IDENTIFIKASI JENIS MIKROALGA DI PERAIRAN COBAN TALUN KECAMATAN
PUJON KABUPATEN MALANG
Aida
Fitriah dan Ahmad Munajib
Jurusan
Biologi
Fakultas
Sains dan Teknologi UIN MALIKI MALANG
Jalan
Gajayana No. 50
Email:
aidafitriah97@gmail.com
ABSTRAK
Mikroalga
merupakan tumbuhan yang paling efisien dalam menangkap, memanfaatkan energi
matahari, dan CO2 untuk keperluan fotosintesis (Kimball, 1983). Di perairan,
dalam proses metabolisme perairan mikroalga juga mempunyai peran sebagai
pendaur ulang nutrien. Dilihat dari sudut nutrisi mikroalga merupakan suatu
sumber mikro nutrien, vitamin, minyak, dan elemen mikro untuk komunitas
perairan. Mikroalga sebagian ada yang mencemari air dan dapat menurunkan
kualitas air. Hal ini disebabkan karena mikroalga dapat menimbulkan rasa, bau
yang tidak enak, menurunkan pH, menyebabkan warna, dan kekeruhan (Sunarno,
2002). Air terjun Coban Rondo terletak di lereng Gunung Kawi, Kabupaten
Malang. menurut administrasi
pemerintahan, Coban rondo berada di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten
Malang. Lokasi Wanawisata Coban Rondo yang terletak di Desa Pondesari,
Kecamatan Pujon, ini berada pada ketinggian 1.135 meter di atas permukaan laut.
Suhu rata-rata sekitar 22 derajat Celcius dengan curah hujan kurang lebih 1.721
milimeter per tahun. Airnya berasal dari sumber di Cemoro Dudo, dengan debit
150 liter per detik pada musim hujan dan 90 liter per detik di musim kemarau.
Obyek ini memang berada di kawasan yang dikuasai Perum Perhutani, sehingga
pengelolaan wisatanya pun ditangani pihak Perhutani. Dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jenis mikroalga apa saja yang hidup di perairan air
tejun Coban Rondo di lereng Gunung Kawi ini.
Kata Kunci: Coban
Rondo, Mikroalga, Malang
1.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki keanekaragamaan
hayati yang sangat berlimpah, termasuk di dalamnya adalah keanekaragaman hayati
mikroalga. Mikroalga adalah tanaman yang paling efisien dalam menangkap dan
memanfaatkan energi matahari dan CO2 untuk keperluan fotosintesis.
Selain itu, CO2 dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. Di
Indonesia sendiri dapat dijumpai ratusan jenis mikroalga. Pada sisi lain,
fungsi ekologis mikroalga sangat membantu dalam pencegahan terjadinya pemanasan
global (Haryono, 2011). Beberapa jenis mikroalga yang banyak dijumpai pada
wilayah perairan serta dibudidayakan antara lain Chlorella vulgaris,
Chlorella sp. dan Nannochloropsis oculata (Nurhayati, 2013).
Mikroalga merupakan tumbuhan yang
paling efisien dalam menangkap, memanfaatkan energi matahari, dan CO2 untuk
keperluan fotosintesis (Kimball, 1983). Mikroalga dominan memberikan
konstribusi untuk memproduksi biomassa dalam sistim perairan. Di perairan, dalam
proses metabolisme perairan mikroalga juga mempunyai peran sebagai pendaur
ulang nutrien. Dilihat dari sudut nutrisi mikroalga merupakan suatu sumber
mikro nutrien, vitamin, minyak, dan elemen mikro untuk komunitas perairan.
Mikroalga sebagian ada yang mencemari air dan dapat menurunkan kualitas air.
Hal ini disebabkan karena mikroalga dapat menimbulkan rasa, bau yang tidak
enak, menurunkan pH, menyebabkan warna, dan kekeruhan (Sunarno, 2002). Saat ini
mikroalga, spirulina menjadi terkenal karena untuk makanan kesehatan bagi
manusia dan disajikan dalam bentuk powder, pelet, atau dimanfaatkan sebagai
suatu pakan tambahan di dalam makanan hewan dan makanan ikan (Indah, 2009).
