Kamis, 16 Oktober 2014

KKL KONDANG MERAK



LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
KONDANG MERAK

Dosen Pembimbing:
Drs. Sulistijono, M.Si
Ainun Nikmati Laily,M.Si








Disusun Oleh: Kelompok 6
1.     Rizki Rahmawati                 (13620045)
2.     Nofadila Qurrota A’ayun   (13620095)
3.     Ahmad Rokhim                    (13620108)
4.     Faizatul Amanah                 (13620110)
5.     Aida Fitriah                          (13620126)


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
          Indonesia adalah negara maritim karena daerah perairannya lebih luas dibandingkan daerah daratan. Berbagai biota laut baik flora maupun fauna terdapat di Indonesia. Keragaman jasad hidup yang membentuk dinamika kehidupan laut yang saling berkesinambungan dapat ditemukan. Salah satu flora yang dapat ditemukan di laut adalah alga.
          Alga merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut. Tumbuhan talus ialah tumbuh-tumbuhan yang belum dapat dibedakan dalam tiga bagian utamanya yaitu akar, batang dan daun. Tubuh yang berupa talus ini mempunyai struktur dan bentuk dengan variasi yang berbeda-beda. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya ayat 30 :

وجعلنا من الماء كل شيء حي      
“Dan kami jadikan sesuatu yang hidup dari air”  
           Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan sesuatu yang membutuhkan air untuk kehidupannya. Hal tersebut berkaitan dengan alga, karena alga hidup di daerah perairan meskipun ada beberapa yang bersimbiosis dengan jamur dan hidup di darat.
           Kuliah kerja lapangan (KKL) kali ini akan mengamati alga jenis makro. Alga jenis mkaro dibagi menjadi tiga divisi, yaitu Rhodophyta, Chlorophyta, dan Phaeyophyta. Salah satu tempat yang keragaman flora dan faunanya masih alami adalah Pantai Kondang Merak. Banyak alga makro yang dapat ditemukan di pantai ini. Menurut Bengen (2001) laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata.
           Alga banyak tersebar perairan Indonesia serta memiliki banyak jenis. Beberapa jenis alga bernilai ekonomis. Alga dapat dibudidayakan di laut dan dapat dimanfaatkan sebagai makanan, bahan pembuatan agar-agar, bahan pembuatan kosmetik, dan masih banyak lagi. Dalam laporan ini, akan dibahas mengenai makroalga divisi Rhodophyta.

1.2        Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari organisasi thallus, morfologi, dan siklus hidup alga di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.

1.3        Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai makroalga divisi Rhodophyta bagi praktikan.
2.      Memberikan informasi bagi para pembaca tentang ciri-ciri, habitat, dan siklus hidup makroalga divisi Rhodophyta.













BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Kondisi Pantai Kondang Merak
            Pantai Kondang Merak terletak di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Masih banyak orang bahkan masyarakat Malang yang tidak mengetahui keberadaan Pantai yang terletak di bagian selatan Kabupaten Malang INI. Kurang lebih 63,5 km dan dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam dari Kota Malang. Terletak diantara 8°23’ 50,56” Lintang Selatan dan 112° 31’ 06,89” Bujur Timur. Topografi kawasan Pantai Kondang Merak terdiri dari dataran luasnya diperkirakan 1.125 Ha dan perbukitan atau pegunungan luasnya diperkirakan 1.526 Ha. Pantai Kondang Merak mempunyai pantai yang relatif terlindung, selain itu terdapat adanya muara sungai (estuari) yang memiliki organisme yang beraneka ragam yang meliputi terumbu karang, lamun, dan mangrove. Faktor-faktor Oceanografi yang mempengaruhi perairan Pantai Kondang Merak meliputi suhu, arus, salinitas, pH dan kecerahan (Prasetyo, 2009).
            Alga merah hampir seluruhnya hidup di lautan. Beberapa uniseluler, tetapi sebagian besar dalam bentuk multiseluler yang hidup tertambat pada batuan, dermaga, dan lain lain (Kimball, 1983 ).
            Kondisi ekologi daerah pasang surut Pantai Kondang Merak yaitu suhu air rata-rata 26,5o C, pH air rata-rata 5,6, sedangkan subtrat berupa pasir, lumpur, batu-batuan, termasuk karang dan sebagian besar adalah batu karang (Saptasari, 2008).
            Menurut Hayati (2009) Pantai kondang Merak merupakan pantai yang relatif tertutup dari masyarakat luar, terdiri atas sejumlah penduduk yang kehidupan sehari-harinya sangat bergantung pada sumber daya alam di pantai. Sebagian besar masyarakat membudidayakan makroalga sebagai sumber penghasilan.
            Alga merah merupakan alga yang berukuran besar yang paling berlimpah di perairan pesisir yang hangat di lautan tropis. Pigmen aksesorissnya memungkinkan mereka menyerap cahaya biru dan hijau, yang menembus cukup jauh ke dalam air (Campbell, 2008).
 2.2  Alga Merah (Rhodophyta)
Istilah Rhodophyta berasal dari bahasa yunani “rhodo” yang berarti  merah dan “phyton” tumbuhan.Terdapat sebanyak 17 marga dari 34 jenis rumput laut merah di Indonesia Rumput laut dari divisi Rhodophyta atau alga merah memiliki ciri thallus berbentuk silindris, pipih dan lembaran. Thallus tersebut berwarna merah, ungu, pirang, cokelat dan hijau.Beragamnya warna yang dihasilkan makroalga ini disebabkan oleh pigmen caroten, fuxoxanthin serta klorofil-a dan c. Dilihat dari bentuknya kelompok rumput laut ini memiliki ukuran dan bentuk yang beragam. Kelompok makroalga merah sebagian besar bersifat epifit, tumbuh di permukaan substrat yang keras seperti batu dan cangkang kerang. Alga merah hidup di daerah intertidal dan sub-tidal perairan yang dalam (Dhargalkar dan Kavlekar, 2004).
Rhodophyta berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan. Kromatofera berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil- a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh  zat warna merah yang mengadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin. Pada jenis tertentu terdapat fikosianin (Tjitrosoepomo, 2009).
            Alga, menurut Trainor (dalam Dawes 1981), merupakan tumbuhan tidak bervaskular yang boleh berfotosintesis. Ia memiliki klorofil dan struktur pembiakan yang mudah. Keupayaan alga menjalankan proses fotosintesis dibantu oleh kehadiran pigmen seperti klorofil a, b, c, d dan e di samping pigmen lain seperti karotenoid dan biloprotein. Pigmen-pigmen yang terdapat dalam setiap kategori atau kumpulan alga membantu dalam mencirikan sifat luaran seperti warna yang juga penunjuk mudah dalam pengelasan. Namun, warna alga boleh berubah bergantung kepada kesan persekitaran seperti dedahan kepada sumber cahaya.
            Alga merah yang dikategorikan sebagai divisi Rhodophyta dianggarkan berjumlah hampir 3000 spesies boleh ditemui di persekitaran lautan. Sedikit sahaja yang hidup di air tawar atau di atas tanah. Ahli divisi Rhodophyta secara umumnya boleh dikenali melalui warna kemerahan talusnya.  Penghasilan warna merah tersebut berpunca daripada pigmen fikoeritrin yang dominan berbanding pigmen lain (Ahmad, 1995).
Pada umumnya Rhodophyta hidup di lingkungan air laut, tetapi beberapa yang hidup di air tawar, contoh: Batrachospermum. Distribusi luas di seluruh dunia, sebagian besar tumbuh pada batu-batuan karang, beberapa jenis juga epifit pada tumbuhan air kelompok tumbuhan tinggi (Angiosperm) atau pada Rhodophyceae yang lain, Phaeophyceae, Chlorophyceae (Sulisetidjono, 2009).
Kebanyakan Rhodophyta hidup di dalam air laut, terutama dalam lapisan-lapisan air yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek. Hidupnya sebagi bentos, melekat pada suatu substrat dengan benang-benang pelekat atau cakram pelekat. Talus bermacam-macam bentuknya, tetapi pada golongan yang sederhana pun telah bersifat heterotrik. Jaringan tubuh belum bersifat sebagai parenkim, melainkan hanya merupakan plektenkim (Tjitrosoepomo, 2009).
Talus dari alga merah bervariasi mengenai bentuk tekstur dan warnanya. Bentuk talus ada yang silindris, pipih dan lembaran. Rumpun yang terbentuk oleh berbagai sistem percabangan ada yang tampak sederhana berupa filamen dan ada pula yang berupa percabangan yang komplek. Warna talus bervariasi merah, ungu, coklat dan hijau (Sulisetidjono, 2009)
Perkembangbiakannya dapat secara aseksual, yaitu dengan pembentukan spora, dapat juga secara seksual (oogami. Baik spora maupun gametnya tidak mempunyai bulu cambuk, jadi tidak dapat bergerak aktif (Tjitrosoepomo, 2009).
Rhodophyceae dibagi dalam dua anak kelas, yaitu Bangiaceae dan Florodeae (Tjitrosoepomo, 2009) :
1.      Bangiaceae
Talus berbentuk benang, cakram, atau pita dengan tidak ada percabangan yang beraturan. Pembiakan vegetatif dengan monospora yang dapat memperlihatkan gerakan gameboid. Pembiakan seksual dengan oogami. Ooganium berupa sel yang sedikit saja bedanya dengan sel-sel talus, kadang-kadang mempunyai alat tambahan seperti trikogin. Anteridium menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatium. Zigot dengan langkah membuat spora atau setelah mengadakan pembelahan baru mengeluarkan spora. Dalam golongan ini termasuk suku Bangiaceae, yang membawahi antara lain ganggang tanah Porphyridium crueritum dan ganggang  laut Bangia antropurpurea.

2.      Florideae
Talus ada yang masih sederhana, tetapi umumnya hampir selalu bercabang-cabang dengan beraturan dan mempunyai beraneka ragam bentuk, seperti benang lembaran-lembaran. Percabangannya menyirip atau menggarpu. Pembiakan seksual berlangsung sebagai berikut :
sel-sel ujung cabang talus membentuk daun anteridium yang masing-masing terdiri  atas satu sel saja dan berasal dari penonjolan sel ujung. Tiap anteridium menghasilkan satu gamet jantan yang oleh karena tidak dapat bergerak tidak dinamakan spermatozoid tetapi spermatium. Gametangium jantan dinamakan karpogonium, karpogonium terdapat pada ujung cabang-cabang lain daripada cabang-cabang talus yang mempunyai antridium. Suatu karpogonium terdiri atas satu sel panjang. Bagian bawahnya membesar seperti botol. Bagian atasnya berbentuk benang atau dinamakan trikogen. Inti telur terdapat pada bagian dasar yang membesar tadi. Spermatium secra pasif (oleh air) akhirnya sampai pada trikogen. Melekat pada trikogen . dan setelah dinding perlekatan terlarut seluruh protoplas spermatium masuk ke dalam karpogonium. Setelah terjadi pembuahan bagain bawah karpogonium dan membuat sumbat. Dan dengan sumbat itu menjadi terpisah dari trikogen. Zigot tidak mengalami waktu istirahat, melainkan dari bidang sampingnya lalu membentuk sel-sel yang merupakan benang-benang yang dinamakan sporogen. Dalam sel-sel ujung benang itu terbentuk satu spora masing-masing dengan satu biji dan satu plastida dan dinamakan karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel terminal benang sebagai protoplas telanjang dan tidak mempunyai bulu cambuk. Karpospora itu mula-mula berkecembah menjadi sutau profolium yang akhirnya tumbuh menjadi individu baru dengan alat-alat generatif mengikat. Bahwa spora tidak dapat bergerak , hingga kemudian terjadinya pembuahan itu sedikit, maka untuk meniadakan kepincangan itu terbentuk banyak sekali spora.

         Pada masa Florideae lainnya terdapat pengiliran antar 3 keturunan dalam daur hidupnya, yaitu (Tjitrosoepomo, 2009) :
1.      Gametofit yang haploid yang mempunyai anteridium dan karpogonium.
2.      Karposporofit yang diploid, mengeluarkan karpospora diploid yang kemudian tumbuh menjadi,
3.      Tetrasporofit, yang habitusnya menyerupai gametofit (keturunan pertama), akan tetapi tidak mempunyai alat-alat seksual, melainkan mempunyai sporangiumyang masing-masing mengeluarkan 4 spora (tetraspora). Baru dalam pembentukan tetraspora terjadinya pemebelahan reduksi, jadi tetraspora adalah haploid, dan kemudian tumbuh menjadi gametofit yang haploid pula, daur hidup yang memperlihatkan 3 keturunan itu antara lain terdapat pada Calhthamnion corymbosum.

               Spesies alga merah mungkin berwarna merah kehijauan di perairan yang sangat dangkal, merah cerah pada kedalaman yang sedang, dan nyaris hitam di perairan dalam. Beberapa spesies tidak memiliki pigmentasi sama sekali dan berfungsi secara heterotrofik sebagai parasit pada alga merah lain (Campbell, 2008)




BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Waktu
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mata kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh (BTTB) dengan tema “Identifikasi Makroalga” dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Oktober 2014 sampai Minggu, 12 Oktober 2014.

3.2  Tempat
KKL BTTB dilaksanakan di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.

3.3  Cara Kerja
Cara kerja dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut.
1.      Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Ditunggu air laut surut.
3.      Dicari spesies alga disepanjang bibir pantai pada plot yang sudah ditentukan .
4.      Difoto spesies alga dengan kamera dan diukur menggunakan peggaris.
5.      Dikelompokkan spesies-spesies alga yang ditemukan.
6.      Diidentifikasi alga yang sudah ditemukan.
7.      Dicatat hasil identifikasi di kertas.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Gambar Pengamatan
4.1.1        Amphiroa beauvoisii Lamouroux

Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
           

      (Tim Identifikasi, 2012)


Taksonomi Amphiroa beauvoisii (Taylor, 2005) :
Nama Latin: Amphiroa beauvoisii
Kingdom:Plantae
      Divisi: Rhodophyta
            Kelas: Rhodophyceae
                 Bangsa: Cryptonemiales
                      Suku: Corallinaceae
                             Marga: Amphiroa
                                   Jenis: Amphiroa beauvoisii
                Alga tumbuh tegak, melekat pada substrat dengan semacam serabut cakram, warna merah, tinggi kurang dari 10 cm. Thalus mengalami pengapuran yang tebal, tersusun oleh deretan segmen-segmen berbentuk seperti manik-manik, semakin ke ujung semakin kecil( Guiry.2012). Amphiroa beauvoisii yang kami amati berwarna merah seperti kepiting rebus, thalusnya lebih berat dari alga pada umumnya karena berkapur. 1

                Hidup di zona pasang surut bagian tengah hingga subtidal. Menempel pada batu karang atau pecahan karang mati. Sering sebagai alga asosiasi pada padang Halimeda. Sebaran asli sebagai alge tropis (Tim Unsud, 2011). Pada sampel yang kami amati Amphiroa beauvoisii menempel pada batu karang yang sudah mati. Pada gambar pengamatan adalah Amphiroa beauvoisii yang terlepas dari substratnya dan terdampar di pinggir pantai.

                Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif (Bold, 1978):
·       Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid.

·      Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan jantan disebut spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak berflagel. Sedangkan alat kelamin betina disebut karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang baru yang menghasilkan aplanospora dengan pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit.



4.1.2        Rhodymenia palmate

Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
                   
                     (Andrew, 2005)

Klasifikasi Rhodymenia palmate  menurut ITB (2012):
Divisi : Rhodophyta
               Kelas : Rhodophyceae
                        Bangsa : Rhodymeniales
                                    Suku : Rhodymeniaceae
                                                Marga : Rhodymenia
                                                            Jenis : Rhodymenia palmata


















                Berdasarkan hasil pengamatan, salah satu spesies alga yang terdapat di pantai Kondang Merak adalah spesies alga Rhodymenia Palmata. Alga ini mempunyai bentuk thalus seperti daun dengan tekstur daun licin dan di penuhi bintik-bintik,mempunyai thalus berwarna merah. Rhodymenia Palmata termasuk dalam kelas Florideophyceae dan divisi rhodophyta.
                Alga ini mempunyai habitat di laut pada daerah pasang surut. Berdasarkan pengamatan yang di laksanakan di Patai Kondang Merak. Alga ini ditemukan  pada zona pasang surut dengan jarak +- 5 meter dari bibir pantai.
              Menurut (Pipit, 2008 ) Rhodymenia Palmata mempunyai thallus berbentuk lembaran atau membran, licin, halus, warna merah pirang. Talus dari banyak jenis alga merah berbentuk filamen, seringkali bercabang-cabang dan terjalin dalam pola sulaman. Dasar talus biasanya terdiferensiasi sebagai holdfast sederhana (Campbell, 2008). Pada pangkal batang utama tumbuh percabangan dichotomous atau trichotomous. Ujung lembaran umumnya dichotom dengan pinggirin rata atau sedikit bergerigi. Pada permukaan thallus tumbuh di rataan umummnya pada substrat batu di bagian sisi luar rataan terumbu yang biasa terkena ombak langsung. Kebanyakan terdapat di pantai samudera Indonesia seperti di pantai Selatan Jawa dan Bali Selatan.
           














BAB V
PENUTUP
5.1              Kesimpulan
Kesimpulan dari pengamatan makroalga ini adalah sebagai berikut :
1.      Makroalga dari divisi Rhodophyta yang ditemukan dalam pengamatan ini adalah Amphiroa beauvoisii dan Rhodymenia palmate. Organisasi tallus dari kedua spesies tersebut adalah multiseluler.
2.      Rhodophyta atau alga merah memiliki ciri thallus berbentuk silindris, pipih dan lembaran. Thallus tersebut berwarna merah, ungu, pirang, cokelat dan hijau.
3.      Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid. Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami
5.2              Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pengamatan kali ini adalah perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut terkait makroalga yang berada di daerah perairan yang agak dalam di Pantai Kondang Merak.











DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Ismail. 1995. Rumpai Laut Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa & Pustaka.
Bengen. 2001. Sumber Mineral dari Laut. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Campbell, Neil A, Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jackson. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Dhargalkar,V.k.2004.Effect of different temperature regimes on the chlorophyll a concentration in four species of Antarctic macroalgae.Res.Utiln 26(1&2):237-243.
Guiry,Michael.2012. data base alga.www.algaebase.org. Diakses pada 14 Oktober 2014.
Hayati, A dan Insan, M, 2009. Keanekaragaman Makroalga di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang. Makalah Seminar Nasional Biologi XX dan Konggres PBI XIV di Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang. 24-25/III 2009.
Kimball, John. 1983. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Pitriana, Pipit. 2008. Bio Ekspo Menjelajah Dunia Dengan Biologi. Solo: Jatra Graphic.
Prasetyo, L. 2009. Studi Tentang KeanekaragamanKarang Jenis Hermatipik (Hermatypic Coral) Di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur. Skripsi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang
Saptasari, Murni. 2010. Variasi Ciri Morfologi Dan Potensi Makroalga Jenis Caulerpa Di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang. El Hayah. Vol.1 No.2
Sulisetidjono. 2009. Serahan Alga. Malang: UIN Maliki Press.
Taylor, W. R. 2005. Petunjuk Praktikum Biologi Laut Jurusan Perikanan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
      Tim Unsud. 2011. www.iptek.net.id. Diakses pada 14 Oktober 2014.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar