LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
KONDANG MERAK
Dosen Pembimbing:
Drs.
Sulistijono, M.Si
Ainun
Nikmati Laily,M.Si
Disusun Oleh: Kelompok 6
1. Rizki Rahmawati (13620045)
2. Nofadila Qurrota
A’ayun (13620095)
3. Ahmad Rokhim (13620108)
4. Faizatul Amanah (13620110)
5.
Aida Fitriah (13620126)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia adalah negara maritim karena daerah perairannya lebih luas dibandingkan daerah daratan. Berbagai biota laut baik flora maupun fauna terdapat di Indonesia.
Keragaman jasad hidup yang membentuk dinamika kehidupan laut yang saling
berkesinambungan dapat ditemukan. Salah satu flora yang dapat ditemukan di laut adalah alga.
Alga merupakan tumbuhan talus yang
hidup di air, baik air tawar maupun air laut. Tumbuhan talus ialah
tumbuh-tumbuhan yang belum dapat dibedakan dalam tiga bagian utamanya yaitu akar,
batang dan daun. Tubuh yang berupa talus ini mempunyai struktur dan bentuk
dengan variasi yang berbeda-beda. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya ayat 30 :
وجعلنا من
الماء كل شيء حي
“Dan kami jadikan sesuatu yang hidup
dari air”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah
menciptakan sesuatu yang membutuhkan air untuk kehidupannya. Hal tersebut
berkaitan dengan alga, karena alga hidup di daerah perairan meskipun ada
beberapa yang bersimbiosis dengan jamur dan hidup di darat.
Kuliah kerja lapangan (KKL)
kali ini akan mengamati alga jenis makro. Alga jenis mkaro dibagi menjadi tiga
divisi, yaitu Rhodophyta, Chlorophyta, dan Phaeyophyta. Salah satu tempat yang keragaman flora dan faunanya masih alami adalah Pantai Kondang Merak. Banyak alga makro yang dapat ditemukan di
pantai ini. Menurut Bengen (2001) laut sebagai penyedia sumber
daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, energi, media
komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata.
Alga banyak tersebar perairan Indonesia serta memiliki banyak jenis. Beberapa
jenis alga bernilai ekonomis. Alga dapat dibudidayakan di laut dan dapat
dimanfaatkan sebagai makanan, bahan pembuatan agar-agar, bahan pembuatan
kosmetik, dan masih banyak lagi. Dalam laporan ini, akan dibahas mengenai makroalga divisi Rhodophyta.
1.2
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari
organisasi thallus, morfologi, dan siklus hidup alga di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
1.3
Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai makroalga divisi Rhodophyta bagi praktikan.
2. Memberikan informasi bagi para
pembaca tentang ciri-ciri, habitat, dan siklus hidup makroalga divisi
Rhodophyta.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kondisi Pantai
Kondang Merak
Pantai Kondang Merak terletak di
Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Masih banyak orang
bahkan masyarakat Malang yang tidak mengetahui keberadaan Pantai yang terletak
di bagian selatan Kabupaten Malang INI. Kurang lebih 63,5 km dan dengan jarak
tempuh sekitar 2,5 jam dari Kota Malang. Terletak diantara 8°23’ 50,56” Lintang
Selatan dan 112° 31’ 06,89” Bujur Timur. Topografi kawasan Pantai Kondang Merak
terdiri dari dataran luasnya diperkirakan 1.125 Ha dan perbukitan atau
pegunungan luasnya diperkirakan 1.526 Ha. Pantai Kondang Merak mempunyai pantai
yang relatif terlindung, selain itu terdapat adanya muara sungai (estuari) yang
memiliki organisme yang beraneka ragam yang meliputi terumbu karang, lamun, dan
mangrove. Faktor-faktor Oceanografi yang mempengaruhi perairan Pantai Kondang
Merak meliputi suhu, arus, salinitas, pH dan kecerahan (Prasetyo, 2009).
Alga merah hampir seluruhnya hidup
di lautan. Beberapa uniseluler, tetapi sebagian besar dalam bentuk multiseluler
yang hidup tertambat pada batuan, dermaga, dan lain lain (Kimball, 1983 ).
