BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah
dingin ) yang hidup di air dan bernafas dengan insang.
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beranekaragamdengan jumlah
spesies lebih dari 27.000 di seluruh dunia. Secara taksonomi ikan tergolong kelompok
paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan.
Dikenal empat kelas ikan dan vertebrata sejenis ikan,
antara lain kelas Agnatha atau vertebrata tidak berahang yang diwakili
Ostrachodermi (punah)dan yang masih ada adalah Cyclostoma (Lamprey dan Hagfish), ikan purba berahang
kelas Placodermi (punah), kelasChondrichthyes atau ikan kartilago/tulang rawan
(ikan hiu, pari dan chimaera) dan kelas Osteichthyes atau ikan bertulang sejati. Dua kelas
terakhir (Chondrichthyes dan Osteichthyes)dikelompokkan
dalam superkelas Pisces.
Chondrichthyes
memiliki tulang kartilago cranium sempurna, organ pembau dan kapsulotik
tergabung menjadi satu. Kartilago palate-quadrat dan kartilago Meckel adalah
tulang rawanyang akan membentuk rahang atas
dan rahang bawah. Kelas Chondrichthyes yaitu ikan-ikanyang kerangkanya
berupa tulang rawan dan sesungguhnya tulang rawan ini bukan
menunjukkankeprimitifannya melainkan merupakan ciri sekunder
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Chondrichthyes
Chondrichtyes (berarti "tulang rawan" dan
"ikan"), anggota kelompok ini memiliki kerangka yang terdiri dari
tulang rawan dengan kandungan kalsium. Namun, seperti yang telah kita lihat,
tulang tumbuh di awal agnatha vertebrata; oleh karena itu, kedekatan dalam Chondrichtyans
harus mewakili spesies lainnya. Pandangan seperti ini didukung oleh jejak-jejak
tulang yang ditemukan, yakni sisik placoid dan gigi. Tulang juga ditemukan
sebagai lapisan tipis pada beberapa vertebrata hiu modern. Fosil hiu dari
Permian bahkan memiliki lapisan tulang tebal di sekitar rahang bawah
(Kardong,2006).
Chondrichtyans terdiri dari dua kelompok, yaitu hiu dan pari
(subclass elasmobranchs) dan kimera (subclass holocephalans). Beberapa
sistematis menyatakan bahwa setiap kelompok muncul dengan suatu perbedaan,
tetapi bukti anatomi berpendapat sebaliknya. Sebagai contoh, kedua kelompok
memiliki struktur sirip yang serupa, kerangka kartilaginosa dan panggul
claspers (pada laki-laki); anggota primitif menunjukkan kesamaan dalam serial
penggantian gigi (Kardong,2006).

Chondrichthyes
atau ikanbertulangrawan adalah ikan berahang, mempunyai sirip
berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik, jantung beruang dua, dan rangka
yang terdiri atas tulang rawan bukan tulang sejati. Mereka dibagi menjadi dua
subkelas: Elasmobranchii (hiu, pari dan skate) and Holocephali (kimera,
kadang-kadang disebut hiu hantu, dan kadang dipisahkan menjadi kelas
tersendiri). Rangkanya bertulang rawan. Notokorda, yang ada pada individu muda,
lambat laun digantikan oleh tulang rawan. Chondrichthyes juga tidak punya rusuk,
maka jika mereka keluar dari air, berat tubuh dari spesies besar dapat
menghancurkan organ dalam mereka sendiri lama sebelum mereka lemas (Neil A.
Campbell, 2003).
Hiu, pari, dan
kerabat-kerabatnya yang mencakup beberapa vertebrata, yakni sebagai predator
yang paling besar dan paling sukses di samudera. Mereka tergolong ke dalam kelas Chondrichthyes, yang berarti ‘ikan
berkartilago’. Seperti yang diindikasikan oleh namanya, kondriktia (chondrichthyan)memiliki
rangka yang didominasi oleh kartilago, walaupun seringkali mengandung kalsium
(Campbell,2008).
Ketika
nama Chondrichthyes pertama kali dicetuskan pada tahun 1800-an, para saintis
mengira bahwa kondriktia merepresentasikan tahap awal evolusi rangka vertebrata
dan mineralisasi tersebut telah dievolusikan hanya pada garis-garis keturunan
yang lebih baru (misalnya ‘ikan bertulang’). Akan tetapi, seperti yang
ditunjukkan oleh konodon dan vertebrata tak berahang yang berzirah,
mineralisasi rangka vertebrata telah dimulai sebelum garis keturunan kondriktia
bercabang dari vertebrata yang lain. Terlebih lagi jaringan serupa-lagi telah
ditemukan pada kondriktia awal, misalnya rangka sirip sejenis hiu yang hidup
pada Periode Karbon. Jejak-jejak tulang juga dapat ditemukan pada kondriktia
yang masih ada pada sisiknya, di dasar gigi, dan pada beberapa hiu, di dalam
lapisan tipis pada permukaan vertebra. Temuan-temuan semacam itu sangat
mendukung hipotesis bahwa distribusi tulang yang terbatas pada tubuh kondriktia
merupakan kondisi turunan, muncul setelah kondriktia berdivergensi dari
gnatostoma yang lain (Campbell,2008).
Ada
sekitar 750 spesies kondriktia yang masih ada. Kelompok yang paling besar dan
paling beraneka ragam terdiri dari hiu, pari, dan pari luncur. Kelompok kedua
terdiri dari beberapa lusin spesies hiu tikus atau kimera(Campbell,2008).
Chondrichthyes
menunjukkan suatu kemajuan perkembangan bila dibandingkan dengan Cyclostomata,
adanya sisik yang meliputi tubuh, terdapat sepasang pita lateralis, adanya geraham yang
dapat digerakkan dan bersendi pada tulang cranium, memiliki gigi yang dilapisi
email pada rahang, terdapat tiga bagian saluran setengah lingkaran pada alat ,
sepasang alat reproduksi dan saluran-salurannya(Jasin, 1999).
Hiu modern dapat ditemukan di kebanyakan lautan dunia.
Beberapa spesies sering kedalaman besar sepanjang mendalam oceanic parit. Hiu
sleeper telah difoto dengan remote kamera di kedalaman lebih dari 1.600 meter.
Dalam kebanyakan hiu, mulut bersenjata dengan gigi yang bergerigi, menunjuk.
Gigi fungsional yang didukung oleh barisan gigi, setiap siap untuk memutar ke
dalam posisi untuk mengambil tempat gigi fungsional yang hilang atau rusak.
Omset ini bisa cepat. Dalam muda hiu, tiap gigi depan dapat diganti mingguan
(Kardong,2006).
2.2
Karakteristik Chondrichthyes
2.2.1 Ciri-ciri Umum
Ciri-ciri umum dari
Chondrichthyes diantaranya yaitu (Campbell, 2003):
1. Rangka
tulang rawan; Kerangkabertulangrawanpadaikan-ikankelasiniadalahkarakteristik
yang diperoleh, bukankarakteristikprimitif. Hal itu disebabkan leluhur
Chondrichthyes ternyata memiliki kerangka bertulang keras dan kerangka
bertulang rawan yang merupakan karakteristik kelas itu berkembangsetelahnya.
Selama perkembangan sebagian besar vertebrata, mula-mula kerangka tersusun atas
tulang rawan, kemudian menjadi tulang keras (mengeras) seiring
denganmulaidigantinyamatriktulangrawanyanglunakdenganmatrikkalsiumfosfat
yang keras.
2. Ada yang bersisik dan ada pula
yang tidak;
3. Letak celah insang lateral dan
ventral;
4. Mulut terletak pada sisi ventral;
5. Ada yang mempunyai spirakulum
dan ada yang tidak;
6. Sirip berpasangan;
7. Lubang hidung sepasang; Lubang
hidung pada kelas Chondrichtyes hanya berfungsi untuk penciuman,
2.2.2 Ciri-ciri Khusus
Ciri-ciri umum dari Chondrichthyes diantaranya yaitu (Campbell, 2003):
1.
Kulit keras, dengan sisik plakoid
kecildanbanyakkelenjarmukosa, terdapatsirip median dansiripberpasangan,
semuaditopangolehjejarisirip, sirip pelvic denganklasperpadajantan.
2.
Mulut ventral, dengan banyak gigi
yang terlapisi email, kantung olfaktori berjumlah 2 (atau 1), tidak terhubung
dengan rongga mulut, denganrahangbawahdanatas, ususdengankatupspiral.
3.
Kerangka bertulang rawan, tidak ada
tulang yang berpasangan, cranium bergabungdengankapsulindra yang berpasangan,
notokordabertahan, tulangbelakangbanyak, lengkap, danterpisah.
4.
Jantungberuangdua (1 atrium, 1
ventrikal), dengan sinus venosusdankonusarteriosus, hanyamengandungdarah vena,
beberapapasanglengkung aorta, seldarahmerahberintidanberbentukoval.
5.
Respirasi dengan menggunakan 5 atau 7 pasang insang, masing-masing terdapat
pada belahan yang terpisah ( 3 pasang pada chimaera ).
6.
Sepuluh pasang sarap cranial, setiap organ auditori dengan tiga kanalis
semisirkularis.
7.
Suhu tubuh bervariasi ( poikiloterm).
8.
Jenis kelamin terpisah, gonad berpasangan
secara khas, saluran reproduksi melepaskan isinya ke kloaka, fertilisasi
internal, ovipar atau ovovivipar, telur besar, dengan banyak kuningtelur,
segmentasimeroblastik, tidakadamembranembrionik, perkembanganlangsung,
tidakmengalami metamorphosis.
2.3
Subkelas
Elasmobranchii


(a) Ikan hiu (b) Ikan pari
Karakteristik hiu dan ikan pari (Elasmobranchii)(Hickman,2007):
1.
Tubuh Fusiformis dengan sirip ekor
heterocercal
2.
Mulut ventral dengan dua organ
penciuman yang tidak terhubung ke rongga mulut
3.
Kulit dengan sisik placoid atau telanjang, gigi, polyphydont,
bermodifikasi menjadi sisik placoid
4.
Endoskeleton sepenuhnya bertulang
rawan
5.
Sistem pencernaan dengan berbentuk,
perut dan usus dilengkapi dengan spiral katup
6.
Sistem peredaran darah terdiri dari
beberapa pasang lengkung aorta, satu peredaran, jantung dengan sinus venosus,
atrium, ventrikel dan conus arteriosus
7.
Respirasi melalui 5-7 pasang insang
terbuka menuju celah insang, tidak ada operkulum
8.
Kandung kemih atau paru-paru tidak
berenang
9.
Opisthonephric ginjal dan kelenjar
dubur, darah isosmotic atau sedikit hyperosmotic untuk air laut, urea dengan
konsentrasi tinggi urea dan trimethylamine oxida dalam darah
10.
Dua lobus penciuman pada otak, dua
belahan otak, dua lobus optik, cerebellum, dan medula oblongata, 10 pasang
saraf kranial, tiga pasang dari kanal berbentuk setengah lingkaran, indra
penciuman, penglihatan, getaran resepsi (sistem garis lateral), dan
electroreception yang berkembang baik.
11.
Jenis kelamin terpisah, ovipar,
ovovivipars, atau vivipar, perkembangan secara langsung, dan pembuahan internal.
2.3.1
Hiu
Hiu, yang meliputi 45% dari 815
spesies dalam subclass Elasmobranchii yang biasanya berjenis ikan predaceous,
dengan lima sampai tujuh pasang celah insang dan insang serta biasanya memiliki
spiracle di belakang mata. Hiu yang lebih besar, yang nampak seperti raksasa
(sangat berbahaya) memberi makan hiu paus berupa plankton, panjangnya dapat
mencapai 15 m, yang terbesar dari semua jenis ikan. Hiu Dogfish, banyak pula
digunakan oleh pembantu laboran bidang zoologi karena jarang melebihi 1 m
(Hickman,2007).
Walaupun menurut kebanyakan orang
hiu memiliki penampilan yang jahat dan reputasi yang ditakuti, pada saat yang
sama beberapa diantara mereka melangsingkan dan membuat lebih anggun dari semua
ikan. Hiu lebih berat daripada air dan akan tenggelam jika tidak berenang terus
menerus. Ekor heterocercal berbentuk asimetral, dimana kolom vertebral mengarah
ke atas andextends menjadi ke lobus dorsal bagian ekor. Hiu hidup sebagai
pemangsa. Kulit kasar mereka sulit ditutupi dengan kulit placoid
mimerous(Hickman,2007).
2.3.1.1
Morfologi Hiu

Bentuk tubuh ikan hiu berbentuk
torpedo yang mempunyai dua pina dorsalis, yang masing-masing sebelah
posteriornya mempunyai duri, pada ventral terdapat sepasang pina pectoralis.
Pada Ikan hiu otak dan organ–organ sensori dibungkus dan dilindungi
oleh kondrokranium. Di bawahnya ada skeleton visceral yang terdiri dari rahang
bawah dan lengkung-lengkung insang. Otot-otot diseluruh tubuh secara terartur
bersegmen (metamerik) disebut mioto. Otot-otot itu bermodifikasi
di kepala dan apendiks. Rahang tertutup dengan gigi. Pada jantan sirip
kaudal itu berubah menjadi klasper. Mulut ventral, lubang hidung dua
buah , disebelah ventral kepala. Mata disebelah lateral. Celah insang 5 buah,
di belakang mata. Di sebelah dorsal depan mata ada spirakulum, yaitu
peninggalan celah insang. Lubang kloakadi antara sirip pelvic. Tubuh
tertutup dengan sisik-sisik plakoid yang asalnya homolog dengan gigi
(Djarubito, 1989).
Chondrichthyes
atau ikanbertulangrawan adalah ikan berahang, mempunyai sirip
berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik, jantung beruang dua, dan rangka
yang terdiri atas tulang rawan bukan tulang sejati. Mereka dibagi menjadi dua
subkelas: Elasmobranchii (hiu, pari dan skate) and Holocephali (kimera,
kadang-kadang disebut hiu hantu, dan kadang dipisahkan menjadi kelas
tersendiri). Rangkanya bertulang rawan. Notokorda, yang ada pada individu muda,
lambat laun digantikan oleh tulang rawan. Chondrichthyes juga tidak punya
rusuk, maka jika mereka keluar dari air, berat tubuh dari spesies besar dapat
menghancurkan organ dalam mereka sendiri lama sebelum mereka lemas (Neil A.
Campbell, 2003).
2.3.1.2 Anatomi Eksternal
Tubuh berbentuk gelendong panjangnya
sekitar 7,5dm. Ada dua sirip dorsal, masing-masing dengan tulang belakang di
ujung anterior, dua sirip dada dan dua panggul sirip (di dilengkapi
kartilaginosa bagi jantan yang dikenal sebagai claspers). Ekor (sirip ekor)
heterocercal (internal dan eksternal tidak simetris). Kulit abu-abu ditutupi
dengan sisik placoid. Sisik placoid diatas rahang bermodifikasi menjadi gigi
yang mengarah ke belakang, ini digunakan untuk merobek dan menahan mangsa.
Masing-masing sisik placoid terdiri daritulang basal berlapis, dengan tulang
dentin di pusat dan ditutupi dengan email(lapis gigi yang keras) seperti
vitrodentine(Boolotion,1979).
A.
Sirip
Kebanyakan
hiu memiliki tubuh seperti cerutu dan mampu berenang cepat, namun mereka tidak
dapat bermanuver dengan baik. Gerakan batang tubuh dan sirip kaudal (ekor) yang
kuat mendorong hiu ke depan. Sirip dorsal terutama berfungsi sebagai alat
penstabil, dan sirip pectoral (depan) dan pelvis (belakang) yang berpasangan
memberikan dorongan keatas ketika hiu berenang. Walaupun hiu memperoleh
kemampuan mengambang dengan menyimpan banyak sekali minyak didalam hatinya yang
besar, hewan ini masih memilliki densitas yang lebih tinggi daripada air,
sehingga hiu akan tenggelam apabila berhenti berenang(Campbell,2008).

Gambar
4. Sirip pada Hiu
.
Berenang terus-menerus juga memastikan bahwa air mengalir ke dalam mulut hiu
dan keluar melalui insang, tempat terjadinya pertukaran gas (hiu tidak punya
paru-paru). Akan tetapi, beberapa hiu serta banyak pari luncur dan pari menghabiskan banyak waktu untuk
beristirahat di dasar laut. Ketika beristirahat, mereka menggunakan otot-otot
pada rahang dan faringnya untuk memompakan air melalui insang(Campbell,2008).