Menurut Sachlan (1982), fitoplankton
dikelompokkan ke dalam 5 devisi yaitu: Crysophyta, Phaeophyta, Chlorophyta,
Cyanophyta, , dan Euglenophyta (hanya hidup di air tawar)
kecuali Euglenophyta semua kelompok fitoplankton ini dapat hidup di air
tawar dan air laut.
1.
Diatomae
(Chrysophyta)
Diatomae adalah alga bersel satu, umumnya mikroskopik dan tidak
memiliki alat gerak. Dinding sel tersusun atas dan belahan yaitu kotak (hipoteca)
dan tutup (epiteca) yang tersusun dari silica dioksida. Dinding sel
diatomae biasa disebut cangkang (frustules). Diatomae tersebar secara
luas di dunia baik dalam air tawar maupun air laut tetapi juga di atas
tanah-tanah yang basah, terpisah-pisah atau membenuk koloni. Sel diatomae
mempunyai inti dan kromatofora berwarna kuning coklat yang mengandung
klorofil–a, karotin, santofil dan korotinoid lainnya yang sangat menyerupai
fikosantin. Beberapa jenis diatomae tidak mempunyai zat warna dan hidup sebagai
saprofit. Reproduksi dapat secara aseksual yaitu dengan pembelahan ganda.
Sedangkan secara seksual dengan oogami. Kelompok diatomae yang paling banyak
diemui di air tawar adalah Asteromella, Melosira, Synendra,
Naviculla, Nazchia dan lain-lain (Tjitroseepomo, 2001).
2. Alga hijau (Chlorophyta)
Alga hijau merupakan filum alga yang terbesar di air tawar,
beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Alga ini merupakan
kelompok alga yang paling beragam karena ada yang bersel tunggal, koloni dan
bersel banyak. Warna hijau karena terdapat klorofil a dan b, karotine,
zantofil, dimana klorofil a yang terdapat dalam jumlah banyak. Alga hijau
mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran maupun dalam bentuk
dan susunannya. Ada chlorophyta yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni
berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk
koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Dinding sel tersusun
atas dua lapisan, lapisan bagian dalam tersusun oleh selulosa dan lapisan luar
adalah pectin. Tetapi beberapa alga bangsa volvocales dindingnya tidak
mengandung selulosa melainkan tersusun oleh glikoprotein. Perkembangbiakan
kelompok alga hijau dapat secara aseksual dan juga secara seksual,
perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan membelah diri dan spora.
Sedangkan secara seksual dapat dilakukan dengan konjugasi, difusi dan oogami.
3. Alga biru (Cyanophyta)
Alga biru atau ganggang belah atau ganggang lender (cynophyceae,
schizophyceae, myxophyceae) adalah golongan ganggang bersel tunggal atau berbentuk
benang dengan struktur tubuh yang masih sederhana. Warna biru kehijauan,
autotrof. Inti dan kromotora tidak ditemukan. Dinding sel mengandung pectin,
hemisellulosa dan sellulosa yang kadang-kadang berupa lender. Pada
bagian plasmanya terkandung zat warna klorofil–a, karotenoid dan dua macam
kromporitein yang larut dalam air, yaitu fikosianin yang berwarna biru dan
fikoeritrin yang berwarna merah. Habitatnya adalah di air tawar, air laut,
tentang yang lembab, batu-batuan yang basah, menempel pada tumbuhan atau hewan,
di kolam yang banyak mengandung bahan organik (nitrogen) disumber air panas
(suhu mencapai 80 ºC), dan di perairan yang tercemar. Ganggang hijau-biru hidup
secara soliter (mandiri) atau berkelompok (koloni). Individu yang berkoloni
biasanya merupakan benang (filament), dengan rikom (abung), dan memiliki
selubung. Cyanophyceae umumnya tidak bergerak dianara jenis-jenis yang
berbenuk benang mengadakan gerakan merayap yang meluncur pada alas yang basah,
idak erdapa bulu cambuk, gerakan mungkin karena adanya konraksi tubuh dan
dibantu dengan pembentukan lender. Cyanophyta merupakan makhluk hidup
pentis. Makhluk hidup pentis adalah makhluk hidup pertama yang memberi
kemungkinan hidup pada makhluk hidup lain ditempat yang sulit dijadikan tempat hidup.
Perkembangbiakan selalu vegetative dengan membelah dan perkembangbiakan secara
seksual belum pernah ditemukan (Tjitrosoepomo, 2001).
4. Dinoflagellata (Euglonophyta)
Phylum ini hidup 90% dalam air tawar dimana terdapat banyak bahan
organik. Beberapa dari euglenaceae
mempunyai titik merah bagian anterior dalam tubuhnya yang sensitive terhadap
sinar dan dianggap sebagai matanya (Sachlan, 1978; 73). Dinoflagellata dikenal
dengan adanya dua flagella yang digunakan sebagai alat gerak. Kelompok Dinoflagellata
ini tidak mempunyai kerangka luar yang terbuat dari silicon, tetapi
memiliki dinding pelindung yang terdiri atas selulosa. Dinoflagellata hidup
secara soliter dan jarang sekali berbentuk rantai. Dinoflagellata berreproduksi
dengan membelah diri seperti diatomae (Nyabakken, 1988:8).
5. Ganggang Pirang (Phaeophyta
)
Phaeophyta adalah ganggang
yang berwarna pirang. Dalam kromatoforanya terkandung klorofil-a, karoten, dan
santofil. Tetapi terutama fikosantin yang menutupi warna lainnya dan yang
menyebabkan ganggang itu kelihatan. Phaeophyta hanya mempunyai satu kelas yaitu
phaeophyceae pada umumnya hidup di laut, hanya beberapa jenis saja yang hidup
di air tawar (Tjitrosoepomo, 2009).
Thallus dari alga ini mempunyai alat pelekat menyerupai akar, dan
dari alat pelekat ini tumbuh sebagian yang tegak dengan bentuk sederhana atau
cabang seperti pohon dengan cabang yang menyerupai daun dengan gelembung udara.
Alat geraknya adalah berupa flagela yang terletak lateral berjumlah dua dengan
ukuran berbeda. Untuk reproduksinya spesies ini dapat dilakukan secara
vegetatif, sporik dan gametik. Reproduksi vegetatif umumnya dilakukan
fragmentasi thallus (Sulisetijdono, 2009).
Air terjun Coban
Rondo terletak di lereng Gunung Kawi, Kabupaten Malang yang menurut
administrasi pengelolaan hutan masuk dalam wilayah KPH (Kesatuan Pemangkuan
Hutan) Perum Perhutani Malang. Sedangkan menurut administrasi pemerintahan,
Coban rondo berada di Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Lokasi
Wanawisata Coban Rondo yang terletak di Desa Pondesari, Kecamatan Pujon, ini
berada pada ketinggian 1.135 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata
sekitar 22 derajat Celcius dengan curah hujan kurang lebih 1.721 milimeter per
tahun. Airnya berasal dari sumber di Cemoro Dudo, dengan debit 150 liter per
detik pada musim hujan dan 90 liter per detik di musim kemarau. Obyek ini
memang berada di kawasan yang dikuasai Perum Perhutani, sehingga pengelolaan
wisatanya pun ditangani pihak Perhutani. Dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis mikroalga apa saja yang hidup di perairan air tejun Coban
Rondo di lereng Gunung Kawi ini.
II. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan dari 18 Oktober
2014, yang bertempat di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi UIN MALIKI MALANG
Bengkulu dan laboratorium biologi
2.2 Alat Dan Bahan
Alat dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
plankton net , botol aqua, kaca objek, kaca penutup, pipet tetes, mikroskop,
tisu, buku catatan, luxmeter , termometer, labu ukur,watersampler. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah sampel air Coban Rondo, formalin dan aquades
secukupnya.
2.3 Prosedur Penelitian
Dilakukan pengambilan sampel pada 5
stasiun di Coban Rondo, yang pertama pengambilan
di stadium 1 menggunakan plankton net. Air yang tersaring didalam plankton net
kemudian ditampung ke dalam botol 1 dan di beri label stadium permukaan , yang
kedua menggunakan watersampler. Air yang di ambil dari stadium 2 di tampung ke dalam botol dan
diberi label kedalaman. Berikutnya di ambil pada aliran air yang berbeda
sebanyak 3 botol dan diberi label nomor
stasiun. Selanjutnya sampel di tetesin formalin dan siap untuk di endapkan
selama 3 hari. Lalu melakukan pengukuran suhu pada air mengunakan termometer
dan intensitas cahaya dengan luxmeter. Kemudian sampel yang sudah diendapkan
masing-masing diteliti di bawah pengamatan mikroskop dengan cara yaitu: di
ambil pada masing-masing sampel sebanyak satu tetes dan di letakkan pada objek
kaca dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian sampel diamati di bawah
mikroskop dan dilakukan determinasi dengan buku-buku/sumber determinasi.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Keanekaraman Jenis Mikroalga
Berdasarkan hasil penelitian keanekaragam mikroalga di perairan
Coban Rondo terdiri dari 2 divisi dengan
9 jenis ( Tabel ).
Tabel . Spesies
Dalam Divisi Chlorophyta
Divisi
Chlorophyta
|
||||
Kelas
|
Ordo
|
Famili
|
Genus
|
Spesies
|
Chlorophyceae
|
Zygne matales
|
Desmidiaceae
|
Hyalotheca
|
Hyalotheca Sp.
|
Chlorophyceae
|
Prasiolales
|
Prasiolaceae
|
Prasiola
|
Prasiola crispa
|
Chlorophyceae
|
Chlorococcales
|
Chlorococcaceae
|
Closteridium
|
Closteridium sp.
|
Divisi
Chrysophyta
|
||||
Kelas
|
Ordo
|
Famili
|
Genus
|
Spesies
|
Chrysophyceae
|
Pennales
|
Surirellaceae
|
Surirella
|
Surirella ovalis
|
Chrysophyceae
|
Synurales
|
Synuraceae
|
Synura
|
Synura
sp.
|
Chrysophyceae
|
Tribonematales
|
Tribonemataceae
|
Tribonema
|
Tribonema marinum
|
Chrysophyceae
|
Pennales |
Synedraceae |
Synedra |
Synedra sp |
Chrysophyceae
|
Centrales
|
Cyclotellaceae
|
Cyclotella
|
Cyclotella
sp
|
Chrysophyceae
|
Pennales
|
Gyrosigmaceae
|
Gyrosigma
|
Gyrosigma sp.
|
Pada Tabel ini dapat dilihat bahwa divisi
Chlorophyta terdiri dari 3 ordo, 3 famili, 3 genus dan 3spesies. Sedangkan pada
divisi Chrysophyta terdiri dari 6 ordo, 6 famili, 6 genus dan 6 spesies. Hasil
penelitian ini sesuai dengan Bold (1985: 20-21) yang menyatakan bahwa
Chlorophyta dan Chrysophyta merupakan
mikroalga yang memiliki habitat di air tawar. Namun spesies yang ditemukan
tidak banyak. Hal ini mungkin karena faktor aliran air deras mengalir ke
dataran yang rendah sehingga spesies mikroalga sulit untuk di dapatkan.
Divisi Chlorophyta adalah kelompok alga yang sedikit ditemukan,
ciri khas Chlorophyta adalah warna tubuh sel
yang mengandung pigmen warna klorofil (Prescott,1987). Chlorophyta merupakan organisme prokaryotik. Memiliki kloroplas tipe
klorofil a dan
b, memiliki pigmen tambahan berupa karotin, dan komponen dinding selnya adalah selulosa.Chlorophyceae merupakan kelompok terbesar dari vegetasi
alga. Alga hijau (Chlorophyceae ) termasuk dalam divisi Chlorophyta bersama
dengan Charophyceae. Perbedaan dengan divisi lainnya karena memiliki warna
hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen
klotofil a dan klofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil
beberapa amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
yaitu amilose dan amilopektin. Alga hijau sebagian besar hidup di air tawar,
beberapa di antaranya di air laut dan air payau. Perkembangbiakannya secara
vegetatif dan secara aseksual. ( Sulisetdjono, 2009).
Kelas Chrysophyceae
mempunyai kromatofora coklat keemasan yang disebabkan oleh beta karotin
yang predominan dan xantofil tertentu. Hasil fotosintesis utama disimpan dalam
bentuk leukosin (chrysolaminarin) dan minyak. Leukosin merupakan senyawa yang
tidak larut dalam air dan tidak diketahui komposisinya, tetapi diperkirakan
sebagai karbohidrat. Sel vegetative motil dan sel reproduksi mempunyai satu
atau dua flagella, kadang-kadang tiga flagell. Sel yang mempunyai satu
flagellum tipe flagellumnya tinsel. Sedang sel biflagella mempunyai satu tipe
tinsel dan yang lain tipe wiphlas. Beberapa anggota dari kelas tersebut
menghasilkan statospora. Diperkirakan Chrysophyceae sekitar 200 genera
dan 1000 spesies. Sebagian besar anggotanya hidup di air tawar, hanya beberapa
spesies ditemukan di air payau atau air asin. Chrysophyceae air tawar
cenderung dominan di danau oligotrophic (produktivitas rendah) dengan derajat
keasaman (pH) 5-7,5 . Chrysophyceae lebih suka pada air dingin,
alasannya karena Chrysophyceae banyak ditemukan di danau oligotrophic
dan eutrophic (produktivitas tinggi). Sel tunggal berflagel Ochromonas diperkirakan
sebagai tipe primitif dari Cyrisophyceae.
Hasil pengukuran faktor biotik menyatakan jenis mikroalga yang hidup pada
semua stasiun dengan suhu 5oC. Pritcard (1984: 20), disebutkan bahwa alga memiliki habitat di
perairan, sel alga memiliki pertumbuhan pada batas temperatur dari 0 sampai 90℃, pada kadar garam 0 sampai 60%. Jika alga hidup pada
keadaan yang tidak sesuai dengan batas ketahanan maka pertumbuhan mikroalga
tidak akan sempurna atau tidak dapat tumbuh dengan baik.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ditemukan 9 spesies dari 2
divisi mikroalga, terdiri dari Divisi Chlorophyta 3spesies yaitu: Hyalotheca
sp., Prasiola crispa, Closteridium sp. . Sedangkan Divisi Chrysophyta 6 spesies yaitu: Surirella ovalis , Synura sp., Tribonema marinum, Synedra Sp.,
Cyclotella sp., Gyrosigma sp.
2.
Terdapat
spesies mikroalga di air terjun Coban
Rondo dengan suhu
perairan 5oC dimana menurut Pritcard (1984: 20), disebutkan bahwa alga memiliki
habitat di perairan, sel alga memiliki pertumbuhan pada batas temperatur dari 0
sampai 90℃, pada kadar garam 0 sampai 60%. Jika alga hidup pada
keadaan yang tidak sesuai dengan batas ketahanan maka pertumbuhan mikroalga
tidak akan sempurna atau tidak dapat tumbuh dengan baik.
4.2
Saran
Perlu
diadakan penelitian lebih lanjut mengenai kepadatan populasi mikroalga dan keragaman
organisme lain di air rawa Kelurahan Bentiring.
DAFTAR
PUSTAKA
Bold, H.C and M. J. Whynne. 1985.
Introduction to the Algae : structure and
Reproduction.
Sec. ed. Pretice-Hall,
In: New Jersey
Indah, N. 2009. Taksonomi
Tumbuhan Tingkat Rendah (Schyzophyta, Thallophyta,
Bryophyta,
Pteridophyta). http://hmbp.files.wordpress.com
Nurhayati, Tri. 2013. Penggunaan
Fotobioreaktor Sistem Batch Tersirkulasi Terhadap Tingkat Pertumbuhan Mikroalga
Chlorella Vulgaris, Chlorella sp. dan Nannochloropsis Oculata. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1-3
Sachlan, M. 1972. Planktonologi. Direktorat Jendral Perikanan.
Jakarta
Prescott, G. W. 1978. How to
Know the Freswater Algae. C. Brown company publisher:
Duluque,
lowa
Pritcard, Hayden N dan Patricia
T. Bradt. 1984. Biology of Nonvascular Plants. USA:
Mosby
Compani
Sulisetidjono. 2009. ALGA. Malang. UIN Press
Tjitrosoepomo, Gembong. 2001. Taksonomi Tanaman Rendah. Yogyakarta:
UGM Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar