nogel, dari
keong usal
12) biogas
Produk hasil olah di LIPI kebanyakan local, diantaranya (http://rodhotululiya.blogspot.com/2012_01_01_archive.html) :
1.
Pathilo
Pathilo merupakan
makanan sejenis kerupuk yang menjadi makanan khas Gunungkidul.Semakin digemarinya
produk ini secara luas menjadikan potensial untuk dikembangkan.Penelitian yang
telah dilakukan LIPI tentang teknologi pembuatan pathilo menghasilkan pathilo
yang memiliki kualitas yang lebih bagus dan lebih banyak disukai oleh
konsumen.Kegiatan lanjutan berupa implementasi teknologi pembuatan pathilo
sebagai salah satu kegiatan pembinaan UMKM yang berkaitan dengan pasca panen
ubi kayu dilakukan di Desa Bejiharjo, Karangmojo.Kegiatan ini melibatkan peran
serta wanita, terutama yang bergabung dalam kelompok Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK).Kegiatan yang dilakukan meliputi pelatihan pembuatan pathilo,
diversifikasi produk pathilo, pengemasan produk serta pemasaran produk.
Diharapkan denga implementasi ini muncul UMKM pathilo yang mandiri dan maju
2. Teh Jamur linzie
Teh ling zhi adalah teh yang diminum oleh raja-raja dahulu di negri
Cina untuk menjaga kesehatan tubuh supaya tetap muda, kuat secara fisik dan
bebas dari gangguan penyakit yang dikarenakan faktor penuaan.
Sejak tahun 1962 telah diteliti oleh pakar kesehatan jepang bawa
Teh Ling Zhi sama sekali tidak ada efek sampingan, apabila terus menerus
diminum dapat menghasilkan antibodi tubuh yang kuat, menormalkan semua fungsi
organ tubuh dan dapat menghilangkan penyumbatan pembuluh darah yang diakibatkan
kolestrol, lemak dan lipid darah.
3. Cranberry
UPT BPPTK LIPI Yogyakarta
telah berhasil mengembangkan proses pengolahan kelopak bunga Cranberry menjadi
produk minuman seduh kantong (tea bag) dan bubuk sedu dengan kualitas produk
lebih unggul daripada yang telah beredar di pasaran. Prosesnya dilaksanakan
menggunakan teknologi yang tidak terlalu canggih namun tetap menghasilkan
produk berkualitas dan memberi citra higienis yang baik.Produk hasil penelitian
tersebut memiliki warna lebih merah cerah walaupun tanpa ditambahkan pewarna
dengan rasa yang lebih disukai.Penyajiannya dapat dilakukan dalam bentuk
minuman hangat maupun dingin sesuai dengan yang dikehendaki.
- Sayur Lombok ijo
- Sabun sirih
- Tempe kari
- Distilat sirih
- Distilat cengkeh
- Pati bengkuang
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Observasi, Dapat Disimpulkan Sebagai
Berikut
1.
PG. Madukismo dibangun pada tahun1955 atas prakarsa Sultan
Hamengkubuwono IX.
UPT
BPPTK LIPI Yogyakartadibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni
2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan
Teknologi Kimia (BPPTK).
2.
Struktur organisasi
PG. Madukismo P2G Madubaru PT mempunyai
susunan organisasi yang dipimpin oleh Administratur. Dalam menjalankan tugasnya
administratur dibantu oleh kepala-kepala bagian yang terdiri dari kepala bagian
keuangan, umum, tanaman, instalasi dan pabrikasi.
UPT BPPTK LIPI Yogyakarta dipimpin olleh
3. Alat-alat
apa saja yang dipakai di PG. Madukismo dan Gunungkidul serta fungsinya?
4. Apa
saja produk yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta?
5. Bagaimana
proses pembuatan produk yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan UPT BPPTK
LIPI Yogyakarta?
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, Ferdinan.2007. Laporan Kerja Praktek Proses
Pengolahan Limbah Di PG Madukismo,
Yogyakarta.
energibio.wordpress.com
saifulanwar.wordpress.com
sciencedanar.blogspot.com
http://tofikmunandar.blogspot.com/2011/08/bab-ii-tinjauan-umum.html
, tgl 2 jam 10
http://bpptk.lipi.go.id/
Langganan:
Postingan (Atom)