Seperti kebanyakan ikan, chondrichtyans lebih padat daripada
air, sehingga mereka cenderung untuk tenggelam. Untuk tinggal di bawah sinar,
ini bukanlah sebuah masalah, tetapi air terbuka perenang harus mengeluarkan
usaha ekstra untuk melawan kecenderungan ini. Hati yang besar dengan minyak
apung, sirip dada yang bertindak seperti hydrofoil, dan ekor heterocercal
menyediakan daya angkat untuk membantu mempertahankan kedalaman mereka dalam
kolom air vertikal chondrichtyans.Seperti kebanyakan ikan, chondrichtyans lebih
padat daripada air, sehingga mereka cenderung untuk tenggelam. Untuk tinggal di
bawah sinar, ini bukanlah sebuah masalah, tetapi air terbuka perenang harus
mengeluarkan usaha ekstra untuk melawan kecenderungan ini. Besar hati dengan
minyak apung, sirip dada yang bertindak seperti hydrofoil, dan ekor
heterocercal menyediakan lift untuk membantu mempertahankan kedalaman mereka
dalam kolom air vertikal chondrichtyans
(Kardong,2006).
B.
Sisik

Pada ikan bertulang rawan, tulang dermal tidak hadir,
tetapipermukaan denticles, disebut sisik placoid. sisik ini yang memberi nuansa kasar
ke permukaan kulit. Bukti baru menunjukkan bahwa sisik placoid kecil ini
mempengaruhi air yang mengalir di seluruh kulit ikan berenang ke depan untuk
mengurangi gesekan. Sekresi sel kolumnar banyak terdapat di epidermis serta
berlapis sel-sel epidermis. Dermis terdiri dari fibrosa jaringan ikat, terutama
serat elastis dan serat kolagen, pengaturan biasa yang membentuk fabriclike
lungsin dan benang tenun di dermis. Ini memberikan kekuatan kulit dan mencegah
kerutan selama berenang (Kardong,2006).
Sisik placoid sendiri berkembang di dermis, tetapi juga
melalui epidermis untuk mencapai permukaan. Topi enamel membentuk ujung, dentin
terletak di bebeath, dan reisides rongga pulp dalam.
Chromatophores terjadi di bagian bawah epidermis dan dermis daerah atas
(Kardong,2006).
Sisik dibagian anterior dimodifikasi
membentuk baris gigi di kedua rahang. Sisik Placoid ini sebenarnya terdiri dari
dentin yang tertutup oleh zat seperti email, dan mereka sangat menyerupai gigi
vertebrata lainnya, hiu memiliki rasa bau yang tajam yang digunakan untuk
menunjukkan mereka pada makanan. Sistem garis lateralnya berkembang dengan baik
yang digunakan untuk mendeteksi lokasi objek dan pergerakan hewan lainnya
(predator, mangsa, dan mitra sosial). Hal ini terdiri dari sistem kanal yang
membentang sepanjang sisi tubuh dan di atas kepala. Di dalamnya terdapat
reseptor organ khusus (yakni neuromasts) yang sangat sensitif terhadap getaran
dan arus di dalam air. Pada jarak dekat, hiu mengubah metode utama sebagai
pelacakan mangsa. Hiu juga dapat mendeteksi tujuan dan serangan dari mangsa.
Sel yang peka terhadap rangsangan atau organ-organ ampullary, terletak di
kepala ikan hiu(Hickman,2007).
C. Pewarnaan tubuh

Hiu wobbegong (Orectolobus japonicus) ini
bergerak lebih lamban, banyak ditemukan di bawah laut. Hiu ini mengandalkan
kemampuan berkamuflasenya untuk bersembunyi dari pemangsa dan mangsa potensial.
Pewarnaan hiu dan batoids umumnya adalah drably countershaded. Countershading
adalah jenis kamuflase dimana sisi dorsal lebih gelap dari sisi ventral.
Countershaded yang gelap dibagian atas membuat ikan ini menyatu dengan
kedalaman laut hitam bila dilihat dari atas. Sedang sisi ventral membuat cahaya
menyatu dengan permukaan yang lebih ringan bila dilihat dari bawah laut.
Hasilnya akan membuat predator atau mangsa tidak melihat dengan kontras antara
countershaded hewan dan lingkungan (penyamaran hiu dari pemangsa dan mangsa).
Hiu kerdil spined memiliki
photophores pada permukaan ventralnya, tapi sangat sedikit dan tidak ditemukan
pada sisi samping atau atas dari tubuhnya. Pola ini telah digambarkan sebagai
"photophore countershading" dimana pada saat terang bulan di malam
hari, ikan yang berenang ini akan menghasilkan bayangan jika predator melihat.
Bagian bawah hiu kerdil spined ini akan bercahaya dan mengurangi atau
menghilangkan bayangannya, sehingga tidak akan tampak mencolok bagi predator.
Beberapa hiu dan batoids memang disamarkan agar berbaur dengan dasar laut.
2.3.1.3 Anatomi
internal

A.
Sistem
rangka

Seluruh kerangka terdiri dari tulang
rawan. Kerangka tulang rawan berada di elasmobranchs, dalam segala kemungkinan
ada penurunan sifat/karakteristik. Ada dua bagian utama pada kerangka yaitu
aksial dan apendikular
(Boolotion,1979).
Kerangka aksial terdiri dari kolom
vetebral dan keterampilan. Vertebra pasir berbentuk (amhiocoelous), dan
notochord tetap di ruang berbentuk lensa di antara mereka. Tengkorak sangat
maju terdiri dari tempurung kepala atau kasus otak; dua besar kapsul hidung
anterior dan posterior dua kapsul pendengaran; dan kerangka viseral, terdiri
dari rahang, hyoid arch, dan lengkungan branchial lima dibangunlah wilayah
gill.Kerangka apendikular terdiri dari tulang rawan dari sirip dan dada dan
panggul korset yang mendukung mereka
(Boolotion,1979).
Kerangka bertulang
rawan pada ikan-ikan ini adalah karakteristik yang diperoleh, bukan
karakteristik primitif; dengan kata lain, leluhur Chondrichthyes memiliki
kerangka bertulang keras dan kerangka bertulang rawan yang merupakan
karakteristik kelas itu berkembang setelahnya. Selama perkembangan sebagian
besar vertebrata, mula-mula kerangka tersusun atas tulang rawan, kemudian
menjadi tulang keras (mengeras) seiring dengan mulai digantinya matriks tulang
rawan yang lunak dengan matriks kalium fosfat yang keras. Ternyata, beberapa
modifikasi dalam proses perkembangan ikan bertulang rawan mencegah proses
penggantian tersebut.
Rahang vertebrata berkembang melalui modifikasi batang rangka yang
sebelumnya menyokong celah faring (insang) anterior. Celah insang yang tersisa,
yang tidak lagi diperlukan untuk memakan suspensi, tetap merupakan utama
pertukaran gas dengan lingkungan eksternal. Asal mula rahang vertebrata dari
bagian kerangka ini menggambarkan ciri umum perubahan evolusioner. Adaptasi
baru umumnya berkembang melalui modifikasi struktur yang telah ada. Sebagai
suatu mekanisme adaptasi, evolusi dibatasi oleh bahan mentah yang harus diolah(
Kimball , 1999).
B.
Sistem
pencernaan

Hiu dan pari tersebar merupakan
pemakan suspense yang mengonsumsi plankton. Akan tetapi, sebagian besar hiu
adalah karnivor yang menelan mangsanya utuh-utuh atau menggunakan rahangnya
yang kuat dan gigi-gigi yang tajam untuk merobek daging dari hewan yang terlalu
besar untuk ditelan sekaligus. Hiu memiliki beberapa deret gigi yang
perlahan-lahan bergerak ke depan mulut seiring hilangnya gigi-gigi yang lama.
Saluran pencernaan kebanyakan hiu lebih pendek secara proporsional daripada
kebanyakan vertebrata yang lain. Di dalam usus hiu terdapat katup spiral
(spiral valve), bumbungan berbentuk pembuka gabus yang meningkatkan area
permukaan dan memperpanjang aliran makanan melalui saluran pencernaan (Campbell,2008).
Alat
pencernaan terdiri atas cavum oris, pharynx, oesophagus, ventriculus, cloaca,
dan anus. Di dalam cavum oris terdapat gigi pada rahang dan menghadap ke arah
belakang guna menahan mangsa yang akan di telan, lidah yang pipih pada dasar
cavum oris. Lambung berbentuk U dan pada bagian posterior terdapat otot daging
sphincter. Di dalam intestinum terdapat klep spiral yang membantu penyerapan
makanan. Hepar terdiri atas dua bagian menempati rongga sebelah anterior dan
padanya terdapat vesica felea (kantung empedu) ke dalam intestinum(Jasin,
1984).
Pencernaan lebih lama daripada
tubuh. Mengikuti mulut adalah faring besar yang terbuka spiracles dan celah
insang. Faring mengarah ke kerongkongan pendek, luas, yang membuka ke dalam
lambung berbentuk U. Ujung posterior perut berakhir pada otot sfingter
melingkar, katup pyloric. Usus berikut dan berakhir di kloaka dan usap
pembukaan. Ramping fingerlike rektal kelenjar, yang mengeluarkan garam, melekat
dorsal di titik mana bertemu usus besar dan kecil. Dalam spiral lipatan dari
usus adalah selaput lendir (spiral valve), yang mencegah masuk terlalu cepat
makanan, meningkatkan luas permukaan, dan dengan demikian menyediakan untuk
meningkatkan penyerapan. Hati besar dan terdiri dari dua lobus panjang, sekresi,
empedu, disimpan dalam kandung empedu dan mengosongkan melalui bileduct ke
dalam usus. Pankreas dan limpa juga tersedia(Boolotion,1979).
C.
Sistem
pernapasan

Respirasi adalah membawa dengan
insang. Air memasuki mulut lewat di antara branchial lengkungan dan keluar
melalui gill silts dan spiracles, jadi mandi insang dan memasok oksigen ke
pembuluh darah branchial(Boolotion,1979).
Air akan memasuki bilik-bilik insang
melalui mulut atau spiracles dan keluar melalui celah insang. Dahulu, itu
diasumsikan bahwa semua hiu harus berenang untuk memindahkan air ke dalam
mulutnya ke insang untuk respirasi. Tapi kita sekarang tahu bahwa hiu dapat
berespirasi dengan memompa air kedalam insang mereka dengan membuka dan menutup
mulut mereka. Namun, kebanyakan hiu harus berenang terus menerus dikarenakan
tekanan darah mereka yang rendah, mereka membutuhkan kontraksi otot untuk
melancarkan peredaran darah. Darah di filamen insang akan menyerap oksigen dari
air yang masuk. Insang Rakers, terdiri atas struktur tulang rawan yang menopang
insang, melindungi filamen insang halus dari partikel-partikel dalam air yang
dapat merusak mereka. Ini terdapat pada semua spesiesnya, Spiracles menyediakan
oksigen dalam darah luntuk diteruskan ke mata dan otak melalui pembuluh darah
yang terpisah.
D.
Sistem saraf
dan organ-organ rasa.
Sistem
saraf. Otak lebih tinggi dikembangkan dalam hewan-hewan ini daripada di
cyclostomes. Ini memiliki dua lobus penciuman sangat besar, otak dari dua
belahan, sepasang lobus optik dan serebelum, proyek mundur selama medula
oblongata. Ada 11 pasang saraf kranial. Tali saraf (tulang) adalah tabung
dorsoventrally rata dengan pusat kanal sempit. Itu dilindungi oleh kolom
vetebral dan saraf tulang belakang muncul dari sisinya di pasang(Boolotion,1979).
Tempurung otak pada Chondrichtyans biasanya luas, tetapi
tanpa jahitan antara unsur-unsur. Dalam kebanyakan spesies, notochord berfungsi
sebagai anggota struktural utama, meskipun beberapa urat syaraf kartilaginosa membentuk
susunan sepanjang permukaan dorsal. Chondrichtyans memiliki tulang belakang yang
sebagian besar terdiri dari tulang rawan dan menggantikan notochord sebagai
dukungan fungsional dari tubuh. Celah insang pertama umumnya berkurang dan
menutup sebelum kelahiran. (Kardong,2006).
Tubuhnya memiliki garis lateral yang berbentuk alur
longitudinal, mengandung kanal dengan banyak bukaan ke permukaan. Di dalam
kanal terdapat sel-sel rambut sensorik yang terhubung ke sebuah cabang dari
saraf kranial kesepuluh. Sistem garis lateral tampaknya mengatur sistem tekanan
yang dapat mendeteksi arus air. Pada permukaan kepala juga termasuk sensorik
kanal, yang membuka ke pori-pori yang mengandung lubang organ dengan rambut sensorik.
Ada kemungkinan bahwa sistem ini adalah untuk menerima panas, penemuan tersebut
menunjukkan bahwa itu benar-benar digunakan untuk electroreception. Kemungkinan
pada jarak dekat dapat mendeteksi aktivitas listrik saraf dari kegelisahan
mangsa (Boolotion,1979:232).
Organ-organ
perasa. Hiu memiliki mata dengan lensa yang besar dan bulat. Mereka cocok untuk
melihat dalam cahaya redup. Mata mereka sangat sensitif terhadap objek yang
bergerak. Hiu juga memiliki tingkat sensifitas terhadap perubahan dalam intensitas
cahaya.Indra-indra
yang tajam merupakan adaptasi yang sesuai dengan gaya hidup hiu yang karnivor
dan aktif. Hiu memiliki penglihatan yang tajam namun tidak bisa membedakan
warna. Nostril hiu, seperti sebgian besar vertebrata akuatik yang lain, membuka
ke dalam mangkok buntu. Fungsinya hanyalah untuk olfaksi (penciuman bau), bukan
untuk bernafas. Hiu juga memiliki sepasang daerah di kulit kepala yang dapat
mendeteksi medan listrik yang dihasilkan oleh kontraksi otot-otot dar
hewan-hewan di sekitarnya. Seperti semua vertebrata akuatik (nonmamalia), hiu
tidak memiliki gendang telinga, struktur yang digunakan oleh vertebrata darat
untuk mentransmisikan gelombang suara di udara ke organ-organ pendengaran.
Suara terdengar oleh hiu melalui air dan seluruh tubuh hewan tersebut
mentranmisikan suara ke organ-organ pendengaran di telinga dalam.
Mata memiliki lapisan pelat cermin
yang disebut tapetum lucidum dan terletak di belakang retina. Lempeng ini
bertindak sebagai cermin untuk menmantulkan cahaya kembali melalui retina untuk
kedua kalinya. Tapetum lucidum hiu dua kali sebagai efektif daripada kucing.
Dalam cahaya terang, pigmen menutup sementara dan memblokir tapetum untuk
mencegah kerusakan mata dari cahaya intens. Sel-sel kerucut yang hadir
menunjukkan bahwa hiu mungkin memiliki visi warna. Di air jernih, visi hiu
efektif pada jarak hingga sekitar 15 m (50 kaki.).
Beberapa jenis hiu sangat sensitif
terhadap sinar matahari langsung. Puffadder shysharks (Haploblepharus
edwardsii) akan menarik ekor mereka kembali untuk menutupi mata mereka jika
mereka ditarik keluar dari air. Pada spesies martil (keluarga Sphyrnidae),
penempatan mata dan hidung memungkinkan mereka untuk melihat dan membau dengan
luas.
Organ penciuman pada hiu telah
sering digambarkan sebagai "hidung renang". Hiu memiliki indera
penciuman. Mereka terkenal karena kemampuan mereka untuk mendeteksi setiap
menit dari jumlah zat-zat seperti darah di dalam air. Hiu dapat mendeteksi
konsentrasi rendah pada salah satu bagian dari beberapa bahan kimia, seperti
asam amino tertentu. Indera penciuman hiu berfungsi hingga ratusan meter dari
sumber.
Beberapa hiu juga memiliki
"kumis" atau barbels di dekat daerah lubang hidung. Dogfish mandarin
(Cirrhigaleus barbifer) yang memiliki barbels kemungkinan dapat meningkatkan
taktil atau chemoreceptors. Fitur ini dapat ditemukan pada spesies lain seperti
sawsharks (keluarga Pristiophoridae) dan hiu nurse (keluarga
Ginglymostomatidae). Barbels di hiu nurse (Ginglymostoma cirratum) dapat
membantu mencari makanan dengan meningkatkan taktil atau chemoreception.
Ampullae Lorenzini membentuk sistem sensorik yang rumit dan ekstensif di
sekitar kepala hiu. Pori-pori eksternal menutupi permukaan kepala hiu. Setiap
pori-porinya mengarah ke kanal dan diisi dengan jelly yang mengarah pada
kantung membran yang disebut ampula. Di dinding ampula, sel-sel sensorik
disusun oleh beberapa serabut saraf. Ampullae mendeteksi aliran listrik yang
lemah pada kisaran yang pendek. Semua makhluk hidup dapat menghasilkan aliran
listrik. Ampullae Lorenzini ini hanya efektif dalam ukuran inci, seperti aliran
bioelectric dalam tahap akhir menangkap mangsanya. Terutama pada
electroreceptors, yang mungkin ampullae Lorenzini ini juga dapat mendeteksi
suhu, salinitas, perubahan tekanan air, rangsangan mekanik dan magnet
Indra-indra yang tajam
merupakan adaptasi yang sesuai dengan gaya hidup hiu yang karnivor dan aktif.
Hiu memiliki penglihatan yang tajam namun tidak bisa membedakan warna. Nostril
hiu, seperti sebgian besar vertebrata akuatik yang lain, membuka ke dalam
mangkok buntu. Fungsinya hanyalah untuk olfaksi (penciuman bau), bukan untuk
bernafas. Hiu juga memiliki sepasang daerah di kulit kepala yang dapat
mendeteksi medan listrik yang dihasilkan oleh kontraksi otot-otot dari
hewan-hewan di sekitarnya. Seperti semua vertebrata akuatik (nonmamalia), hiu
tidak memiliki gendang telinga, struktur yang digunakan oleh vertebrata darat
untuk mentransmisikan gelombang suara di udara ke organ-organ pendengaran.
Suara terdengar oleh hiu melalui air dan seluruh tubuh hewan tersebut
mentranmisikan suara ke organ-organ pendengaran di telinga dalam (Campbell,2008).
E.
Sistem
peredaran darah

Cyclostomes dan sebagian besar ikan
benar, jantung berisi hanya darah vena. Ini dipompa melalui ventral aorta dan
dari situ ke arteri branchial aferen, menjadi oksigen di kapiler insang. Ia
melewati ke arteri branchial eferen, untuk dorsal aorta, dan dibawa ke berbagai
bagian tubuh. Vena membawa darah kembali ke jantung melalui sinus venosus.
Sistem portal hepatik mentransport pembuluh darah dari saluran pencernaan,
pankreas dan limpa ke hati; dari sana sinus hepatik kembali ke sinus venosus.
Sistem portal ginjal menyampaikan darah dari bagian posterior tubuh untuk
ginjal; darah dari ginjal dibawa oleh vena ginjal, yang bermuara posterior
sinus kardinal, yang membawa kembali darah ke sinus venosus (Boolotion,1979).
Pada sebagian besar ikan, semua darah yang
masuk ke jantung melalui vena mempunyai kadar oksigen yang rendah dan
karbondioksida yang tinggi, yaitu yang disebut darah vena. Jantung terdiri atas
sebuah sinus venosus, sebuah atrium, sebuah ventrikel dan sebuah konus
anteriosus yang tersusun dalam urutan linear. Kontraksi otot jantung
meningkatkan tekanan darah yang di dalam vena sangat rendah, dan mengeluarkan
darah dalam suatu arteri, aorta ventral, kelima atau keenam pasang aorta yang
menjulur secara dorsal melalui kapiler di dalam insang ke aorta dorsal. Pada
waktu darah melalui insang, karbondioksida dilepaskan dan oksigen diambil, hal
ini mengubah darah menjadi darah arteri. Aorta dorsal membagi darah ini menjadi
cabang-cabangnya ke seluruh bagian tubuh (Ville, 1988).
Jantung
hanya mempunyai satu atrium dorsal (aurikel) yang menerima darah dari sinus
venosus, dan satu ventrikel ventral yang memompa darah ke konus arteriosus.
Dari konus itu darah selanjutnya menuju aorta ventral yang lalu
bercabang-cabang menjadi 5 buah arteri brankial aferen, terus masuk ke dalam
insang(Djarubito, 1989)
F.
Sistem Reproduksi


Tidak seperti kebanyakan tulang ikan, ikan bertulang rawan
menghasilkan jumlah yang relatif kecil muda. Beberapa wanita bertelur biasanya
tertutup dalam kasus sulit, kasar; lain mempertahankan mereka muda di saluran
reproduksi sampai mereka telah sepenuhnya berkembang. Kehamilan dapat
berlangsung lama. Dalam dogfish hiu, embrio dibawa dalam rahim selama hampir
dua tahun, dan muda gizi langsung dari kuning telur. Namun, untuk beberapa hiu
embrio disimpan dalam saluran reproduksi, kuning dilengkapi dengan bahan yang
kaya nutrien yang dikeluarkan dari dinding rahim. Pada orang lain, sebuah
asosiasi plasenta-seperti, lengkap dengan tali pusar, mengembangkan antara
embrio dan ibu. Panggul sirip laki-laki sering dimodifikasi menjadi clasper
yang digunakan untuk melibatkan perempuan dan membantu pemupukan internal
(Kardong,2006).
Sistem urogenital. Hiu
dogfish memiliki dua buah ginjal, satu di sisi kedua dorsal aorta. Hasil
sekresinya dibawa oleh saluran kecil menuju saluran kemih yang besar, yang
bermuara ke sinus urogenital, kemudian melewati luar tubuh melalui pembukaan
kloaka. Tidak banyak urea yang dikeluarkan saat itu karena digunakan dalam
osmoregulasi. Serangkaian tubuh yang berwarna kekuning-kuningan (adrenal)
terletak pada perbatasan medial ginjal
(Boolotion,1979:232).
Kedua jenis
kelamin terpisah. Spermatozoa laki-laki timbul dalam dua testis dan dibawa oleh
vasa efferentia untuk vasa deferentia yang rumit, dan yang kosong dibawa ke
sinus urogenital. Selama melakukan senggama, spermatozoa ditransfer ke oviduk
wanita dengan bantuan elaspers (Boolotion,1979:232).
Telur wanita
muncul dalam ovarium dipasangkan, yang melekat pada dinding rongga perut bagian
dorsal. Mereka keluar ke rongga ini dan masuk ke saluran seperti membuka,
ostium, umum untuk kedua oviducts. Bagian anterior diperluas oleh oviduk masing-masing dengan kelenjar
shell, dan bagian posterior diperbesar untuk membentuk "rahim", di
mana yang muda dikembangkan. Oviduk memiliki bukaan ke kloaka yang terpisah(Boolotion,1979:232).
Chondrichthyes
lainnya termasuk hiu paus, Rhinedon typus, hiu putih besar, Carcharodon
carcharias, maneater, martil dan ray listrik, yang sangat khusus untuk
menghasilkan hingga 1000 watt listrik selama lebih dari 1 jam tanpa kelelahan
pada hewan (Boolotion,1979:232).
Telur hiu difertilisasi
secara internal. Jantan memiliki sepasang klasper (clasper) pada sirip
pelvisnya yang mentransfer sperma ke dalam saluran reproduksi betina. Beberapa
spesies hiu merupakan ovipar (oviparous); mereka menghasilkan
telur-telur yang menetas diluar tubuh induk betina. Hiu-hiu ini melepaskan
telur-telur setelah membungkusnya dengan selaput pelindung. Spesies yang lain
merupakan ovovivipar (ovoviviparous); mereka menyimpan
telur-telur yang telah terfertilisasi di dalam oviduk. Dengan suplai nutrient
dari kuning telur, embrio berkembang menjadi anak yang akan dilahirkan setelah
menetas didalam uterus. Ada segelintir spesies yang vivipar (viviparous);
anak berkembang di dalam uterus dan memperoleh suplai nutrient dari darah ibu
melalui plasenta kantong kuning telur, menyerap cairan bernutrien yang
dihasilkan oleh uterus, atau dengan memakan telur lain. Saluran reproduktif
hiu, bersama dengan sistem ekskresi dan saluran pencernaan, berujung di kloaka
(cloaca), ruangan bersama memiliki bukaan tunggal kearah luar (Campbell,2008).
2.3.2
Pari
Ikan pari(rays) termasuk
dalam sub grup elasmobranchii, yaitu ikan yang bertulang rawan dan grup
Cartilaginous (Last and Stevens,1994). Ikan pari mempunyai bentuk tubuh gepeng
melebar (depressed) dimana
sepasang sirip dada (pectoral, fins)-nya melebar dan menyatu dengan sisi
kiri-kanan kepalanya, sehingga tampak atas atau tampak bawahnya terlihat bundar
atau oval. Ikan pari umumnya mempunyai ekor yang sangat berkembang (memanjang)
menyerupai cemeti. Pada beberapa spesies, ekor ikan pari dilengkapi duri
penyengat sehingga disebut 'sting-rays', mata ikan pari umumnya terletak
di kepala bagian samping. Posisi dan bentuk mulutnya adalah terminal (terminal
mouth) dan umumnya bersifat predator. Ikan ini bernapas melalui celah
insang (gill openings atau gill
slits) yang berjumlah 5-6 pasang. Posisi celah insang adalah dekat mulut di
bagian bawah (ventral). Ikan
pari jantan dilengkapi sepasang alat kelamin yang disebut "clasper"
letaknya di pangkal ekor. Ikan pari betina umumnya berbiak secara melahirkan
anak (vivipar) dengan jumlah anak antara 5-6 ekor. Gambar 1, menyajikan ilustrasi ikan pari dengan
bagian-bagiannya(Mukhtar,2005).
Gambar 1 :
Bentuk Ikan Pari dan Bagian-Bagiannya
Ukuran ikan
pari dewasa bervariasi dari ukuran yang ralatif kecil, yaitu lebar 5 cm dengan
panjang 10 cm (famili NARKIDAE) hingga berukuran sangat besar yaitu lebar 610
cm dengan panjang 700 cm (pari Manta, famili MOBULIDAE). Jumlah jenis ikan pari
yang mendiami perairan di seluruh dunia belum ada informasi yang tepat. Adapun
yang pernah teridentifikasi secara akurat di Indonesia sesuai hasil penelitian
Sainsbury et,al.(1985) dan Tarp and Ifailola (1982) yang dilakukan di
Samudera Hindia sebanyak 16 spesies. Penelitian lain yang di lakukan di Laut
Cina Selatan oleh Isa et.al. (1998) mencatat sebanyak 4 spesies.
Distribusi geografis ikan pari adalah sangat luas, ikan pan ditemukan
diperairan tropis, subtropis dan perairan di antartika yang dingin.
Walaupun
pari merupakan kerabat dekat hiu, mereka memiliki gaya hidup yang sangat
berbeda. Sebagian besar pari merupakan penghuni dasar laut yang makan dengan
menggunakan rahangnya untuk menghancurkan moluska dan krustasea. Pari memiliki
bentuk tubuh yang memipih dan menggunakan sirip pectoral yang sangat besar
seperti sayap di dalam air untuk mendorong tubuhnya melalui air. Ekor dari
banyak pari berbentuk seperti cambuk dan pada beberapa spesies, memiliki
duri-duri berbisa yang berfungsi dalam pertahanan diri.