Rabu, 22 Oktober 2014

JURNAL COBAN RONDO



IDENTIFIKASI JENIS MIKROALGA DI PERAIRAN COBAN RONDO KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG
Aida Fitriah 
Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi UIN MALIKI MALANG
Jalan Gajayana No. 50
Email: aidafitriah97@gmail.com


ABSTRAK
Mikroalga merupakan tumbuhan yang paling efisien dalam menangkap, memanfaatkan energi matahari, dan CO2 untuk keperluan fotosintesis (Kimball, 1983). Di perairan, dalam proses metabolisme perairan mikroalga juga mempunyai peran sebagai pendaur ulang nutrien. Dilihat dari sudut nutrisi mikroalga merupakan suatu sumber mikro nutrien, vitamin, minyak, dan elemen mikro untuk komunitas perairan. Mikroalga sebagian ada yang mencemari air dan dapat menurunkan kualitas air. Hal ini disebabkan karena mikroalga dapat menimbulkan rasa, bau yang tidak enak, menurunkan pH, menyebabkan warna, dan kekeruhan (Sunarno, 2002). Air terjun Coban Rondo terletak di lereng Gunung Kawi, Kabupaten Malang.  menurut administrasi pemerintahan, Coban rondo berada di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Lokasi Wanawisata Coban Rondo yang terletak di Desa Pondesari, Kecamatan Pujon, ini berada pada ketinggian 1.135 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata sekitar 22 derajat Celcius dengan curah hujan kurang lebih 1.721 milimeter per tahun. Airnya berasal dari sumber di Cemoro Dudo, dengan debit 150 liter per detik pada musim hujan dan 90 liter per detik di musim kemarau. Obyek ini memang berada di kawasan yang dikuasai Perum Perhutani, sehingga pengelolaan wisatanya pun ditangani pihak Perhutani. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis mikroalga apa saja yang hidup di perairan air tejun Coban Rondo di lereng Gunung Kawi ini.
Kata Kunci: Coban Rondo, Mikroalga, Malang
1.                  PENDAHULUAN
Indonesia memiliki keanekaragamaan hayati yang sangat berlimpah, termasuk di dalamnya adalah keanekaragaman hayati mikroalga. Mikroalga adalah tanaman yang paling efisien dalam menangkap dan memanfaatkan energi matahari dan CO2 untuk keperluan fotosintesis. Selain itu, CO2 dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. Di Indonesia sendiri dapat dijumpai ratusan jenis mikroalga. Pada sisi lain, fungsi ekologis mikroalga sangat membantu dalam pencegahan terjadinya pemanasan global (Haryono, 2011). Beberapa jenis mikroalga yang banyak dijumpai pada wilayah perairan serta dibudidayakan antara lain Chlorella vulgaris, Chlorella sp. dan Nannochloropsis oculata (Nurhayati, 2013).
Mikroalga merupakan tumbuhan yang paling efisien dalam menangkap, memanfaatkan energi matahari, dan CO2 untuk keperluan fotosintesis (Kimball, 1983). Mikroalga dominan memberikan konstribusi untuk memproduksi biomassa dalam sistim perairan. Di perairan, dalam proses metabolisme perairan mikroalga juga mempunyai peran sebagai pendaur ulang nutrien. Dilihat dari sudut nutrisi mikroalga merupakan suatu sumber mikro nutrien, vitamin, minyak, dan elemen mikro untuk komunitas perairan. Mikroalga sebagian ada yang mencemari air dan dapat menurunkan kualitas air. Hal ini disebabkan karena mikroalga dapat menimbulkan rasa, bau yang tidak enak, menurunkan pH, menyebabkan warna, dan kekeruhan (Sunarno, 2002). Saat ini mikroalga, spirulina menjadi terkenal karena untuk makanan kesehatan bagi manusia dan disajikan dalam bentuk powder, pelet, atau dimanfaatkan sebagai suatu pakan tambahan di dalam makanan hewan dan makanan ikan (Indah, 2009).
Menurut Sachlan (1982), fitoplankton dikelompokkan ke dalam 5 devisi yaitu: Crysophyta, Phaeophyta, Chlorophyta, Cyanophyta, , dan Euglenophyta (hanya hidup di air tawar) kecuali Euglenophyta semua kelompok fitoplankton ini dapat hidup di air tawar dan air laut.
1.      Diatomae (Chrysophyta)
Diatomae adalah alga bersel satu, umumnya mikroskopik dan tidak memiliki alat gerak. Dinding sel tersusun atas dan belahan yaitu kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca) yang tersusun dari silica dioksida. Dinding sel diatomae biasa disebut cangkang (frustules). Diatomae tersebar secara luas di dunia baik dalam air tawar maupun air laut tetapi juga di atas tanah-tanah yang basah, terpisah-pisah atau membenuk koloni. Sel diatomae mempunyai inti dan kromatofora berwarna kuning coklat yang mengandung klorofil–a, karotin, santofil dan korotinoid lainnya yang sangat menyerupai fikosantin. Beberapa jenis diatomae tidak mempunyai zat warna dan hidup sebagai saprofit. Reproduksi dapat secara aseksual yaitu dengan pembelahan ganda. Sedangkan secara seksual dengan oogami. Kelompok diatomae yang paling banyak diemui di air tawar adalah Asteromella, Melosira, Synendra, Naviculla, Nazchia dan lain-lain (Tjitroseepomo, 2001).
2. Alga hijau (Chlorophyta)
Alga hijau merupakan filum alga yang terbesar di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Alga ini merupakan kelompok alga yang paling beragam karena ada yang bersel tunggal, koloni dan bersel banyak. Warna hijau karena terdapat klorofil a dan b, karotine, zantofil, dimana klorofil a yang terdapat dalam jumlah banyak. Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran maupun dalam bentuk dan susunannya. Ada chlorophyta yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian dalam tersusun oleh selulosa dan lapisan luar adalah pectin. Tetapi beberapa alga bangsa volvocales dindingnya tidak mengandung selulosa melainkan tersusun oleh glikoprotein. Perkembangbiakan kelompok alga hijau dapat secara aseksual dan juga secara seksual, perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan membelah diri dan spora. Sedangkan secara seksual dapat dilakukan dengan konjugasi, difusi dan oogami.
3. Alga biru (Cyanophyta)
Alga biru atau ganggang belah atau ganggang lender (cynophyceae, schizophyceae, myxophyceae) adalah golongan ganggang bersel tunggal atau berbentuk benang dengan struktur tubuh yang masih sederhana. Warna biru kehijauan, autotrof. Inti dan kromotora tidak ditemukan. Dinding sel mengandung pectin, hemisellulosa dan sellulosa yang kadang-kadang berupa lender. Pada bagian plasmanya terkandung zat warna klorofil–a, karotenoid dan dua macam kromporitein yang larut dalam air, yaitu fikosianin yang berwarna biru dan fikoeritrin yang berwarna merah. Habitatnya adalah di air tawar, air laut, tentang yang lembab, batu-batuan yang basah, menempel pada tumbuhan atau hewan, di kolam yang banyak mengandung bahan organik (nitrogen) disumber air panas (suhu mencapai 80 ÂșC), dan di perairan yang tercemar. Ganggang hijau-biru hidup secara soliter (mandiri) atau berkelompok (koloni). Individu yang berkoloni biasanya merupakan benang (filament), dengan rikom (abung), dan memiliki selubung. Cyanophyceae umumnya tidak bergerak dianara jenis-jenis yang berbenuk benang mengadakan gerakan merayap yang meluncur pada alas yang basah, idak erdapa bulu cambuk, gerakan mungkin karena adanya konraksi tubuh dan dibantu dengan pembentukan lender. Cyanophyta merupakan makhluk hidup pentis. Makhluk hidup pentis adalah makhluk hidup pertama yang memberi kemungkinan hidup pada makhluk hidup lain ditempat yang sulit dijadikan tempat hidup. Perkembangbiakan selalu vegetative dengan membelah dan perkembangbiakan secara seksual belum pernah ditemukan (Tjitrosoepomo, 2001).
4. Dinoflagellata (Euglonophyta)
Phylum ini hidup 90% dalam air tawar dimana terdapat banyak bahan organik. Beberapa  dari euglenaceae mempunyai titik merah bagian anterior dalam tubuhnya yang sensitive terhadap sinar dan dianggap sebagai matanya (Sachlan, 1978; 73). Dinoflagellata dikenal dengan adanya dua flagella yang digunakan sebagai alat gerak. Kelompok Dinoflagellata ini tidak mempunyai kerangka luar yang terbuat dari silicon, tetapi memiliki dinding pelindung yang terdiri atas selulosa. Dinoflagellata hidup secara soliter dan jarang sekali berbentuk rantai. Dinoflagellata berreproduksi dengan membelah diri seperti diatomae (Nyabakken, 1988:8).
5. Ganggang Pirang (Phaeophyta )
Phaeophyta adalah ganggang yang berwarna pirang. Dalam kromatoforanya terkandung klorofil-a, karoten, dan santofil. Tetapi terutama fikosantin yang menutupi warna lainnya dan yang menyebabkan ganggang itu kelihatan. Phaeophyta hanya mempunyai satu kelas yaitu phaeophyceae pada umumnya hidup di laut, hanya beberapa jenis saja yang hidup di air tawar (Tjitrosoepomo, 2009).
Thallus dari alga ini mempunyai alat pelekat menyerupai akar, dan dari alat pelekat ini tumbuh sebagian yang tegak dengan bentuk sederhana atau cabang seperti pohon dengan cabang yang menyerupai daun dengan gelembung udara. Alat geraknya adalah berupa flagela yang terletak lateral berjumlah dua dengan ukuran berbeda. Untuk reproduksinya spesies ini dapat dilakukan secara vegetatif, sporik dan gametik. Reproduksi vegetatif umumnya dilakukan fragmentasi thallus (Sulisetijdono, 2009).
Air terjun Coban Rondo terletak di lereng Gunung Kawi, Kabupaten Malang yang menurut administrasi pengelolaan hutan masuk dalam wilayah KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Perum Perhutani Malang. Sedangkan menurut administrasi pemerintahan, Coban rondo berada di Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Lokasi Wanawisata Coban Rondo yang terletak di Desa Pondesari, Kecamatan Pujon, ini berada pada ketinggian 1.135 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata sekitar 22 derajat Celcius dengan curah hujan kurang lebih 1.721 milimeter per tahun. Airnya berasal dari sumber di Cemoro Dudo, dengan debit 150 liter per detik pada musim hujan dan 90 liter per detik di musim kemarau. Obyek ini memang berada di kawasan yang dikuasai Perum Perhutani, sehingga pengelolaan wisatanya pun ditangani pihak Perhutani. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis mikroalga apa saja yang hidup di perairan air tejun Coban Rondo di lereng Gunung Kawi ini.

II. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan dari 18 Oktober 2014, yang bertempat di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi UIN MALIKI MALANG Bengkulu dan laboratorium biologi
2.2 Alat Dan Bahan
Alat dan  yang digunakan dalam penelitian ini adalah: plankton net , botol aqua, kaca objek, kaca penutup, pipet tetes, mikroskop, tisu, buku catatan, luxmeter , termometer, labu ukur,watersampler. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel air Coban Rondo, formalin dan aquades secukupnya.
2.3 Prosedur Penelitian
Dilakukan pengambilan sampel pada 5 stasiun di Coban Rondo, yang pertama  pengambilan di stadium 1 menggunakan plankton net. Air yang tersaring didalam plankton net kemudian ditampung ke dalam botol 1 dan di beri label stadium permukaan , yang kedua menggunakan watersampler. Air yang di ambil dari stadium 2  di tampung ke dalam botol  dan  diberi label kedalaman. Berikutnya di ambil pada aliran air yang berbeda sebanyak 3 botol dan diberi label  nomor stasiun. Selanjutnya sampel di tetesin formalin dan siap untuk di endapkan selama 3 hari. Lalu melakukan pengukuran suhu pada air mengunakan termometer dan intensitas cahaya dengan luxmeter.  Kemudian sampel yang sudah diendapkan masing-masing diteliti di bawah pengamatan mikroskop dengan cara yaitu: di ambil pada masing-masing sampel sebanyak satu tetes dan di letakkan pada objek kaca dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian sampel diamati di bawah mikroskop dan dilakukan determinasi dengan buku-buku/sumber determinasi.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Keanekaraman Jenis Mikroalga
           
Berdasarkan hasil penelitian keanekaragam mikroalga di perairan Coban Rondo  terdiri dari 2 divisi dengan 9 jenis ( Tabel ).






Tabel . Spesies Dalam Divisi Chlorophyta

Divisi Chlorophyta
Kelas

Ordo
Famili
Genus
Spesies
Chlorophyceae

Zygne matales

Desmidiaceae

Hyalotheca

Hyalotheca Sp.

Chlorophyceae

Prasiolales
Prasiolaceae
Prasiola
Prasiola crispa
Chlorophyceae

Chlorococcales
Chlorococcaceae
Closteridium
Closteridium sp.
Divisi Chrysophyta
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Chrysophyceae
Pennales

Surirellaceae

Surirella

Surirella ovalis   
Chrysophyceae
Synurales

Synuraceae

Synura

Synura
sp.
Chrysophyceae
Tribonematales

Tribonemataceae

Tribonema
Tribonema marinum

Chrysophyceae
Pennales Synedraceae Synedra Synedra sp
Chrysophyceae
Centrales
Cyclotellaceae
Cyclotella
Cyclotella sp
Chrysophyceae
Pennales
Gyrosigmaceae
Gyrosigma
Gyrosigma sp.
                                                                                                           

Pada Tabel ini dapat dilihat bahwa divisi Chlorophyta terdiri dari 3 ordo, 3 famili, 3 genus dan 3spesies. Sedangkan pada divisi Chrysophyta terdiri dari 6 ordo, 6 famili, 6 genus dan 6 spesies. Hasil penelitian ini sesuai dengan Bold (1985: 20-21) yang menyatakan bahwa Chlorophyta dan  Chrysophyta merupakan mikroalga yang memiliki habitat di air tawar. Namun spesies yang ditemukan tidak banyak. Hal ini mungkin karena faktor aliran air deras mengalir ke dataran yang rendah sehingga spesies mikroalga sulit untuk di dapatkan.
            Divisi Chlorophyta adalah kelompok alga yang sedikit ditemukan, ciri khas Chlorophyta adalah warna tubuh sel yang mengandung pigmen warna klorofil (Prescott,1987). Chlorophyta merupakan organisme prokaryotik. Memiliki kloroplas tipe klorofil a dan b, memiliki pigmen tambahan berupa karotin, dan komponen dinding selnya adalah selulosa.Chlorophyceae  merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau (Chlorophyceae ) termasuk dalam divisi Chlorophyta bersama dengan Charophyceae. Perbedaan dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klotofil a dan klofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil beberapa amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilose dan amilopektin. Alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa di antaranya di air laut dan air payau. Perkembangbiakannya secara vegetatif dan secara aseksual. ( Sulisetdjono, 2009).
            Kelas Chrysophyceae mempunyai kromatofora coklat keemasan yang disebabkan oleh beta karotin yang predominan dan xantofil tertentu. Hasil fotosintesis utama disimpan dalam bentuk leukosin (chrysolaminarin) dan minyak. Leukosin merupakan senyawa yang tidak larut dalam air dan tidak diketahui komposisinya, tetapi diperkirakan sebagai karbohidrat. Sel vegetative motil dan sel reproduksi mempunyai satu atau dua flagella, kadang-kadang tiga flagell. Sel yang mempunyai satu flagellum tipe flagellumnya tinsel. Sedang sel biflagella mempunyai satu tipe tinsel dan yang lain tipe wiphlas. Beberapa anggota dari kelas tersebut menghasilkan statospora. Diperkirakan Chrysophyceae sekitar 200 genera dan 1000 spesies. Sebagian besar anggotanya hidup di air tawar, hanya beberapa spesies ditemukan di air payau atau air asin. Chrysophyceae air tawar cenderung dominan di danau oligotrophic (produktivitas rendah) dengan derajat keasaman (pH) 5-7,5 . Chrysophyceae lebih suka pada air dingin, alasannya karena Chrysophyceae banyak ditemukan di danau oligotrophic dan eutrophic (produktivitas tinggi). Sel tunggal berflagel Ochromonas diperkirakan sebagai tipe primitif dari Cyrisophyceae.
            Hasil pengukuran faktor biotik menyatakan jenis mikroalga yang hidup pada semua stasiun dengan suhu 5oC.  Pritcard (1984: 20), disebutkan bahwa alga memiliki habitat di perairan, sel alga memiliki pertumbuhan pada batas temperatur dari 0 sampai 90, pada kadar garam 0 sampai 60%. Jika alga hidup pada keadaan yang tidak sesuai dengan batas ketahanan maka pertumbuhan mikroalga tidak akan sempurna atau tidak dapat tumbuh dengan baik.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.       Ditemukan 9 spesies dari 2 divisi mikroalga, terdiri dari Divisi Chlorophyta 3spesies yaitu: Hyalotheca sp., Prasiola crispa, Closteridium sp. . Sedangkan Divisi Chrysophyta 6 spesies yaitu: Surirella ovalis , Synura sp., Tribonema marinum, Synedra Sp., Cyclotella sp., Gyrosigma sp.
2.      Terdapat spesies mikroalga di  air terjun Coban Rondo  dengan suhu perairan  5oC dimana menurut Pritcard (1984: 20), disebutkan bahwa alga memiliki habitat di perairan, sel alga memiliki pertumbuhan pada batas temperatur dari 0 sampai 90, pada kadar garam 0 sampai 60%. Jika alga hidup pada keadaan yang tidak sesuai dengan batas ketahanan maka pertumbuhan mikroalga tidak akan sempurna atau tidak dapat tumbuh dengan baik.

4.2 Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai kepadatan populasi mikroalga dan keragaman organisme lain di air rawa Kelurahan Bentiring.

DAFTAR PUSTAKA


Bold, H.C and M. J. Whynne. 1985. Introduction to the Algae : structure and
Reproduction. Sec. ed. Pretice-Hall, In: New Jersey

Indah, N. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schyzophyta, Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta). http://hmbp.files.wordpress.com

Nurhayati, Tri. 2013. Penggunaan Fotobioreaktor Sistem Batch Tersirkulasi Terhadap Tingkat Pertumbuhan Mikroalga Chlorella Vulgaris, Chlorella sp. dan Nannochloropsis Oculata. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1-3

Sachlan, M. 1972. Planktonologi. Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta

Prescott, G. W. 1978. How to Know the Freswater Algae. C. Brown company publisher:
Duluque, lowa

Pritcard, Hayden N dan Patricia T. Bradt. 1984. Biology of Nonvascular Plants. USA:
Mosby Compani

Sulisetidjono. 2009. ALGA. Malang. UIN Press

Tjitrosoepomo, Gembong. 2001. Taksonomi Tanaman Rendah. Yogyakarta: UGM Press