Kondisi ekologi daerah pasang surut
Pantai Kondang Merak yaitu suhu air rata-rata 26,5o C, pH air rata-rata 5,6,
sedangkan subtrat berupa pasir, lumpur, batu-batuan, termasuk karang dan
sebagian besar adalah batu karang (Saptasari, 2008).
Menurut Hayati (2009) Pantai kondang
Merak merupakan pantai yang relatif tertutup dari masyarakat luar, terdiri atas
sejumlah penduduk yang kehidupan sehari-harinya sangat bergantung pada sumber
daya alam di pantai. Sebagian besar masyarakat membudidayakan makroalga sebagai
sumber penghasilan.
Alga merah merupakan alga yang
berukuran besar yang paling berlimpah di perairan pesisir yang hangat di lautan
tropis. Pigmen aksesorissnya memungkinkan mereka menyerap cahaya biru dan
hijau, yang menembus cukup jauh ke dalam air (Campbell, 2008).
2.2 Alga Merah (Rhodophyta)
2.2 Alga Merah (Rhodophyta)
Istilah
Rhodophyta berasal dari bahasa yunani “rhodo” yang berarti merah dan “phyton” tumbuhan.Terdapat sebanyak
17 marga dari 34 jenis rumput laut merah di Indonesia Rumput laut dari divisi
Rhodophyta atau alga merah memiliki ciri thallus berbentuk silindris, pipih dan
lembaran. Thallus tersebut berwarna merah, ungu, pirang, cokelat dan
hijau.Beragamnya warna yang dihasilkan makroalga ini disebabkan oleh pigmen
caroten, fuxoxanthin serta klorofil-a dan c. Dilihat dari bentuknya kelompok
rumput laut ini memiliki ukuran dan bentuk yang beragam. Kelompok makroalga
merah sebagian besar bersifat epifit, tumbuh di permukaan substrat yang keras
seperti batu dan cangkang kerang. Alga merah hidup di daerah intertidal dan
sub-tidal perairan yang dalam (Dhargalkar dan Kavlekar, 2004).
Rhodophyta berwarna merah
sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan.
Kromatofera berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil- a dan
karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang mengadakan fluoresensi,
yaitu fikoeritrin. Pada jenis tertentu terdapat fikosianin (Tjitrosoepomo, 2009).
Alga, menurut Trainor (dalam Dawes
1981), merupakan tumbuhan tidak bervaskular yang boleh berfotosintesis. Ia
memiliki klorofil dan struktur pembiakan yang mudah. Keupayaan alga menjalankan
proses fotosintesis dibantu oleh kehadiran pigmen seperti klorofil a, b, c, d
dan e di samping pigmen lain seperti karotenoid dan biloprotein. Pigmen-pigmen
yang terdapat dalam setiap kategori atau kumpulan alga membantu dalam
mencirikan sifat luaran seperti warna yang juga penunjuk mudah dalam
pengelasan. Namun, warna alga boleh berubah bergantung kepada kesan
persekitaran seperti dedahan kepada sumber cahaya.
Alga merah yang dikategorikan
sebagai divisi Rhodophyta dianggarkan berjumlah hampir 3000 spesies boleh
ditemui di persekitaran lautan. Sedikit sahaja yang hidup di air tawar atau di
atas tanah. Ahli divisi Rhodophyta secara umumnya boleh dikenali melalui warna
kemerahan talusnya. Penghasilan warna merah tersebut berpunca daripada pigmen
fikoeritrin yang dominan berbanding pigmen lain (Ahmad, 1995).
Pada umumnya Rhodophyta hidup di lingkungan air laut, tetapi
beberapa yang hidup di air tawar, contoh: Batrachospermum. Distribusi
luas di seluruh dunia, sebagian besar tumbuh pada batu-batuan karang, beberapa
jenis juga epifit pada tumbuhan air kelompok tumbuhan tinggi (Angiosperm) atau
pada Rhodophyceae yang lain, Phaeophyceae, Chlorophyceae
(Sulisetidjono, 2009).
Kebanyakan Rhodophyta hidup di dalam air laut, terutama
dalam lapisan-lapisan air yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya
bergelombang pendek. Hidupnya sebagi bentos, melekat pada suatu substrat dengan
benang-benang pelekat atau cakram pelekat. Talus bermacam-macam bentuknya,
tetapi pada golongan yang sederhana pun telah bersifat heterotrik. Jaringan
tubuh belum bersifat sebagai parenkim, melainkan hanya merupakan plektenkim
(Tjitrosoepomo, 2009).
Talus dari alga merah bervariasi
mengenai bentuk tekstur dan warnanya. Bentuk talus ada yang silindris, pipih
dan lembaran. Rumpun yang terbentuk oleh berbagai sistem percabangan ada yang
tampak sederhana berupa filamen dan ada pula yang berupa percabangan yang
komplek. Warna talus bervariasi merah, ungu, coklat dan hijau (Sulisetidjono,
2009)
Perkembangbiakannya dapat secara aseksual, yaitu dengan pembentukan
spora, dapat juga secara seksual (oogami. Baik spora maupun gametnya tidak
mempunyai bulu cambuk, jadi tidak dapat bergerak aktif (Tjitrosoepomo, 2009).
Rhodophyceae dibagi dalam dua anak kelas, yaitu Bangiaceae dan Florodeae
(Tjitrosoepomo, 2009) :
1.
Bangiaceae
Talus
berbentuk benang, cakram, atau pita dengan tidak ada percabangan yang
beraturan. Pembiakan vegetatif dengan monospora yang dapat memperlihatkan
gerakan gameboid. Pembiakan seksual dengan oogami. Ooganium berupa sel yang
sedikit saja bedanya dengan sel-sel talus, kadang-kadang mempunyai alat
tambahan seperti trikogin. Anteridium menghasilkan gamet jantan yang disebut
spermatium. Zigot dengan langkah membuat spora atau setelah mengadakan
pembelahan baru mengeluarkan spora. Dalam golongan
ini termasuk suku Bangiaceae, yang membawahi antara lain ganggang tanah Porphyridium
crueritum dan ganggang laut Bangia
antropurpurea.
2.
Florideae
Talus
ada yang masih sederhana, tetapi umumnya hampir selalu bercabang-cabang dengan
beraturan dan mempunyai beraneka ragam bentuk, seperti benang
lembaran-lembaran. Percabangannya menyirip atau menggarpu.
Pembiakan seksual berlangsung sebagai berikut :
sel-sel
ujung cabang talus membentuk daun anteridium yang masing-masing terdiri atas satu sel saja dan berasal dari
penonjolan sel ujung. Tiap anteridium menghasilkan satu gamet jantan yang oleh
karena tidak dapat bergerak tidak dinamakan spermatozoid tetapi spermatium.
Gametangium jantan dinamakan karpogonium, karpogonium terdapat pada ujung
cabang-cabang lain daripada cabang-cabang talus yang mempunyai antridium. Suatu
karpogonium terdiri atas satu sel panjang. Bagian bawahnya membesar seperti
botol. Bagian atasnya berbentuk benang atau dinamakan trikogen. Inti telur
terdapat pada bagian dasar yang membesar tadi. Spermatium secra pasif (oleh
air) akhirnya sampai pada trikogen. Melekat pada trikogen . dan setelah dinding
perlekatan terlarut seluruh protoplas spermatium masuk ke dalam karpogonium.
Setelah terjadi pembuahan bagain bawah karpogonium dan membuat sumbat. Dan
dengan sumbat itu menjadi terpisah dari trikogen. Zigot tidak mengalami waktu
istirahat, melainkan dari bidang sampingnya lalu membentuk sel-sel yang
merupakan benang-benang yang dinamakan sporogen. Dalam sel-sel ujung benang itu
terbentuk satu spora masing-masing dengan satu biji dan satu plastida dan
dinamakan karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel terminal benang
sebagai protoplas telanjang dan tidak mempunyai bulu cambuk. Karpospora itu
mula-mula berkecembah menjadi sutau profolium yang akhirnya tumbuh menjadi
individu baru dengan alat-alat generatif mengikat. Bahwa spora tidak dapat
bergerak , hingga kemudian terjadinya pembuahan itu sedikit, maka untuk
meniadakan kepincangan itu terbentuk banyak sekali spora.
Pada masa Florideae lainnya terdapat pengiliran antar 3 keturunan
dalam daur hidupnya, yaitu (Tjitrosoepomo, 2009) :
1.
Gametofit
yang haploid yang mempunyai anteridium dan karpogonium.
2.
Karposporofit
yang diploid, mengeluarkan karpospora diploid yang kemudian tumbuh menjadi,
3.
Tetrasporofit,
yang habitusnya menyerupai gametofit (keturunan pertama), akan tetapi tidak
mempunyai alat-alat seksual, melainkan mempunyai sporangiumyang masing-masing
mengeluarkan 4 spora (tetraspora). Baru dalam pembentukan tetraspora terjadinya
pemebelahan reduksi, jadi tetraspora adalah haploid, dan kemudian tumbuh
menjadi gametofit yang haploid pula, daur hidup yang memperlihatkan 3 keturunan
itu antara lain terdapat pada Calhthamnion corymbosum.
Spesies alga
merah mungkin berwarna merah kehijauan di perairan yang sangat dangkal, merah
cerah pada kedalaman yang sedang, dan nyaris hitam di perairan dalam. Beberapa
spesies tidak memiliki pigmentasi sama sekali dan berfungsi secara heterotrofik
sebagai parasit pada alga merah lain (Campbell, 2008)
BAB III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
3.1
Waktu
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mata kuliah Botani Tumbuhan Tidak
Berpembuluh (BTTB) dengan tema “Identifikasi Makroalga” dilaksanakan pada hari
Sabtu, 11 Oktober 2014 sampai Minggu, 12 Oktober 2014.
3.2
Tempat
KKL BTTB dilaksanakan di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
3.3
Cara Kerja
Cara kerja dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut.
1.
Disiapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
2.
Ditunggu
air laut surut.
3.
Dicari
spesies alga disepanjang bibir pantai pada plot yang sudah ditentukan .
4.
Difoto
spesies alga dengan kamera dan diukur menggunakan peggaris.
5.
Dikelompokkan
spesies-spesies alga yang ditemukan.
6.
Diidentifikasi
alga yang sudah ditemukan.
7.
Dicatat
hasil identifikasi di kertas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambar Pengamatan
4.1.1
Amphiroa
beauvoisii Lamouroux
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
(Tim Identifikasi, 2012)
|
Taksonomi Amphiroa beauvoisii (Taylor, 2005) :
Nama Latin: Amphiroa beauvoisii
Kingdom:Plantae
Divisi: Rhodophyta
Kelas: Rhodophyceae
Bangsa: Cryptonemiales
Suku: Corallinaceae
Marga: Amphiroa
Jenis: Amphiroa
beauvoisii
Alga tumbuh tegak,
melekat pada substrat dengan semacam serabut cakram, warna merah, tinggi kurang
dari 10 cm. Thalus mengalami pengapuran yang tebal, tersusun oleh deretan
segmen-segmen berbentuk seperti manik-manik, semakin ke ujung semakin kecil(
Guiry.2012). Amphiroa beauvoisii yang kami amati berwarna merah seperti
kepiting rebus, thalusnya lebih berat dari alga pada umumnya karena berkapur. 1
Hidup di zona
pasang surut bagian tengah hingga subtidal. Menempel pada batu karang atau
pecahan karang mati. Sering sebagai alga asosiasi pada
padang Halimeda. Sebaran asli sebagai
alge tropis (Tim Unsud, 2011).
Pada sampel yang kami amati Amphiroa beauvoisii menempel pada batu
karang yang sudah mati. Pada gambar pengamatan
adalah Amphiroa
beauvoisii
yang terlepas dari substratnya dan terdampar di
pinggir pantai.
Alga merah
berkembangbiak secara vegetatif dan generatif (Bold, 1978):
·
Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi
ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid.
·
Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat
perkembangbiakan jantan disebut spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak berflagel. Sedangkan alat kelamin betina disebut karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang baru
yang menghasilkan aplanospora dengan pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit.
4.1.2
Rhodymenia palmate
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
Klasifikasi Rhodymenia palmate menurut ITB (2012):
Divisi : Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Bangsa
: Rhodymeniales
Suku
: Rhodymeniaceae
Marga
: Rhodymenia
Jenis
: Rhodymenia palmata
Berdasarkan hasil pengamatan, salah satu spesies alga yang terdapat di
pantai Kondang Merak adalah spesies alga Rhodymenia Palmata. Alga ini
mempunyai bentuk thalus seperti daun dengan tekstur daun licin dan di penuhi
bintik-bintik,mempunyai thalus berwarna merah. Rhodymenia Palmata termasuk
dalam kelas Florideophyceae dan divisi rhodophyta.
Alga ini mempunyai habitat di laut pada daerah pasang
surut. Berdasarkan pengamatan yang di laksanakan di Patai Kondang Merak. Alga ini
ditemukan pada zona pasang surut dengan jarak +- 5 meter dari bibir
pantai.
Menurut (Pipit,
2008 ) Rhodymenia Palmata mempunyai thallus berbentuk lembaran atau
membran, licin, halus, warna merah pirang. Talus
dari banyak jenis alga merah berbentuk filamen, seringkali bercabang-cabang dan
terjalin dalam pola sulaman. Dasar talus biasanya terdiferensiasi sebagai holdfast
sederhana (Campbell, 2008). Pada pangkal batang
utama tumbuh percabangan dichotomous atau trichotomous. Ujung lembaran umumnya
dichotom dengan pinggirin rata atau sedikit bergerigi. Pada permukaan thallus
tumbuh di rataan umummnya pada substrat batu di bagian sisi luar rataan terumbu
yang biasa terkena ombak langsung. Kebanyakan terdapat di pantai samudera
Indonesia seperti di pantai Selatan Jawa dan Bali Selatan.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari pengamatan makroalga ini adalah sebagai berikut :
1. Makroalga
dari divisi Rhodophyta yang ditemukan dalam pengamatan ini adalah Amphiroa beauvoisii dan Rhodymenia palmate. Organisasi tallus dari kedua spesies
tersebut adalah multiseluler.
2. Rhodophyta
atau alga merah memiliki ciri thallus berbentuk silindris, pipih dan lembaran.
Thallus tersebut berwarna merah, ungu, pirang, cokelat dan hijau.
3. Alga merah
berkembangbiak secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid. Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami
5.2
Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pengamatan kali ini adalah perlu
dilakukan pengamatan lebih lanjut terkait makroalga yang berada di daerah perairan
yang agak dalam di Pantai Kondang Merak.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Ismail. 1995. Rumpai
Laut Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa & Pustaka.
Bengen. 2001. Sumber Mineral dari Laut. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Campbell, Neil A, Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain,
Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jackson. 2008. Biologi
Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Dawes, C.J. 1981. Marine
Botany. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Dhargalkar,V.k.2004.Effect
of different temperature regimes on the chlorophyll a concentration in four
species of Antarctic macroalgae.Res.Utiln 26(1&2):237-243.
Guiry,Michael.2012.
data base alga.www.algaebase.org. Diakses pada 14 Oktober 2014.
Hayati, A dan Insan, M, 2009. Keanekaragaman Makroalga di Pantai
Kondang Merak Kabupaten Malang. Makalah Seminar Nasional Biologi XX dan
Konggres PBI XIV di Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang. 24-25/III 2009.
Kimball, John. 1983. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Pitriana, Pipit. 2008. Bio
Ekspo Menjelajah Dunia Dengan Biologi. Solo: Jatra Graphic.
Prasetyo, L. 2009. Studi Tentang KeanekaragamanKarang Jenis
Hermatipik (Hermatypic Coral) Di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang Propinsi
Jawa Timur. Skripsi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang
Saptasari, Murni. 2010. Variasi Ciri Morfologi Dan Potensi
Makroalga Jenis Caulerpa Di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang. El
Hayah. Vol.1 No.2
Sulisetidjono. 2009. Serahan Alga. Malang: UIN Maliki Press.
Taylor, W. R. 2005. Petunjuk Praktikum
Biologi Laut Jurusan Perikanan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tim Unsud. 2011. www.iptek.net.id. Diakses
pada 14 Oktober 2014.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar